JNEWS – Sejarah Nusa Penida menarik untuk diketahui karena selalu dihubungkan dengan ilmu sihir dan rahasia-rahasia kelam. Destinasi ini juga merupakan lokasi wisata favorit wisatawan domestik dan mancanegara. Foto dengan latar belakang Pantai Kelingking wara-wiri di media sosial, baik dari akun masyarakat biasa hingga akun artis terkenal dengan pengikut jutaan.
Sekilas Nusa Penida
Nusa Penida terletak di sebelah tenggara Pulau Bali, lebih tepatnya berada di antara Pulau Bali dan Pulau Lombok. Jika dilihat sepintas di peta, pulau seperti telur yang sedang dierami induk ayam. Secara administratif, pulau ini bersama Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan berada di bawah Kabupaten Klungkung.
Luasnya sekitar 202 kilometer persegi dengan garis pantai sepanjang 80 km. Meski dikeliling pantai dan laut yang indah, ironisnya sejarah pulau ini diwarnai dengan kesulitan air tawar. Sungai-sungai terisi hanya di kala musim penghujan.
Konon, sumber air ada banyak tetapi berada di bawah tebing yang sangat curam. Pemerintah berusaha membantu dengan mengalirkan air ke lokasi-lokasi prioritas, termasuk untuk wisatawan sebagai sumber pendapatan utama. Selain masalah air, pertanian sulit dikembangkan karena medan yang berbukit-bukit dan tandus.
Strata masyarakat Bali terdiri dari kasta Brahmana, Ksatrya, Weisa, dan Sudra atau Kawula. Di Nusa Penida hanya ada 3 kasta terbawah. Tak ada penduduk berkasta Brahmana tinggal di area ini.
Baca juga: Situs Diving Bali Legendaris: Kisah di Balik Bangkai Kapal USS Liberty
Sejarah Nusa Penida Zaman Kerajaan
Dikutip dari Historia, sejarah Nusa Penida ditandai dengan prasasti batu yang menunjukkan tahun 835 saka atau 913 M. Prasasti tersebut ditemukan di Desa Blanjong, yang merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Warmadewa pada masa Raja Sri Wira Kesari Warmadewa.
Kesari Warmadewa menggunakan pulau ini sebagai simbol kemenangan atas perseteruan dengan tetangganya (yang diduga adalah Lombok) dengan menjadikan Pusat Penida sebagai salah satu basis perdagangan Bali.
Ketika Bali dipimpin oleh Dinasti Kresna Kepakisan pada abad ke-14, Nusa Penida menunjukkan keinginan untuk memisahkan diri. Berdasarkan Lontar Sawangan, di bawah kepemimpinan Ratu Sawang, rakyat pulau ini sempat memerdekakan diri pada abad ke-16 dengan pusat pemerintahan di Bukit Mundi. Namun tak lama kemudian, pasukan Bali dipimpin oleh Dukut Petak berhasil menaklukkannya kembali.
Usaha memerdekakan diri dicoba lagi pada abad ke-17 dipimpin I Dewa Bungkut. Ketika itu Nusa Penida di bawah kekuasaan Kerajaan Gelgel Bali. Sengketa diakhiri ketika Bali pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil dan menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Klungkung.
Nusa Penida sebagai Pulau Buangan
Dalam literasi barat, pulau ini disebut sebagai Pulau Bandit. Julukan tersebut berasal dari digunakannya Nusa Penida sebagai tempat pembuangan pelaku kriminal dari Kerajaan Klungkung, Gianyar, dan Bangli.
Kondisi geografisnya yang tandus dinilai cocok untuk menghukum pelaku kejahatan. Belum lagi laut ganas yang mengelilinginya, membuat penjahat tak mungkin melarikan diri. Kala itu pulau ini bak penjara Alcatraz yang legendaris di Amerika Serika, hanya saja tanpa bangunan penjara.
Hukuman terhadap para penjahat ditambah dengan bekerja di ladang, yang hasilnya dinikmati oleh Kerajaan Klungkung. Konon, ada pula hukuman lain yang menyeramkan, yaitu para penjahat dijadikan tumbal ilmu sihir. Ilmu sihir dari tempat ini dipercaya menyerang Bali tiap tahun.
Kekuatan Sihir dari Nusa Penida
Legenda ilmu sihir ini berasal dari kisah Jero Gede Macaling yang memiliki kekuatan ilmu hitam. Macaling mampu mendatangkan penyakit dan berbagai musibah sehingga sangat ditakuti. Saking takutnya, orang-orang tidak berani menyebut namanya dengan keras.
Menurut cerita, Macaling awalnya tinggal di Desa Batuan, Bali. Namun karena dituduh memiliki ilmu hitam, Macaling dikirim ke Nusa Penida. Macaling marah dan bertekad untuk balas dendam, sehingga konon mengirimkan penyakit terus-menerus ke Bali.
Ketika orang Bali merayakan tahun baru dengan suka cita, Macaling bersama pasukan setan datang dengan menyamar sebagai barong. Mereka menghancurkan banyak hal. Sejak saat itu tahun baru atau Nyepi dirayakan dengan sunyi senyap untuk mengecoh pasukan setan.
Warga yang ketakutan meminta perlindungan pendeta. Pendeta membuat barong tandingan untuk mengalahkan Macaling sehingga Macaling dapat dipukul mundur ke Nusa Penida. Namun, Macaling yang kuat tetap mengirimkan sihirnya. Lalu diutuslah imam besar dari Kerajaan Gelgel untuk membersihkan pulau tersebut dari kekuatan roh jahat. Karena itulah pulau ini juga mendapat julukan Pulau Pendeta.
Nusa Penida yang Terkenal
Sejarah Nusa Penida terus bergulir. Legendanya tidak pupus begitu saja. Setelah dibersihkan dari roh jahat, warga Bali dan warga setempat menyelenggarakan ziarah secara rutin. Untuk keperluan ziarah, telah didirikan beberapa pura.
Pura terpenting dan dianggap paling suci adalah Pura Dalem Ped, tempat raja iblis Macaling bermukim. Kompleks pura ini terdiri dari 5 candi. Banyak orang Bali yang mengambil air suci di sini untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah sebagai sesaji ketika akan membangun hotel. Selain itu masih ada Pura Goa Giri Putri dan Puncak Mundi.
Di balik segala sejarahnya yang kelam dari kekeringan, ilmu sihir hingga tempat pembuangan penjahat, Nusa Penida menyimpan banyak keindahan sehingga saat ini menjadi destinasi favorit wisatawan.
Nusa Penida memiliki spot menyelam yang terkenal di dunia, yaitu Manta Point, Crystal Bay, Malibu Point, dan sebagainya. Penyelam dapat bertemu dengan manta ray, ikan pari, ikan hiu, ikan mola-mola, dan sebagainya, jika beruntung. Jika tidak ingin menyelam, wisatawan dapat berenang di Angel’s Billabong yang merupakan infinity pool yang didesain oleh alam dengan fantastis.
Tentu saja wisatawan akan mendapatkan foto-foto terbaik dengan latar belakang memesona di Pantai Kelingking, Pasih Uug atau Broken Bay, rumah pohon Molenteng Atuh, Diamond Beach, Pulau Seribu, dan sebagainya.
Baca juga: Panduan Wisata Road Trip Jakarta ke Bali: Rute dan Destinasi Menarik
Demikianlah sejarah Nusa Penida yang sarat dengan legenda dan mitos. Kisah-kisah yang menyelimuti pulau itu kini justru menjadi daya tarik yang kuat bagi masyarakat untuk mengunjungi destinasi ini.