Wisata Budaya di Nusa Tenggara Barat: Mengunjungi 5 Desa Adat yang Masih Asli

JNEWS – Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu destinasi wisata yang kaya akan budaya dan tradisi. Berbagai desa adat di wilayah ini masih mempertahankan keaslian bentuk bangunan, adat istiadat, dan tradisi leluhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Pengunjung yang datang ke sini dapat merasakan suasana kehidupan tradisional yang autentik dan mempelajari kearifan lokal yang unik.

Desa-Desa Adat di Nusa Tenggara Barat yang Masih Mempertahankan Tradisi dengan Kuat

Mengunjungi desa adat di Nusa Tenggara Barat adalah pengalaman yang tidak hanya memanjakan mata dengan keindahan arsitektur tradisional, tetapi juga memberikan wawasan tentang nilai-nilai budaya dan sejarah setempat.

Setiap desa memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri yang membuatnya layak untuk dijelajahi. Dengan mengunjungi desa-desa ini, wisatawan dapat lebih memahami dan menghargai kekayaan budaya yang ada di Nusa Tenggara Barat.

Desa-Desa Adat di Nusa Tenggara Barat: Desa Sade

1. Desa Sade

Salah satu desa adat yang terkenal di Nusa Tenggara Barat adalah Desa Sade, terletak di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Desa ini dikenal sebagai bagian dari Dusun Rembitan.

Desa Sade menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi baik oleh turis lokal maupun asing setiap harinya. Menurut situs Jadesta Kemenparekraf, dusun ini merupakan perkampungan suku Sasak yang masih menjaga adat istiadat dan bangunan tradisional seperti bale tani, lumbung padi, dan berugak. Pengunjung yang ingin merasakan kehidupan Suku Sasak pada masa lalu bisa datang ke desa ini.

Penduduk Desa Sade mengandalkan mata pencaharian dari bertani dan penjualan kerajinan tangan serta tenun kepada para turis. Berbagai suvenir dan kain tenun dijual sebagai oleh-oleh, dengan harga mulai dari Rp15.000 hingga jutaan rupiah, tergantung jenis produknya.

Desa Sade juga berdekatan dengan Sirkuit Mandalika, sehingga menjadi tempat wisata yang ideal untuk dikunjungi saat ada acara MotoGP atau WSBK. Akses jalan ke Desa Sade sudah baik dan dapat ditempuh menggunakan sepeda motor atau mobil. Fasilitas di desa ini pun cukup lengkap dengan keberadaan beberapa minimarket di sekitar kampung adat.

Baca juga: 13 Desa Adat Indonesia yang Telah Menjadi Ikon Wisata Budaya

2. Desa Ende

Terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Desa Ende juga merupakan salah satu kampung tradisional Sasak yang masih mempertahankan adat istiadat dan bangunan tradisional. Desa ini juga hanya berjarak 7 kilometer dari Sirkuit Mandalika.

Desa adat ini menawarkan suasana tradisional Nusa Tenggara Barat yang kental dengan kehidupan warga Sasak tempo dulu. Terdapat sekitar 30 rumah tradisional yang berjejer menghadap ke arah timur, dan dihuni oleh sekitar 150 penduduk.

Salah satu ciri khas desa ini adalah rumah adat Sasak yang disebut bale tani. Atap rumah ini terbuat dari rumput ilalang yang membuatnya lebih sejuk meski cuaca panas.

Pintunya cukup rendah, hanya sekitar 140 centimeter. Pintu yang pendek ini bertujuan agar tamu yang datang harus merunduk, sebagai bentuk penghormatan kepada pemilik rumah. Selain itu, lantai rumah dilumuri dengan kotoran sapi untuk memperkuat rekatan lantai. Tradisi ini telah ada sejak nenek moyang dan masih dilestarikan hingga sekarang.

Desa Ende juga menampilkan berbagai kesenian tradisional seperti peresean, nyensek, dan gendang beleq. Pengunjung dapat menikmati pertunjukan ini sembari berkeliling desa. Selain itu, desa ini juga menawarkan berbagai suvenir khas Lombok seperti kain tenun, kain songket, sarung, kaus Lombok, gelang, kalung, dan mutiara yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh.

3. Desa Bayan

Desa Adat Bayan, terletak di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, adalah salah satu desa adat yang masih eksis di wilayah tersebut. Terletak di lereng utara Gunung Rinjani, desa ini dikenal sebagai salah satu desa tertua di Nusa Tenggara Barat. Desa ini memiliki luas sekitar 2.600 hektare dan merupakan salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Bayan.

Desa Adat Bayan memiliki populasi sekitar 5.373 jiwa, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Masyarakat di desa ini tidak hanya mempertahankan bentuk bangunan rumah tradisional Sasak, tetapi juga masih menjalankan tradisi dan adat istiadat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu tradisi yang terkenal adalah Ritual Menutu Mulud atau menumbuk padi dalam rangkaian acara Maulid Adat Karang Bajo.

Desa ini merupakan lokasi Masjid Bayan Beleq berada, sebuah cagar budaya berusia 300 tahun yang menjadi saksi bisu masuknya ajaran Islam di Pulau Lombok. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol sejarah dan budaya yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.

Desa Adat Bayan memiliki keterikatan adat yang kuat dengan desa-desa lain di sekitarnya. Setiap desa memiliki peran dan tugas yang berbeda sesuai dengan tatanan sosialnya. Tatanan sosial dan hukum adat di Desa Adat Bayan mengatur hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan alam, serta hubungan antar sesama manusia.

4. Desa Beleq Sembalun

Di Lombok Timur juga terdapat beberapa desa adat yang masih terjaga dengan baik, salah satunya berada di Desa Adat Beleq Sembalun. Desa ini dikenal sebagai tempat asal mula leluhur masyarakat Sembalun di Kabupaten Lombok Timur.

Di dalam kompleks desa ini, terdapat tujuh unit rumah adat. Terdiri atas dua geleng sebagai tempat penyimpanan harta benda, satu bale malang atau langgar untuk rapat dan beribadah, serta satu batu bertuah yang disebut pasek gumi. Di dekat pasek gumi terdapat batu delpak yang berfungsi sebagai kendaraan wali atau pengulu.

Bangunan rumah di Desa Adat Beleq memiliki kesamaan dengan rumah adat di desa lain di Nusa Tenggara Barat. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan atapnya dari ilalang. Lantai rumah dibuat dari campuran tanah liat, kotoran sapi, dan abu jerami.

Dari rumah-rumah adat di Desa Beleq, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang indah berupa perbukitan dan lanskap sawah di kawasan Sembalun. Pemandangan ini menambah daya tarik desa adat yang kaya akan sejarah dan budaya.

Hukum adat di desa ini juga memprioritaskan pengelolaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat saat ini dan di masa depan. Prinsip ini sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Masyarakat Desa Adat Bayan menjaga hulu hingga hilir sungai, menjunjung tinggi kemandirian dan nilai-nilai lokal untuk memastikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan generasi mendatang.

5. Desa Limbungan

Di Lombok Timur, terdapat Desa Adat Limbungan yang merupakan salah satu desa adat masyarakat Suku Sasak yang masih dipertahankan. Desa ini secara administratif berada di Desa Perigi, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Rumah Adat Limbungan adalah salah satu bentuk rumah adat khas di Pulau Lombok, selain yang ada di Sade, Sembalun, dan Bayan. Meski secara umum terlihat serupa, setiap rumah adat Suku Sasak memiliki perbedaan dalam cara pembuatan dan ritual perawatannya.

Rumah Adat Limbungan di Desa Perigi konon menjadi yang tertua di antara rumah adat lainnya di Lombok. Menurut Mangku, atau Tetua Adat, semua rumah adat Suku Sasak memiliki keterkaitan, meskipun sejarah pastinya belum diketahui.

Rumah di Desa Adat Limbungan dibangun secara gotong royong oleh penduduk sekitar. Bahan dan bentuk rumah seragam, dengan penempatan yang berdekatan untuk mencerminkan kerukunan dan kebersamaan. Hal ini menunjukkan kesetaraan di antara penduduk desa, yang mayoritas bekerja sebagai petani dan peternak.

Fondasi rumah adat ini terbuat dari batu dan tanah, dengan lantai yang dibuat dari campuran tanah, kotoran sapi, dan getah kayu. Kerangka bangunannya menggunakan kayu hutan, pagar dari anyaman bambu, dan atap dari alang-alang kering yang diikat dengan tali bambu. Pintu rumah terdiri dari dua bagian, satu di luar dan satu di dalam, dengan ruangan dalam lebih tinggi.

Pintu rumah adat Limbungan unik, dibuat seperti gerbang yang dibuka dengan cara digeser dan tingginya kurang dari 1 meter, sehingga tamu harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Atap rumah memiliki dua buah tanduk yang melambangkan ketaatan seorang istri kepada suaminya.

Rumah ini tidak memiliki jendela karena posisinya di perbukitan yang dingin. Lantai tanah menambah kesejukan ruangan, sehingga pengunjung yang menginap perlu menggunakan jaket. Keunikan dan keindahan rumah adat Limbungan menjadikannya salah satu daya tarik wisata di Lombok Timur.

Baca juga: 10 Nama Gili di Lombok dan Keindahannya Masing-Masing

Nusa Tenggara Barat menawarkan pengalaman wisata budaya yang tak terlupakan dengan mengunjungi desa-desa adat yang masih asli. Menyaksikan kehidupan tradisional dan keindahan arsitektur khas di wilayah ini menjadi cara terbaik untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya Indonesia.

Exit mobile version