Sumatra Barat memiliki beragam kuliner yang menggugah selera, mulai dari rendang, sate, sup tunjang, pangek, hingga goreng ikan bilih. Berbicara soal bilih, ikan tawar kecil endemik Danau Singkarak ini sangatlah lezat untuk disajikan dalam berbagai varian.
Rani Delvia, menyalurkan hobi makan makanan tradisional, dan masaknya untuk membuka usaha kuliner ikan bilih goreng guna mengobati kerinduan perantau terhadap ikan bilih, khas Ranah Minang.
Tidak pernah kepikiran oleh gadis 28 tahun ini akan memasok ikan bilih goreng buatannya hingga Kalimantan dan Jakarta, karena sudah begitu banyak penjual yang terlebih dahulu memulai usaha tersebut. Terutama masyarakat yang berada di sekeliling Danau Singkarak, Sumbar.
“Awalnya iseng-iseng aja karena harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan pasca berhenti kerja. Saat memulai usaha kuliner, saya jualan rendang untuk di jual ke teman-teman perantauan. Kemudian juga kepikiran untuk mencoba kuliner khas Sumbar lainnya,” kata Rani Devia kepada JNEWS, Rabu (8/7).
Meski sudah banyak penjual ikan bilih goreng bertebaran sepanjang pinggiran Danau Singkarak, Rani tidak patah arang. Dia memutuskan untuk memasarkan usahanya secara daring (online). Bermodalkan relasi yang didapat selama kerja dan pengikut media sosial, Rani mulai kedatangan pembeli dari berbagai daerah di Indonesia.
Keunggulan ikan bilih goreng buatan Rani dengan lainnya ada pada kesegaran rasanya. Rani menggoreng ikan bilih setiap harinya sebanyak jumlah pesanan yang masuk melalui media sosial maupun handphone.
BACA JUGA: Gurih dan Lezatnya Pempek Api Bu Aris, Bisa Pesan di PESONA JNE
Manfaatkan Situasi Pandemi
Pandemi virus Covid-19 mengakibatkan perantau tidak bisa pulang kampung, tidak terkecuali juga bagi perantau asal Sumbar. Semenjak Indonesia dinyatakan terinfeksi secara besar-besaran, pemerintah melarang masyarakat untuk mudik. Situasi ini dimanfaatkan Rani untuk mengobati kerinduan perantau terhadap makanan khas Minang. Dapua Amakami dinobatkan sebagai merek, yang sedang diurus hak paten-nya.
Ditambah tren masyarakat dari belanja ke warung, pasar, mall, hingga swalayan berubah menjadi belanja online akibat wabah Corona melanda indonesia sejak pertengahan Maret lalu.
“Jualan onlie tidak memerlukan modal besar, apalagi kita bisa mempromosikan barang jualan kita di rumah lewat media sosial,” ungkapnya.
Meski begitu, bukan tidak ada kendala yang ditemui Rani dalam usahanya ini, harga ikan bilih basah yang tidak stabil menyulitkannya dalam penjualan. Apalagi tiga kilogram bilih basah jadinya hanya satu kilogram bilih goreng.
Hingga kini omzet yang dihasilkan Rani memang belum besar, baru Rp2.500.000 per bulannya. Namun hal tersebut tidak menyulutkan semangatnya untuk mengembangkan bisnis yang baru ditekuninya selama tiga bulan ini. Bahkan ia bercita-cita akan membuat ikan bilih goreng Dapua Amakami dikenal hingga ke luar negeri.
Untuk harga, satu kilogram ikan bilih goreng Dapua Amakami dijual seharga Rp180.000. Rani juga menyediakan kemasan 1/2 kilogram dan 1/4 kilogram. Tunggu apalagi, obati kerinduan pada kuliner Ranah Minang satu ini dengan menghubungi Instagram @dapuaamakami
BACA JUGA: Ini Empat Dampak Positif Jika UKM Terhubung Ke Dunia Digital Menurut Facebook