Minat Produk Halal di Timur Tengah Tinggi, Kemendag Genjot Ekspor

Kemendag genjot ekspor produk halal

Sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Mesir, Arab Saudi, dan Iran menjadi negara dengan konsumsi produk halal terbesar di dunia. Indonesia pun sebagai salah satu negara pengekspor produk halal di dunia mendapat keuntungan tersendiri dengan adanya hal tersebut.

Maka dari itu, Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Nurlaila Nur Muhammad mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan terus berupaya meningkatkan ekspor produk halal ke pasar Timur Tengah. Tidak hanya makanan, Indonesia juga mengekspor produk fesyen, farmasi, dan kosmetik halal.

“Produk halal Indonesia semakin diminati di mancanegara.  Sehingga, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan ekspor produk halal ke Timur Tengah, mengingat beberapa negara menjadi konsumen produk halal terbesar di dunia,” kata Nurlaila dikutip dari siaran pers.

Baca Juga: Kemeperin: Singkong Beku Berpotensi Tembus Pasar Global

Nurlaila menyebutkan negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia ke Timur Tengah, yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Saudi Arabia. Pangsa ekspor nonmigas ke tiga negara tersebut tercatat sudah lebih dari 75 persen.  Ekspor nonmigas Indonesia ke Timur Tengah didominasi produk turunan crude palm oil (CPO), perhiasan, dan otomotif.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor produk halal Indonesia ke Timur Tengah pada Januari—Agustus 2021 tercatat sebesar USD 281,1 juta atau sebesar 7,15 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia ke Timur Tengah. Ekspor produk halal tersebut didominasi produk makanan dan minuman (mamin) olahan yang mencapai 68,92 persen.

“Permintaan  produk  halal  Timur  Tengah  pada  2020  mencapai  USD  46,6  miliar.  Meskipun mengalami penurunan, namun permintaan produk halal Timur Tengah masih mengalami tren peningkatan rata-rata 1,01persen per tahun selama 2016—2020. Indonesia baru memasuki 1,01 persen dari permintaan produk halal Timur Tengah. Hal tersebut merupaka peluang yang harus dimanfaatkan para pelaku ekspor Indonesia,” jelas Nurlaila.

Pada 2020, permintaan produk mamin halalTimur Tengah dari dunia mencapai USD 15,6 miliar. Permintaan tersebut didominasi makanan olahan lainnya, waffles dan wafer, serta olahan buah dan sayur.

Sementara, permintaan produk farmasi mencapai USD 14,3 miliar dan didominasi oleh vaksin.  Sedangkan,  permintaan  pakaian  jadi  di  Timur  Tengah  pada  tahun  yang  sama  tercatat sebesar USD 11,9 miliar, serta kosmetik dan parfum tercatat sebesar USD 4,8 miliar.

Baca Juga: Infrastruktur Bandara dan Pelabuhan Dongkrak Ekspor Perikanan di Biak dan Tual

“Kami berharap melalui penyelenggaraan FGD ini baik pemerintah maupun para pelaku usaha,dapat saling berbagi pengalaman, sehingga dapat menghasilkan solusi bagi peningkatan ekspor produk halal Indonesia ke pasar Timur Tengah,” pungkas Nurlaila.

Sementara itu, Managing Director PT Bahtera Arta Raharja Global (Bargo) Arif Budiman Moeis menambahkan, para pelaku usaha perlu memperhatikan sertifikat halal.

“Pasar Timur Tengah sangat memperhatikan sertifikasi halal produk yang masuk ke pasar di negara-negara mereka. Para pelaku usaha diharapkan lebih teliti melihat daftar sertifikasi yang diakui di pasar Timur Tengah,” imbuh Arif.

Pada 2020, Timur Tengah memiliki populasi sebanyak 443,1 juta jiwa. Ekspor Timur Tengah ke pasar  global  pada  2020  tercatat  sebesar  USD  797  miliar  atau  4,6  persen  dari  ekspor  dunia. Sedangkan, impor Timur Tengah dari dunia pada 2020 tercatat sebesar USD 819,4 miliar atau 4,7 persen dari impor dunia. Gross domestic product(GDP) Timur Tengah tercatat sebesar USD 3.782 miliar atau 4,5 persen dari GDP dunia.

Baca Juga: Langkah Jitu Kemendag Atasi Kelangkaan Kontainer Ekspor

Exit mobile version