Tidak semua sektor lumpuh akibat pandemi COVID-19 yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Masih ada sektor yang justru bisa menjadikan pandemi sebagai momentum untuk bangkit, salah satunya adalah perusahaan perdagangan berbasis elektronik atau yang kita kenal sebagai e-commerce.
Pendapat ini disampaikan oleh Partner East Ventures Melisa Irene beberapa waktu lalu. Melisa hakul yakin jika perusahaan e-commerce hakikatnya mengalami pertumbuhan yang signifikan selama masa pandemi. Pendapat ini dilontarkan seiring dengan terjadinya perubahan tren berbelanja dari offline ke online.
Melisa melihat kini semakin banyak dari masyarakat Indonesia yang bertransaksi secara digital. Bukan cuma terjadi pada masyarakat baru, masyarakat yang sudah lama menggunakan e-commerce pun semakin giat melakukan transaksi digital ketika pandemi COVID-19.
Mengambil data dari SIRCLO, Melisa mengungkap bahwa terdapat 12 juta pengguna ecommerce baru dalam 2-3 bulan saat pembatasan sosial diterapkan di Tanah Air. Pertumbuhan pengguna baru ini turut mendorong makin banyak merek besar, UMKM, hingga individual yang berjualan secara online.
Baca Juga: E-Commerce Blanja.com Resmi Ditutup Telkom
“Dampaknya juga beragam. Produk yang esensial, seperti makanan segar melonjak. Di sisi lain, produk fesyen tertekan. Variasi juga tampak di satu vertikal,” kata Melisa mengutip dari laman Bisnis.com.
Secara fundamental, lanjut Melisa, kesuksesan perusahaan perdagangan berbasis elektronik bergantung pada skala ekonomi yang dimiliki. Namun, memang untuk bisa sukses dibutuhkan biaya pemasaran produk yang efisien agar margin keuntungan bisa stabil.
Menurutnya pemain besar atau unikorn seperti Tokopedia, memiliki kekuatan finansial yang lebih kuat sehingga dapat menarik lebih banyak konsumen melaui biaya pemasaran digital yang disubsidi, termasuk menawarkan produk dengan harga diskon
“Jika perusahaan e-commerce baru tidak punya nilai tambah atau penawaran yang unik. Hanya menawarkan harga yang bersaing, mereka tidak akan mampu bersaing dengan unikorn,” ujarnya.
Baca Juga: Gaet Lebih Banyak Konsumen, Chilibeli Gandeng Lazada
Dalam pandangan Melisa agar perusahaan perdagangan berbasis elektronik lainnya bisa bersaing dengan pemain besar yang sudah ada, mereka harus memiliki kekuatan unik untuk produk-produk yang spesifik.
Perusahaan perdagangan berbasisi elektronik harus menguasai aspek-aspek dari unit ekonomi antara lain; sumber suplai, efisiensi logistik, dan optimasi pasar. “Contohnya seperti Sociolla, Otten Coffe, atau Orami, menawarkan pengalaman belanja yang berbeda dari marketplace besar.
Jadi Solusi Perekonomian RI
Maraknya transaksi yang terjadi di platform e-commerce mendapat dukungan dari Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto. Dukungan ini diberikan karena Mendag Agus melihat bahwa e-commerce bisa menjadi salah satu solusi perekonomian di Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Mendag Agus menilai, keberadaan e-commerce bisa memberikan angin bagi ekonomi di masa pandemi. Berdasarkan informasi, di tahun 2020 ini terdapat 1.564 pelaku UMKM yang sudah mengikuti pelatihan. Angka ini akan terus bertambah.
“Kami mengharapkan juga e-commerce dapat mendukung program pemerintah dengan cara menyediakan ruang promosi produk dalam negeri, meningkatkan daya saing pelaku UMKM,” ujar Mendag Agus.
Di samping itu, lanjut Mendag Agus juga menilai keberadaan e-commerce turut mendukung pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Karena dengan berbelanja di e-commerce, maka masyarakat tidak perlu melakukan kontak fisik.
Baca Juga: Trik Jitu Berjualan di E-Commerce