JNEWS – Pantai Plengkung adalah surga bagi para peselancar yang mencari tantangan di Jawa Timur. Terkenal dengan ombaknya yang besar dan menantang, pantai ini menawarkan pengalaman berselancar yang tak terlupakan. Lokasinya yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo menjadikannya semakin eksotis dan menarik untuk dikunjungi.
Dikenal dengan sebutan G-Land, Pantai Plengkung memiliki sejarah dan cerita unik di balik nama tersebut. Banyak peselancar dari seluruh dunia datang ke sini untuk menaklukkan ombak yang legendaris.
Mari kita telusuri lebih dalam mengapa pantai ini disebut sebagai G-Land dan apa yang membuatnya begitu istimewa di kalangan peselancar.
Asal Muasal Nama G-Land untuk Pantai Plengkung
Menurut cerita asal usul yang dimuat di Banyuwanginet, penduduk setempat menyebut pantai ini sebagai Pantai Plengkung. Lokasinya berada di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Nama ini diberikan karena pantai yang terhubung langsung dengan Samudera Hindia ini memiliki ombak besar dengan gulungan melengkung.
Sementara di sisi lain, pantai ini dikenal di kalangan peselancar sebagai G-Land, dengan nama yang berasal dari Teluk Grajagan (Grajagan Bay).
Pada tahun 1972, seorang peselancar asal California, Bob Laverty, melihat ombak besar saat terbang dari Jakarta ke Bali. Ia menjadi penasaran dan menggunakan peta Angkatan Laut Inggris untuk memastikan lokasi pantai tersebut. Bob bertemu dengan ekspatriat di Kuta, Mike dan Bill Boyum, yang kemudian memulai petualangan mereka untuk menemukan Pantai Plengkung.
Dengan sepeda motor sewaan, papan selancar, dan perbekalan sederhana, mereka berangkat ke Banyuwangi. Mereka menyewa perahu nelayan dari Pelabuhan Grajagan karena ternyata tidak ada akses darat ke pantai tersebut. Saat itulah, mereka tiba di pantai yang masih perawan dan menemukan ombak tinggi dan panjang yang sangat mengesankan.
Bob dan Bill menemukan tiga jenis ombak di surga tersembunyi tersebut. Many Track Waves memiliki ketinggian 3-4 meter. Speedis Waves dengan ketinggian 5-6 meter. Sementara Kong Waves mencapai ketinggian 6-8 meter.
Setiap tingkatan ombak menawarkan tantangan yang berbeda bagi para peselancar. Many Track Waves cocok untuk pemula. Speedis Waves lebih menantang untuk yang berpengalaman. Kong Waves menjadi puncak tantangan dengan ketinggian mencapai 8 meter. Kong Waves inilah yang memungkinkan peselancar untuk melakukan Tube Riding. Konon, ombak ini, selain di Pantai Plengkung, hanya ada di Hawaii dan Afrika Selatan.
Daerahnya masih “liar”, bahkan ada ancaman malaria dan binatang buas. Namun, mereka terus kembali ke tempat tersebut bersama teman-teman mereka. Pada tahun 1974, mereka berhasil mendapatkan izin untuk mendirikan Blambangan Surfing Club setelah melalui proses birokrasi yang cukup panjang.
Sejak saat itu, G-Land semakin terkenal di kalangan peselancar dan menjadi tujuan populer. Harga paket perjalanan yang tinggi tidak menghalangi minat para peselancar untuk datang dan mencoba mengendarai ombak di pantai tersebut.
Petualangan Bob dan Boyum bersaudara berhasil menarik banyak investor lain untuk membuka fasilitas serupa di Pantai Plengkung. G-Land berubah dari tempat antah berantah menjadi destinasi bagi pemburu ombak dari seluruh dunia, yang kini disepadankan dengan Hawaii.
Baca juga: Taman Nasional Alas Purwo: Sejarah, Keanekaragaman Hayati, dan Panduan Wisatanya
Panduan Berkunjung ke Pantai Plengkung atau G-Land
Menuju Pantai G-Land cukup mudah karena bisa ditempuh dengan jalur darat maupun laut. Untuk jalur darat, pengunjung dapat menggunakan transportasi umum seperti bus dari Banyuwangi menuju Kalipahit, kemudian melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju Pos Pancur. Di Pos Pancur, semua kendaraan harus parkir.
Dari Pos Pancur, perjalanan menuju Pantai G-Land bisa dilakukan dengan berjalan kaki sejauh 9 km atau menyewa kendaraan khusus yang disediakan oleh pengelola Taman Nasional Alas Purwo.
Meski jalan dari Pancur ke Plengkung sudah diperbaiki, penyewaan kendaraan lebih dianjurkan. Selain untuk memantau jumlah wisatawan, jalur ini sering dilewati binatang yang bisa terganggu oleh aktivitas manusia.
Untuk jalur laut, wisatawan bisa menggunakan speedboat atau perahu nelayan dari Pantai Grajagan, sekitar 40 km dari selatan Banyuwangi. Banyak wisatawan mancanegara dari Bali yang memanfaatkan jalur ini. Perjalanan dengan speedboat memakan waktu sekitar satu jam, sementara dengan perahu nelayan sekitar dua jam.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Pantai Plengkung Selain Berselancar
G-Land menawarkan lebih dari sekadar ombak yang mengagumkan. Pengunjung bisa menikmati panorama Taman Nasional Alas Purwo lainnya, seperti padang stepa dan berbagai habitat yang menakjubkan di dalamnya.
Selain berselancar, ada banyak kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan. Trekking melalui hutan bambu yang tumbuh di sepanjang jalan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Bagi yang hobi fotografi, pemandangan indah sepanjang Pantai Plengkung dengan pasir putih dan batuan karang menjadi objek foto yang menawan.
Terkadang, wisatawan juga bisa melihat rombongan rusa yang sedang mencari makan di pantai. Penyewaan perahu untuk melihat aksi peselancar di tengah laut, snorkeling, diving, menjelajahi gua, dan mengunjungi penangkaran penyu juga menjadi pilihan menarik.
Wisatawan di Banyuwangi juga bisa mencoba olahraga selancar lainnya seperti selancar angin (wind surfing) dan selancar layang (kite surfing) di Pulau Tabuhan. Pulau ini terletak di Banyuwangi Utara, di perbatasan antara Pulau Jawa dan Bali. Meski ombaknya tidak sekencang di Pantai Plengkung, kecepatan anginnya cukup kencang untuk aktivitas selancar angin.
Dengan berbagai kegiatan menarik dan pemandangan yang memesona, G-Land dan sekitarnya menawarkan pengalaman yang lengkap dan berkesan bagi setiap pengunjungnya. Pantai ini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi mereka yang mencari petualangan dan keindahan alam di Indonesia.
Pantai Plengkung telah menjadi tujuan utama bagi peselancar dari seluruh dunia. Keunikan ombaknya dan sejarah di balik julukan G-Land membuat pantai ini istimewa dan layak dikunjungi bagi siapa saja yang mencari petualangan dan keindahan alam di Indonesia.