JNEWS – Kehidupan manusia purbakala tersebar di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Tidak sedikit fosil manusia yang hidup di zaman praaksara ini ditemukan di berbagai wilayah Nusantara.
Diperkirakan manusia purba hidup di zaman Pleistosen yang berlangsung 2.580.000 hingga 11.700 tahun yang lalu. Zaman ini pun dibagi menjadi tiga yaitu Pleistosen awal (lapisan bawah), Pleistosen tengah dan Pleistosen akhir (lapisan atas).
Para peneliti di masa itu menemukan berbagai fosil manusia yang hidup di masing-masing era tersebut. Menariknya, ada beberapa jenis fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Penemuan di Indonesia sering disebut sebagai Java man atau manusia Jawa.
Penemuan Fosil dan Artefak Manusia Purbakala di Indonesia
Dikutip dari website Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Yahdi Zaim dalam webinar “Perkembangan Manusia Purba di Indonesia” tanggal 30 Mei 2020 mengungkapkan, bahwa di Indonesia tidak lepas dari ditemukannya fosil vertebrata maupun manusia di wilayah Indonesia. Jadi, Indonesia pun memiliki peran penting dalam ilmu Paleontologi dan Paleoantropologi di dunia.
Adapun penemuan fosilnya meliputi tengkorak, kaki, dan badan. Untuk fosil tengkorak dan kapasitas tempurung kelapa bisa menunjukkan sejauh mana kemampuan berpikir manusia di zaman itu dibandingkan manusia modern. Hal senada pun berlaku untuk bentuk lengan, kaki, tulang rahang yang bisa dibandingkan dengan tulang manusia modern atau kera.
Selain penemuan fosil, ditemukan juga beberapa bukti teknologi berupa artefak yang menunjukkan sejauh mana perkembangan kehidupan manusia purbakala di zaman itu.
Dikutip dari website Penelitan Arkeologi Nasional Kemdikbudristek, beberapa artefak yang ditemukan di Indonesia adalah alat-alat batu sederhana seperti bola batu, alat-alat serpih (flakes), kapak pembelah (cleaver), serut (scraper) serta kapak batu.
Sejumlah perkakas batu yang telah diidentifikasi oleh para arkeolog sebagai karya manusia purba. Beberapa tempat yang ditemukan artefak ini antara lain di Pacitan, Sangiran, Ngandong, Cabengge (Sulawesi Selatan) dan daratan Flores Tengah dan Barat.
Di masa tersebut dalam komunikasi atau menyampaikan pesan dilakukan dengan cara bertemu langsung, lewat orang lain atau menggunakan simbol. Bangsa Indonesia pun mengakhiri masa praaksara sekitar abad ke-4 Masehi.
Baca juga: Eksplorasi Museum Sangiran: Panduan Lengkap untuk Pengunjung
Jejak Manusia Purbakala di Indonesia
Lokasi penemuan fosil manusia purbakala di Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa. Berikut ini jenis manusia purbakala yang ditemukan di Indonesia dan menjadi bukti perkembangan manusia dari masa ke masa.
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Penemuan fosil ini ditemukan oleh peneliti bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald. Diperkirakan fosil ini berasal dari era Pleistosen awal. Meganthropus ini kerap disebut Manusia Sangiran yang menjadi manusia purbakala tertua di Indonesia.
Ciri-ciri dari manusia purba ini memiliki badan besar, kening menonjol dan tulang pipi menebal. Untuk rahang dan giginya besar. Kira-kira untuk ukurannya seperti rahang gorila. Dari umur lapisan tanah tempat penemuan, diperkirakan fosil yang ditemukan tersebut berumur sekitar 1.000.000-2.000.000 tahun.
Jenis manusia purba meganthropus diperkirakan hidup dengan cara food gathering (mengumpulkan makanan). Adapun makanan utamanya adalah tumbuh-tumbuhan karena di era itu mereka belum mengenal api.
2. Pithecanthropus Mojokertensis
Jenis manusia purbakala yang berikutnya adalah Pithecanthropus Mojokertensis. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Tjokrohandojo atau Andojo yang bekerja di bawah Ralph von Koenigswald di tahun 1936. Lokasinya ada di lembah Sungai Brantas.
Menurut penelitian, fosil ini merupakan generasi lebih muda dibandingkan Meganthropus Paleojavanicus. Awalnya, Andojo menganggap tengkorak fosil tersebut milik orang utan sehingga dinamakan Pithecanthropus. Namun, menurut von Koenigswald fosil tengkorak tersebut milik manusia purba.
Diperkirakan fosil tersebut dari era Pleistosen awal (lapisan bawah). Fosil ini merupakan jenis manusia purba Pithecanthropus tertua di Indonesia. Berdasarkan umur lapisan tanah, fosil ini diperkirakan hidup antara 30.000-2.000.000 tahun lalu. Cara hidupnya secara berkelompok dan melakukan food gathering untuk bertahan hidup.
3. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus memiliki arti manusia kera yang berjalan tegap. Menurut penelitian, manusia purba ini memiliki kemampuan berpikir yang masih rendah yaitu dengan volume otaknya 900 cc. Kelompok manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890-1892 berlokasi di Desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Diperkirakan Pithecanthropus Erectus hidup sekitar 1.000.000-600.000 tahun lalu. Beberapa ciri manusia purba ini antara lain:
- Tinggi badan sekitar 165-170 cm dengan berat sekitar 100 kg
- Berjalan tegak
- Berbadan tegap dan memiliki alat pengunyah yang kuat
4. Pithecanthropus Soloensis
Fosil manusia purba Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald di daerah Ngandong, dekat dengan Sungai Bengawan Solo sekitar tahun 1931-1933.
Diperkirakan manusia purba ini hidup sampai akhir era Pleistosen Tengah, sekitar 20.000 hingga 800.000 tahun lalu serta merupakan evolusi dari Pithecanthropus Erectus. Adapun ciri fisiknya yaitu tengkorak lonjong, tebal dan padat di bagian belakang kepala yang menonjol. Untuk tingginya diperkirakan sekitar 165 cm sampai 180 cm.
5. Homo Soloensis
Di tahun 1931-1934 Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil tengkorak di dekat desa Ngandong, sepanjang Bengawan Solo. Penemuan fosil ini dinamakan Homo Soloensis.
Diperkirakan manusia purba ini hidup dari 900.000 sampai 200.000 tahun lalu. Ciri-cirinya lebih tinggi dari segi postur tubuhnya. Untuk tengkoraknya lonjong dan tebal serta memiliki mata yang sangat panjang.
6. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis ditemukan pertama kali oleh B. D. van Rietschoten pada 1889 di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Adapun fosil yang ditemukan berupa tengkorak, fragmen rahang bawah dan beberapa ruas dari tulang leher. Dugaan dari peneliti, fosil tersebut berjenis kelamin perempuan berusia 30 tahun.
Manusia purbakala yang satu ini digolongkan sebagai Homo Sapiens pertama di Asia. Berdasarkan hasil temuan, diperkirakan fosil ini hidup sekitar 40.000 tahun lalu di Indonesia. Kendati ditemukan di Jawa Timur, tapi jenis ini juga ada di sebagian wilayah timur.
Homo Wajakensis telah mampu membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Mereka juga telah mengenal cara memasak makanan walaupun masih dengan teknik sederhana.
7. Homo Floresiensis
Manusia purba Homo Floresiensis ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada September 2003. Penemuan ini dilakukan bersama arkeolog Indonesia. Adapun nama dari manusia purba ini disebut juga Manusia Liang Bua sesuai dengan tempat ditemukannya, yaitu di Liang Bua, Flores.
Penemuan fosil manusia purba ini diperkirakan berjenis kelamin wanita dengan ciri-ciri kepala dan badannya kecil, ukuran otak kecil, volume otak sekitar 380 cc, tinggi sekitar 1,06 meter dan berat 25 kg.
Perdebatan masih terjadi di kalangan ahli yang mengelompokkan manusia purba ini sebagai manusia modern. Sebagian ahli menyimpulkan bahwa jenis ini hasil evolusi dari Pithecanthropus (dilihat dari ciri-cirinya), tapi ahli lain berpendapat bahwa Homo Floresiensis hidup berdampingan atau bahkan satu zaman dengan Homo Sapiens.
Baca juga: Jejak 6 Peradaban Tertua di Dunia dalam Sejarah Manusia
Penemuan fosil manusia purba dari masa ke masa menunjukkan bahwa adanya perubahan signifikan dari struktur anatomi tubuh, cara hidup dan juga barang yang digunakan. Namun, perkembangan dari manusia purba ini yang paling bisa diamati adalah teknologinya. Dari yang menggunakan batu, mengenal api hingga masuk ke zaman logam.
Selain itu pola hidup manusia purbakala dari food gathering menjadi food producing merupakan contoh perkembangan yang terjadi dari sisi teknologi dan kebudayaan. Di zaman inilah hidup jenis Homo Sapiens (di Indonesia ditandai dengan Homo Wajakensis) yang menjadi pendukung kebudayaan zaman batu baru.
Beragam penemuan manusia purbakala yang ditemukan di Indonesia membawa cerita tersendiri dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Masyarakat pun bisa lebih paham bagaimana sejarah awal manusia.