JNEWS – Wayang merupakan warisan budaya Indonesia yang masih lestari hingga saat ini. Pertunjukan wayang pun masih kerap diadakan di berbagai acara formal dan informal. Agar budaya ini bisa dikenal dari generasi ke generasi, Museum Wayang hadir untuk mewadahinya dengan menampilkan sejumlah koleksi dari masa ke masa dan melakukan edukasi dengan menghadirkan berbagai event di tempat ini.
Kata wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno, yakni hamayang yang berarti samar-samar. Berdasarkan catatan sejarah berupa bukti arkeologis seperti prasasti, wayang telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-9 masehi.
Kurang lebih ada 100 jenis wayang yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Melekatnya wayang sebagai budaya bangsa Indonesia, pada 7 November 2003, wayang diakui UNESCO sebagai a masterpiece of the oralandintangible heritage of humanity atau adikarya warisan budaya lisan dan tak benda manusia. Lalu, berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia No.30 Tahun 2018, tanggal 7 November diperingati sebagai Hari Wayang Nasional.
Menilik sejarah panjangnya di Indonesia, kehadiran Museum Wayang sejak tahun 1975 seperti oase menyegarkan. Di tempat ini, masyarakat Indonesia bisa merasakan kekayaan budaya yang sudah ada sejak masa lampau, sejarah dan seni Indonesia. Tak hanya itu juga, di museum ini masyarakat bisa mempelajari kerajinan dalam pembuatan boneka wayang hingga teknik penceritaan dalam pertunjukkan wayang.
Sejarah Singkat Museum Wayang
Dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Jakarta, bangunan Museum Wayang sekarang ini awalnya adalah lokasi gereja yang bernama “de oude Hoolandsche Kerk”. Gedung ini didirikan oleh VOC pada tahun 1640.
Di tahun 1733, gereja tersebut direnovasi dan diubah menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk”. Namun, karena gempa bumi, bangunan tersebut rusak dan dibangun kembali di tahun 1912. Setelah pembangunan kembali, bangunan tersebut alih fungsi sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry &Co. Pada tanggal 14 Agustus 1936, dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG), lembaga yang menangani penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuan.
Berlanjut ke tahun 1937, gudang tersebut diserahkan kepada Stichting oud Batavia dan dijadikan museum dengan nama “de oude Bataviasche Museum” atau Museum Batavia Lama. Kemudian di tahun 1957, museum tersebut diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan berganti nama menjadi Museum Jakarta Lama.
Pada tanggal 17 September 1962, museum ini diserahkan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selang beberapa tahun kemudian tepatnya 23 Juni 1968 museum diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta. Setelah diserahkan ke pemerintah DKI Jakarta, gedung ini dijadikan juga sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta.
Nama gedung ini kembali berganti menjadi Museum Wayang yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu. Peresmiannya tepat pada tanggal 13 Agustus 1975.
Setelah melalui perjalanan yang panjang, di bulan Oktober 2023 dilakukan pemugaran Museum Wayang yang berfokus pada perbaikan dan pemeliharaan gedung. Kini, museum telah beroperasi kembali dan memiliki sejumlah event edukasi menarik yang sayang untuk dilewatkan.
Baca juga: Mengenal Ragam Upacara Adat di DKI Jakarta: Warisan Budaya Ibu Kota
Hal Menarik di Museum Wayang
1. Koleksi Wayang
Dikutip dari laman resmi Jakarta Tourism, hingga saat ini kurang lebih ada 6.800 buah wayang yang ada di museum ini. Mulai dari wayang kulit, wayang golek, wayang rumput, wayang janur, wayang kardus, wayang beber, wayang revolusi, wayang klitik.
Koleksi wayang di museum tak hanya berasal dari dalam negeri saja, ada juga dari beberapa negara seperti Tiongkok, Thailand, dan Suriname. Untuk koleksi wayang tertua di museum ini adalah wayang intan yang dibuat oleh Ki Guna Kerti Wanda di tahun 1870.
Selain wayang ada juga sejumlah lukisan, topeng, boneka, patung kayu, gamelan dan pelat yang menandai batu nisan dari Jan Pieterszoon Coen (Gubernur Jenderal VOC keempat dan keenam).
2. Pertunjukan Wayang
Menariknya, di dalam museum ada teater sebagai tempat pertunjukan wayang tradisional. Pengunjung bisa menyaksikan warisan budaya ini secara langsung dan diiringi oleh musik gamelan. Dalam pertunjukan wayang ada berbagai kisah epik kuno hingga cerita rakyat. Salah satu yang populer adalah kisah Ramayana.
Selama rentang waktu tahun 2023, ada 19 pertunjukan wayang yang telah diadakan di museum ini. Seperti Wayang Kulit Surakarta dengan lakon “Sang Gatotkaca”, Wayang Potehi dengan lakon “Sie Jin Kwie Ceng Tang”, Wayang Golek Sunda dengan lakon “Sukma Dewa”, Wayang orang Surakarta dengan lakon “Semar Mbarang Sulap”, Wayang Kulit Yogyakarta dengan lakon “Abimanyu Gendong”, dan lain-lain.
3. Event
Selain event rutin pagelaran wayang yang ditujukan untuk menarik minat pengunjung agar mengenal seni wayang lebih jauh, ada juga event tahunan yakni Festival Wayang Indonesia. Festival ini rutin diadakan sejak tahun 2006.
Ada juga workshop Wayang Janur, pagelaran Karawitan yang pernah diadakan pada bulan September 2023, lalu ada juga Wayang Goes To School. Program Wayang Goes To School dilaksanakan di tahun lalu saat museum ditutup untuk pemugaran. Tujuan dari program ini untuk mengedukasi generasi muda tentang warisan budaya Indonesia dengan menggabungkan seni wayang dan dunia pendidikan.
Panduan ke Museum Wayang
Museum ini lokasinya di Kawasan Kota Tua Jakarta yang menghadap langsung ke Taman Fatahilah. Alamat lengkap ada di Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat. Jadi, pengunjung tidak akan kesulitan menemukan lokasinya karena berada di kawasan ini.
Jam operasional dari museum ini mulai dari pukul 09.00-15.00 WIB. Buka setiap hari kecuali hari Senin karena ditutup. Untuk memasuki Museum Wayang, pengunjung harus membayar tiket masuk dengan rincian:
- Dewasa atau Umum: Hari Selasa-Jumat Rp10.000/orang; Hari Sabtu-Minggu Rp15.000/orang
- Anak-anak, Pelajar, dan Mahasiswa: Flat Rp5.000/orang setiap hari
- Wisatawan Mancanegara: Flat Rp50.000/orang setiap hari
- Rombongan Dewasa atau Umum (Minimal 30 orang): Selasa-Jumat Rp7.500/orang; Sabtu-Minggu Rp11.250/orang; Anak-anak, pelajar, mahasiswa Rp3.750/orang
Pembayarannya pun cukup mudah. Ada dua metode pembayaran yang bisa dipilih yakni menggunakan QRIS dan kartu Jakcard dari Bank DKI. Khusus untuk Jakcard bisa digunakan di berbagai museum di bawah pengelolaan Pemprov DKI, Ragunan, Monas, MRT, Transjakarta, dan Planetarium.
Baca juga: Melacak Jejak Sejarah Budaya dengan Liburan di Jakarta
Museum Wayang adalah wisata edukasi yang menarik untuk dikunjungi. Di tempat ini, pengunjung bisa mempelajari seni budaya yang telah ada berabad-abad lalu dan lestari hingga sekarang. Tak hanya itu juga, di museum ini mengajarkan sebagai generasi penerus, kita wajib untuk mempertahankan dan menjaganya agar terus hidup.