Pasar Beringharjo Jogja: Sejarah, Arsitektur, Hingga Belanja dan Kulineran

JNEWS – Pasar Beringharjo adalah salah satu pasar tradisional tertua dan paling ikonik di Yogyakarta. Pasar ini tidak hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang kental. Lokasinya yang strategis di kawasan Malioboro menjadikannya destinasi favorit bagi wisatawan dan penduduk lokal.

Selain berfungsi sebagai tempat berbelanja, pasar tradisional terbesar ini jugua menawarkan pengalaman arsitektur khas yang memadukan gaya kolonial dan Jawa. Keberadaan pasar ini tidak lepas dari perkembangan kota Yogyakarta, terutama sebagai pusat aktivitas ekonomi dan kuliner yang kaya akan cita rasa lokal.

Sejarah Berdirinya Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo Jogja

Dikutip dari laman Jogja Cagar, Pasar Beringharjo awalnya bernama Pasar Gedhe. Pasar ini dibangun saat Sultan Hamengku Buwono I mendirikan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pasar Gedhe dalam masanya merupakan pusat ekonomi rakyat Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Hal ini juga berlaku hingga sekarang. Keberadaannya melengkapi Kota Yogyakarta sebagai ibu kota kerajaan saat itu. Lokasi pasar berada di utara kompleks keraton, tepatnya di utara Benteng Vredeburg.

Nama pasar kemudian berubah menjadi Pasar Beringharjo pada masa Sultan Hamengku Buwono VIII. Nama tersebut berasal dari kata bering dan harjo. Lokasi pasar dulu merupakan hutan Beringan, yang kini diabadikan menjadi nama Jalan Pabringan di selatan pasar. Sementara kata harjo berarti aman dan tenteram.

Bangunan Pasar Gedhe terbagi menjadi dua bagian, barat dan timur. Kedua bagian ini dipisahkan oleh jalan yang menghubungkan Jalan Lor Pasar dan Jalan Pabringan. Bagian barat terdiri dari gerbang, kios, dan deretan los.

Baca juga: Capture the Magic: 10 Instagrammable Place in Jogja City Center

Arsitektur Bangunan Pasar Beringharjo

Bangunan Pasar Beringharjo memiliki ciri khas yang unik, memadukan arsitektur kolonial dan tradisional Jawa. Pasar ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian barat dan timur. Bagian barat adalah bangunan utama yang terdiri dari dua lantai, sedangkan bagian timur memiliki tiga lantai.

Pintu masuk utama terletak di bagian barat, langsung menghadap Jalan Malioboro. Gerbang utama ini bergaya kolonial dengan tulisan nama pasar dalam aksara Latin dan Jawa.

Di sebelah kanan dan kiri pintu utama terdapat dua ruangan berukuran 2,5 x 3,5 meter yang digunakan sebagai kantor pengelola pasar. Pintu utama ini terhubung dengan jalan utama pasar yang memanjang dari barat ke timur. Jalan utama di dalam pasar memiliki lebar sekitar 2 meter, dengan los-los terbuka di kedua sisi. Selain pintu utama, ada pintu lain di bagian utara, timur, dan selatan, namun ukurannya lebih kecil dibandingkan pintu utama.

Belanja di Pasar Beringharjo

Berkunjung ke Jogja tak akan lengkap jika tanpa belanja di Pasar Beringharjo. Hal-hal berikut inilah yang bisa ditemukan di pasar ini.

1. Batik

Pasar ini bisa dikatakan sebagai pusat batik. Ada berbagai jenis batik, mulai dari kain hingga pakaian jadi. Bahan batik yang tersedia beragam, termasuk katun dan sutra. Koleksi batik ini tersebar hampir di seluruh area pasar bagian barat.

Selain batik, pasar ini juga menyediakan baju surjan, blangkon, serta sarung tenun dan batik di los bagian barat. Selain itu, juga banyak terdapat penjual sandal dan tas.

2. Rempah-Rempah

Di bagian lain, terdapat pula pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah-rempah. Bahan jamu yang tersedia meliputi kunyit untuk membuat kunyit asam, dan temulawak untuk jamu pahit.

Juga ada jahe, yang sering diolah menjadi minuman seperti ronde atau direbus dengan gula batu. Selain itu, kayu manis juga tersedia dan biasanya digunakan untuk menambah cita rasa pada wedang jahe, kopi, teh, serta kadang sebagai pengganti bubuk cokelat dalam cappuccino. Masih banyak lagi rempah-rempah yang bisa ditemukan di sini; bunga lawang, pala, kapulaga, dan sebagainya.

3. Barang Antik

Pasar ini juga terkenal sebagai tempat berburu barang antik. Mereka bisa ditemukan di lantai tiga, dan beberapa juga ada di lantai dasar. Di sini, bisa ditemukan berbagai barang seperti mesin ketik tua dan helm dari era 60-an dengan pelindung mika setinggi hidung.

Selain barang antik, ada juga beragam barang bekas berkualitas lainnya. Barang-barang bekas impor seperti sepatu, tas, dan pakaian dijual dengan harga yang lebih terjangkau, tetapi kualitasnya tetap baik.

4. Kuliner

Pasar Beringharjo bukan hanya surga belanja, tetapi juga tempat kuliner khas Yogyakarta. Tersedia berbagai pilihan, mulai dari makanan berat, camilan, hingga minuman segar. Semua makanan di sini lezat dan harganya terjangkau. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

Sate Kere

Ada beberapa penjual sate kere bisa ditemukan di pasar ini, tetapi yang paling terkenal adalah Sate Kere Mbah Suwarni. Sate dari gajih sapi ini dimasak dengan begitu gurih berbumbu rempah dan kecap manis. Rasanya sangat lezat. Selain sate kere, tersedia juga sate daging sapi dan sate ati ampela yang tak kalah sedap.

Dawet Mbah Hari

Dawet Mbah Hari di Pasar Beringharjo terkenal dengan rasa yang enak dan segar. Harganya sangat terjangkau, hanya Rp7.000 per porsi, membuatnya layak dicoba. Lokasinya mudah ditemukan, tepat di pinggir pintu masuk pasar.

Empal Bu Warno

Empal Bu Warno terletak di gedung pasar bagian belakang lantai 2, tepat di depan gereja GPIB. Sepiring nasi putih panas akan disajikan dengan pilihan daging empal yang beragam. Pilihannya meliputi daging kisi, babat, iso, paru, koyor, limpa, atau lidah. Semua pilihan sama lezatnya, membuat sulit untuk menentukan yang terbaik.

Soto Pites Mbah Galak

Kuliner legendaris di Pasar Beringharjo ini menawarkan soto dengan harga terjangkau. Keunikannya, soto di sini disajikan dengan cabai yang dihaluskan langsung menggunakan tangan.

Soto memiliki rasa gurih dengan aroma kaldu yang khas, tidak terlalu manis. Jika ingin lebih manis, bisa menambah kecap. Tersedia pilihan soto ayam, soto sapi, serta aneka ramesan. Sate ayam bakarnya memiliki aroma sedap dan tekstur juicy karena dibakar dengan arang.

Jenang Bu Darmini

Jenang Bu Darmini terkenal enak dengan tekstur yang kental. Lapak jenang ini buka mulai pukul 08.00 pagi dan menawarkan beberapa varian. Harganya hanya Rp10.000 per porsi. Jenang bisa dinikmati sambil duduk di kursi kecil yang tersedia.

Baca juga: 11 Rekomendasi Makanan di Jogja yang Wajib Dicoba Setidaknya Sekali Seumur Hidup

Pasar Beringharjo tetap menjadi salah satu ikon penting di Yogyakarta. Selain sebagai pusat perdagangan, pasar ini juga mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya yang terus hidup di tengah modernisasi kota. Kunjungan ke Yogyakarta terasa belum lengkap tanpa singgah ke pasar yang sarat akan nilai tradisi ini.

Exit mobile version