Museum Satria Mandala: Menelusuri Jejak Perjuangan TNI

JNEWS – Museum Satria Mandala adalah museum yang didirikan untuk mengumpulkan jejak perjuangan Tentara Nasional Indonesia atau TNI. TNI terbentuk seiring dengan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. TNI merupakan perwujudan semangat seluruh rakyat Indonesia untuk memiliki kesatuan yang terlatih dan terkoordinir demi melawan penjajah.

Tentara yang bersenjata merupakan representasi suatu negara. Selain sebagai alat tawar-menawar secara politis, kebanggaan terhadap tentara yang gagah dan berani akan menaikkan semangat juang rakyat berkali-kali lipat. Apa pun keadaan Indonesia saat itu, keberadaan TNI benar-benar diperjuangkan oleh para pendiri bangsa dan seluruh masyarakat.

Profil Museum Satria Mandala

Museum Satria Mandala
Sumber: Wikipedia

Dikutip dari laman Sejarah TNI, Museum Satria Mandala terletak di Jl. Gatot Subroto Kav. 14, Jakarta Selatan 12710.

Perencanaan museum ini dimulai pada tanggal 15 November 1971 yang dipimpin oleh Kepala Pusat Sejarah TNI pertama, Brigjen TNI Nugroho Notosusanto. Lahan yang digunakan adalah bekas rumah Ratna Sari Dewi  Soekarno seluas 56.670 m², yang dahulu dikenal sebagai Wisma Yaso. Wisma ini juga merupakan tempat persemayaman Presiden Soekarno sebelum dimakamkan di Kediri.

Sedangkan pembangunannya dimulai pada tanggal 5 Oktober 1972, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto, sekaligus menamai bangunan ini Museum Satria Mandala. Satria Mandala berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya lingkungan keramat para ksatria.

Sekarang museum ini terbuka untuk umum setiap hari, pada pukul 09.00 – 17.00 kecuali hari libur nasional dengan harga tiket masuk hanya Rp5.000. Bahkan pada hari-hari peringatan yang berhubungan dengan TNI, pengunjung dapat masuk secara gratis. Pengelola juga menyediakan pemandu bagi yang membutuhkan.

Baca juga: Panduan Wisata Edukatif: Mengunjungi Museum Perjuangan Bogor

Sejarah TNI

TNI lahir di tengah-tengah kancah perjuangan bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Tak heran jika cikal bakal TNI mengalami beberapa kali perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi politik dan keamanan saat itu.

Berikut adalah kronologi sejarah TNI yang penting untuk diketahui.

1. BKR (1945)

Cikal bakal TNI pertama kali adalah BKR (Badan Keamanan Rakyat). Badan ini dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus 1945.

Anggota BKR terdiri dari mantan anggota Heiho, PETA (Pembela Tanah Air), KNIL dan unsur-unsur masyarakat yang telah terlatih lainnya. BKR dipimpin oleh Moefreni Moekmin.

2. TKR (1945)

Karena kondisi negara yang terancam pendudukan kembali, maka BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat pada tanggal 5 Oktober 1945 dan diubah lagi menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7 Januari 1946.

Pimpinan TKR yang ditunjuk pemerintah adalah Soeprijadi. Namun karena keberadaannya tidak diketahui, maka ditunjuklah Kolonel Soedirman, yang kemudian diangkat sebagai Panglima Besar TKR Jenderal Soedirman.

3. TNI (1947)

Untuk menyatukan kekuatan yang ada pada TKR dan TRI (Tentara Republik Indonesia), Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tanggal 3 Juni 1947. Banyak tantangan yang harus dihadapi TNI, antara lain Agresi Militer Belanda dan berbagai pemberontakan, seperti PKI di Madiun dan DI/TII.

4. APRIS (1949)

Sebagai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal itu diikuti dengan terbentuknya Angkatan Perang RIS (APRIS), yang terdiri dari TNI dan KNIL.

5. APRI (1950)

Ketika RIS dibubarkan pada tahun 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Kemudian APRIS berubah menjadi APRI (Angkatan Perang RI). Pada masa ini banyak pemberontakan daerah seperti APRA, Andi Azis, RMS, PRRI, dan sebagainya.

6. ABRI (1962)

ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) merupakan upaya untuk menyatukan angkatan perang dan kepolisian. Ujian terberatnya adalah ketika menghadapi pemberontakan G30SPKI.

7. TNI (1999)

Pada tanggal 1 April 1999, angkatan bersenjata dan kepolisian kembali dipisah menjadi TNI dan Polri. Dalam Undang-undang No. 34 Tahun 2004 dinyatakan bahwa TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

Jejak Sejarah TNI di Museum Satria Mandala

Seluruh kisah sejarah di atas meninggalkan banyak jejak yang terekam dan disimpan di dalam Museum Satria Mandala. Berikut adalah jejak-jejak sejarah TNI di Museum Satria Mandala.

Sumber: museum.co.id

1. Area Halaman

Di area halaman terdapat tempat pamer taman (garden display) yang berisi alat-alat tempur yang berukuran besar dan pernah digunakan untuk pertempuran atau tugas sesungguhnya, antara lain tank, panser, radar, pesawat tempur, meriam, dan sebagainya. Di depan masing-masing peralatan ada informasi tentang spesifikasi dan tugas-tugas terpenting yang pernah dilakukan. Di sini juga ada kapal perang, tetapi merupakan replika.

Di area luar ini, pengunjung bisa duduk-duduk di rumput yang terawat rapi ala piknik serta memesan makanan dan minuman di kafe outdoor.

2. Lobi

Setelah melewati pintu masuk ruang dalam gedung, pengunjung dapat melihat lambang-lambang ketentaraan dan naskah proklamasi di dinding.

3. Diorama 1

Diorama 1 berisi dokumentasi dan peninggalan masa memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, koleksi ruang tamu milik Letjan Oerip Soemohardjo, foto-foto Jenderal A.H. Nasution, tandu dan baju Jenderal Sudirman, foto-foto dan patung Presiden Soeharto, dan masih banyak lagi.

4. Diorama 2

Diorama 2 berisi dokumentasi dan peninggalan masa mempertahankan kemerdekaan. Di sini juga terdapat diorama, peta operasi, foto-foto para panglima TNI, dan lencana-lencana ketentaraan.

5. Ruang Senjata

Berisi berbagai senjata jarak dekat dan jarak jauh, seperti pistol, senapan, senapan mesin, ranjau, rudal.

6. Diorama 3 dan 4

Berisi balairung tempat patung tokoh-tokoh militer dan seragam serta kelangkapan TNI yang pernah dikenakan dari semua kesatuan. Masing-masing kesatuan memiliki ciri khas.

7. Taman Dirgantara

Taman ini terletak di halaman belakang yang berisi tank, panser, kendaraan taktis, jeep, radar, pesawat tempur, meriam dan sebagainya. Salah satunya adalah pesawat cureng yang diterbangkan Agustinus Adisutjipto. Ada pula ambulans si gajah yang dulu digunakan untuk mengangkut para korban DI/TII.

8. Taman Soekarno

Tempatnya rindang, serta ada kios cindera mata, live music,  dan kafe sehingga nyaman untuk beristirahat.

9. Gedung Waspada Purbawisesa

Berisi diorama tentang perjuangan TNI bersama masyarakat dalam menumpas pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi pada tahun 1960-an.

Baca juga: Museum Nasional Indonesia: Sejarah, Profil, dan Panduan Wisatanya

Tak kurang dari 74 diorama ada di Museum Satria Mandala. Meski menggambarkan sebagian kecil dari seluruh perjuangan TNI bersama rakyat, tetapi secara umum dapat mengingatkan bangsa Indonesia tentang pentingnya memiliki tentara yang kuat dan berwibawa. Perlu seharian bagi pengunjung untuk melihat semua koleksi bersejarah ini sehingga pengunjung wajib mengenakan pakaian dan sepatu yang nyaman.

Exit mobile version