JNEWS – Siapa yang tidak kenal dengan nama besar Affandi, Sang Maestro lukis Indonesia? Sepanjang hidupnya diabadikan untuk seni lukis dan telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya. Untuk mengabadikan seluruh jejak karya beliau, didirikanlah Museum Affandi.
Boerhanoedin Affandi Koesoema, atau dikenal dengan sebutan Affandi, lahir di Cirebon pada bulan Mei 1907. Tidak ada yang tahu tanggal lahir Affandi secara pasti. Namun, beliau menetapkan tanggal kelahirannya yakni 1 Mei agar bertepatan dengan Hari Buruh.
Semasa hidupnya, Affandi telah melakukan banyak pameran baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Beliau juga pernah menjadi ketua IAPA (International Art Plastic Association), badan seni internasional milik UNESCO untuk Indonesia di tahun 1966. Tak hanya itu saja, Affandi pun kerap mendapatkan berbagai penghargaan baik di Indonesia maupun mancanegara.
Dikutip dari website Ensiklopedi Kemndikbud, sebagai maestro seni lukis, banyak yang menganggap bahwa lukisan Affandi menganut aliran ekspresionisme baru. Namun, bagi Affandi, aliran yang dianut adalah humanisme. Hal ini tidak lepas dari kehidupan Affandi yang merasakan pendudukan Belanda dan Jepang di masa itu. Oleh karena itu, beliau banyak menghasilkan karya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial, keluarga, dan juga potret diri.
Salah satu lukisan favorit Affandi dan juga populer di kalangan pelukis maupun pecinta seni adalah lukisan berjudul “Potret Ibuku”. Di lukisan ini, konsepnya begitu kuat, jalinan emosionalnya sangat kental, dan dibuat dengan teknik yang mumpuni.
Sejarah Museum Affandi
Dengan ribuan hasil karya dan pencapaian yang telah diraihnya, Affandi pun membuat sebuah ruang pameran bagi sejumlah hasil karyanya. Ruang galeri pertama tersebut rampung pada tahun 1962 dan diresmikan tahun 1974 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Ida Bagus Mantra.
Museum Affandi memiliki bentuk atap yang unik yakni mirip pelepah daun pisang. Dikutip dari website Museum Kemdikbud, ide dari atap yang mirip pelepah daun pisang berasal dari cerita sakit cacar di masa lampau. Karena keterbatasan pengobatan, orang yang sakit cacar hanya dibaringkan di atas daun pisang utuh lalu ditutupi daun pisang lainnya agar terasa sejuk serta tidak dihinggapi lalat.
Bagunan galeri pertama memiliki luas 314,6 m2. Kemudian di tahun 1987, Presiden Soeharto memberikan bantuan berupa pendirian bangunan galeri kedua dengan menempati area tanah seluas 351,5 m2. Galeri kedua ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. DR. Fuad Hasan pada tanggal 9 Juni 1988.
Dalam pengelolaannya, Museum Affandi dikelola oleh Yayasan Affandi sejak 24 September 1984. Di tahun 1997, Yayasan Affandi membangun lagi galeri ketiga untuk melengkapi fasilitas dan sarana pendukung lainnya yaitu lantai 1 sebagai ruang pamer, lantai 2 untuk kantor, ruang restorasi lukisan, serta ruang basement untuk gudang lukisan dan bangunan menara.
Galeri ketiga ini luas bangunannya 153 m2. Setelah rampung, galeri ketiga diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X pada tanggal 18 Mei 2000.
Baca juga: 7 Museum Seni di Indonesia: Dari Karya Klasik hingga Kontemporer
Koleksi di Museum Affandi
Saat ini, di Museum Affandi terdapat lebih dari 1.000 lukisan, 300-an di antaranya adalah karya Affandi yang dipamerkan secara berkala. Dikutip dari website Museum Affandi, koleksi ini mencakup lukisan-lukisan penting yang dibuatnya dari berbagai periode yaitu:
- Awal karier melukis pada akhir dekade 1930-an
- Era pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945)
- Masa revolusi kemerdekaan Indonesia
- Perjalanan ke India pada 1950-an
- Karya yang dihasilkan di Eropa dan Amerika
Di dalam museum ini dibagi menjadi tiga galeri utama yang bisa dikunjungi. Apa saja? Berikut ulasannya.
Galeri 1
Di galeri ini menampilkan karya-karya Affandi berupa sketsa, lukisan, patung, dan benda-benda pribadi miliknya. Semua karya ini memiliki nilai sejarah mulai dari awal karier hingga selesai. Jadi, semua karya di tempat ini tidak dijual.
Salah satu lukisan Affandi yang ada di galeri ini adalah “Parangtritis at Night” tahun 1984. Lukisan ini menampilkan suasana malam di Parangtritis. Goresan tangan Affandi menampilkan laut tampak begitu liar tetapi indah dalam saat bersamaan.
Ada juga koleksi lukisan terakhirnya berjudul “Embrio”. Lukisan self portrait ini dibuat pada tahun 1989, satu tahun sebelum beliau wafat.
Selain lukisan ada juga pajangan mobil Colt Galant tahun 1976 kesayangan Affandi. Ada juga sepeda onthel dan lemari kaca yang berisikan peralatan melukis mulai dari celana, cat, ember, kain sarung, serta beragam penghargaan yang pernah diterimanya.
Ada juga dua patung potret diri yang terbuat dari semen dan tanah liat dengan menampilkan wajah Affandi serta satunya pahatan patung Affandi dan Kartika (anaknya dengan istri pertama, Maryati).
Galeri 2
Di galeri 2, menyajikan lanskap sketsa serta arsip-arsip perjalanan kesenimanan Affandi semasa hidupnya.
Selain lukisan Affandi, ada juga lukisan milik teman-temannya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mulai dari lukisan karya Basuki Abdullah, Hendra Gunawan, Popo Iskandar, Fadjar Sidik, Rusli, dan lain-lain. Karya-karya lukisan tersebut bernilai sangat fantastis. Satu lukisan bisa dihargai miliaran rupiah.
Galeri 3
Galeri 3 adalah ruang pameran temporer yang menampilkan karya-karya milik keluarga Affandi. Selain itu, di galeri ini juga kerap diadakan berbagai aktivitas pameran baik dari seniman Indonesia maupun mancanegara.
Menariknya, di galeri 3 ini terpajang lukisan-lukisan Kartika Affandi yang dibuat di tahun 1999. Lukisan tersebut antara lain:
- Apa yang Harus Kuperbuat – Januari 1999
- Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi – Februari 1999
- Tidak Adil – Juni 1999
- Kembali Pada Realita Kehidupan, Semua Kuserahkan KepadaNya – Juli 1999
Selain karya Kartika, ada juga karya Maryati Affandi (istri pertamanya). Maryati juga menggeluti bidang seni. Menariknya, beliau membuat lukisan dengan teknik sulam.
Karena galeri ini berisikan karya keluarga, ada juga lukisan dari Juki Affandi dan Rukmini Yusuf Affandi yang merupakan anak dari istri kedua Affandi, yakni Rubiyem.
Di dalam galeri 3 juga ada satu LCD TV yang memutar video berdurasi 45 menit. Video tersebut dibuat dalam bahasa Inggris dan subtitle bahasa Belanda. Dalam video tersebut menampilkan aktivitas Affandi ketika melukis.
Ada juga area Studio Gajah Wong I. Di sini, pengunjung bisa melihat lukisan-lukisan karya Didit, cucu Affandi dari Kartika. Ada juga Studio Gajah Wong II, dulunya adalah ruang kelas musik, tetapi sekarang sudah menjadi restoran yang menjual steak dan pasta.
Panduan Berkunjung ke Museum Affandi
1. Alamat dan Jam Operasional
Museum Affandi berada di Jalan Laksda Adisucipto No. 167, Yogyakarta. Lokasinya sangat strategis yakni berada di jalan utama yang menghubungkan kota Yogyakarta dan Solo, di tepi barat Sungai Gajahwong.
Jam operasional museum:
- Senin-Sabtu: pukul 09.00 – 16.00 WIB
- Hari Minggu, hari Senin pertama di setiap bulan dan hari libur nasional, museum ditutup untuk pengunjung kecuali dengan perjanjian.
2. Harga Tiket Masuk
Harga tiket masuk adalah sebagai berikut:
- Wisatawan mancanegara: Rp100.000
- Wisatawan domestik: Rp50.000
Harga sudah termasuk soft drink dan suvenir gratis
Tambahan:
- Kamera DSLR: Rp30.000
- Kamera HP: Rp20.000
Baca juga: Museum Macan: Menghadirkan Karya Seni ke Tengah Kota Jakarta
Museum Affandi bisa dikatakan seperti kapsul semesta Affandi. Di museum ini, kisah hidupnya bisa dilihat dalam berbagai karya seni hingga barang-barang pribadi yang masih tersimpan rapi. Tak hanya itu juga, Affandi dan istrinya, Maryati, dimakamkan di salah satu bagian museum. Jadi, bagi pengunjung yang mau berziarah bisa mengunjungi area tersebut.