Saat usia tidak lagi muda, bapak saya, Alm. Pak Soeprapto lebih sering menghabiskan hari-harinya di rumah pantai Pluit atau Yatuna. Pagi itu, dering telepon rumah berbunyi. Bapak saya bergegas. Secangkir teh hangat dan lembaran koran pagi ditinggalkan sejenak.
Di ujung telepon, suara asisten rumah tangga tetangga sebelah, ingin bicara dengan asisten rumah tangga keluarga Bapak. Dengan ramah Bapak memanggil sebuah nama, dan kembali tenggelam dengan bacaan koran pagi ditemani secangkir teh hangat dan sepoi angin dari pantai.
Tidak ada gurat kesal atau kecewa, sepagi itu harus mengangkat gagang telepon untuk asisten rumah tangganya. Saat itu, TIKI dan JNE sudah cukup besar dengan puluhan ribu karyawan.
Baca Juga : Presiden Direktur JNE M. Feriadi Raih Best CEO Employees Choice Awards 2020
Kini dering telepon itu sudah jarang berbunyi. Bahkan sudah tidak ada lagi, seperti halnya Bapak yang sudah lama tiada. Dering gagang telepon fixed line rumah dan lembaran koran sudah digantikan smartphone. Begitu adanya, bahwa begitu cepat perkembangan teknologi merubah peradaban dan kebudayaan kehidupan manusia.
Dalam dunia usaha, kita harus pandai membaca tanda-tanda zaman. Sebab, dalam bisnis, ketidakpastian adalah hukum tidak tertulis yang harus dipegang agar kita tidak terbuai dan terlena dalam zona nyaman. Zona nyaman adalah candu atau racun fatamorgana yang bila kita tidak mawas diri akan membuat kita tergelincir dilindas zaman.
Kita harus terus bergerak dan berinovasi. Jangan diam membatu. Betapa banyak kisah tentang perusahaan besar tumbang karena lambat beradaptasi atau terguncang hebat karena krisis keuangan global misalnya atau kalah bersaing dengan pemain-pemain baru maupun ambruk karena digusur kecanggihan teknologi.
Baca Juga : Melewati Badai Ketiga
Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi esok hari, namun kita juga tidak boleh hanya diam diri. Kita harus membuat perencanaan bisnis yang matang untuk esok hari, bulan depan, tahun depan atau untuk lima tahun bahkan satu dekade ke depan. Dulu, dalam tatanan negara kita mengenal istilah Repelita atau Pelita.
Perencanaan bisnis perusahaan jauh ke depan dengan memperhatikan tanda-tanda perubahan zaman itulah yang disebut visioner, salah satu dari 4 core value perusahaan JNE yang harus terus kita tanamkan dalam jiwa agar JNE terus hidup dan tumbuh walau seribu zaman silih berganti datang dan pergi. Pembangunan Mega Hub JNE yang hampir rampung adalah manifestasi dari visi JNE untuk menjawab tantangan zaman tersebut. *
Baca Juga : Presiden Direktur JNE Jabat Dewan Kehormatan PMI DKI Jakarta