JNEWS – Sekarang ini, punya lebih dari satu pekerjaan bukan hal aneh lagi. Fenomena ini sering disebut multi-jobbers. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah satir: pekerja poligami. Karena “menikahi” lebih dari satu pekerjaan sekaligus.
Lucu sih istilahnya. Tapi kalau dipikir-pikir, hidup sebagai pekerja poligami itu tidak segampang kelihatannya. Di balik semangat produktif dan pemasukan ganda, ada beban fisik dan mental yang ikut tumbuh diam-diam.
Pertanyaannya, apakah gaya hidup ini sehat dalam jangka panjang? Atau justru pelan-pelan bikin tubuh dan pikiran lelah tanpa disadari?
Kenapa Banyak Orang Menjadi Pekerja Poligami?
Fenomena pekerja poligami bukan muncul tanpa sebab. Di balik keputusan untuk memegang lebih dari satu pekerjaan, ada berbagai alasan yang saling berkaitan. Untuk memahami lebih dalam, mari lihat apa saja yang mendorong seseorang menjalani peran sebagai pekerja poligami.
1. Gaji dari Satu Pekerjaan Sering Tak Cukup Memenuhi Kebutuhan Hidup
Biaya hidup makin hari makin naik, tapi kenaikan gaji tidak selalu ikut secepat itu. Banyak orang harus bertahan dengan penghasilan tetap yang stagnan. Akhirnya, pengeluaran bulanan sering kali lebih besar dari pemasukan.
Kalau terus dibiarkan, tabungan bisa habis, atau malah harus berutang. Di titik ini, kerja sampingan jadi bukan pilihan, tapi kebutuhan.
Baca juga: Lazy Girl Jobs: Apa Saja Contoh Pekerjaannya dan Kenapa Ramai Dibahas?
2. Ingin Punya Pendapatan Tambahan
Bagi yang sudah berkeluarga, pengeluaran jadi makin besar dan kompleks. Cicilan rumah, motor, atau pinjaman lain datang bersamaan dengan biaya sekolah anak yang tidak murah. Kadang gaji bulanan hanya cukup untuk kebutuhan pokok, tapi tidak menyisakan ruang untuk menabung. Sementara di sisi lain, ada keinginan punya dana cadangan buat masa depan.
Punya pekerjaan tambahan jadi terasa masuk akal, karena bisa bantu tutup kekurangan itu. Walau capek, ada rasa lega saat tahu kebutuhan penting bisa terpenuhi.
3. Tren Side Hustle dan Ekonomi Digital
Sekarang, kerja sampingan tak harus keluar rumah atau punya modal besar. Banyak pekerjaan yang bisa dijalankan dari HP atau laptop saja. Mulai dari jualan online, jadi penulis lepas, sampai mengisi survei berbayar. Platform digital juga menyediakan tempat untuk cari klien atau promosi keahlian.
Jadi, meski kerja utama sudah cukup menyita waktu, masih ada celah untuk dapat penghasilan tambahan lewat jalur lain. Fleksibilitas ini bikin orang merasa, “Kenapa nggak sekalian mencoba saja?”
Risiko Kesehatan Fisik dan Mental
Menjadi pekerja poligami memang terdengar produktif dan menguntungkan dari sisi keuangan. Tapi di balik semua itu, ada harga yang sering tak terlihat, terutama bagi tubuh dan pikiran. Berikut beberapa risiko yang kerap menghampiri pekerja poligami jika tak pandai menjaga keseimbangan.
1. Jam Kerja Lebih Panjang = Kelelahan Kronis
Saat seseorang memilih jadi pekerja poligami, otomatis waktu kerjanya bertambah. Pagi sudah kerja utama, malam lanjut kerja sampingan. Tubuh pun jarang benar-benar istirahat. Capek yang dirasa bukan lagi capek biasa, tapi terus menumpuk.
Ini yang disebut kelelahan kronis—capek yang tidak hilang meskipun sudah tidur atau libur sehari. Lama-lama tubuh bisa protes, karena dipaksa aktif terus tanpa jeda.
2. Kurang Tidur, Susah Fokus, dan Potensi Burnout
Waktu tidur jadi korban pertama dari gaya hidup ini. Sering kali pekerja poligami harus begadang demi menyelesaikan pekerjaan tambahan. Tidur hanya sebentar, itu pun kadang tidak nyenyak karena pikiran masih sibuk.
Akibatnya, paginya tubuh lemas, kepala berat, dan sulit fokus. Otak terasa penuh dan gampang lupa. Kalau berlangsung terus, kondisi ini bisa berujung ke burnout—keadaan ketika fisik dan mental sama-sama lelah, dan motivasi kerja turun drastis.
3. Waktu untuk Keluarga dan Diri Sendiri Jadi Sangat Minim
Semakin banyak waktu dihabiskan untuk kerja, semakin sedikit waktu tersisa untuk hal lain. Pekerja poligami sering kehilangan momen penting bersama keluarga.
Anak yang butuh ditemani jadi sering ditinggal. Pasangan mungkin mulai merasa diabaikan. Diri sendiri pun nyaris tak punya ruang untuk beristirahat atau sekadar menikmati hal-hal kecil. Lama-lama, hubungan bisa renggang dan kehidupan pribadi terasa hampa.
4. Risiko Kesehatan Jangka Panjang
Tekanan kerja yang terus-menerus bukan cuma membuat lelah, tapi juga bisa berdampak ke kondisi tubuh. Stres tinggi bisa memicu tekanan darah naik atau memengaruhi detak jantung. Tanpa disadari, risiko penyakit seperti hipertensi atau gangguan jantung meningkat.
Di sisi lain, stres yang tak dikelola dengan baik juga bisa membuat mental drop. Kecemasan berlebihan, kesedihan yang berkepanjangan, sampai depresi bisa datang diam-diam tanpa gejala yang kentara.
Tip Menjaga Diri ala Pekerja Poligami
Menjadi pekerja poligami memang bisa membantu secara finansial, tapi kalau tidak dijaga dengan baik, bisa jadi bumerang. Biar tetap kuat menjalani banyak peran, ada beberapa hal penting yang sebaiknya diperhatikan. Berikut tip sederhana yang bisa bantu pekerja poligami tetap waras dan produktif.
1. Buat Jadwal yang Realistis dan Rapi
Kalau punya dua atau lebih pekerjaan, jadwal harus jelas sejak awal. Tentukan jam kerja utama, lalu cari waktu luang yang pas untuk kerja sampingan. Jangan sampai semuanya tumpuk di hari yang sama. Sisakan waktu istirahat di antara tugas-tugas biar tubuh tidak drop.
Lebih baik punya jadwal yang longgar tapi bisa dijalani, daripada padat tapi bikin stres. Dengan jadwal yang rapi, semua jadi lebih terkontrol dan tidak bikin panik.
2. Prioritaskan Pekerjaan Sesuai Urgensi dan Tenggat
Tidak semua pekerjaan harus diselesaikan saat itu juga. Belajar memilah mana yang paling mendesak bisa bikin hidup lebih tenang. Gunakan daftar tugas harian atau mingguan untuk bantu fokus. Kalau ada proyek besar, bagi jadi tugas kecil biar lebih ringan dikerjakan.
Fokus pada satu pekerjaan dalam satu waktu juga bantu hasilnya jadi lebih rapi. Prioritas yang jelas bisa mencegah pekerjaan bertumpuk tanpa arah.
3. Jaga Pola Tidur dan Makan yang Seimbang
Tidur cukup itu penting, apalagi kalau tubuh terus dipakai untuk kerja. Begadang terus-terusan malah bikin hasil kerja jadi tidak maksimal.
Menurut artikel Kementerian Kesehatan, orang dewasa usia 18 – 40 tahun membutuhkan waktu tidur setidaknya 7 jam sehari. Tak ketinggalan juga, makan tiga kali sehari dengan gizi seimbang. Jangan sering lewati sarapan karena itu sumber energi utama. Minum air putih cukup juga jangan disepelekan, karena dehidrasi bikin cepat lelah. Tubuh yang sehat bantu pikiran tetap jernih meski kerjaan banyak.
4. Sisihkan Waktu untuk Diri Sendiri dan Keluarga
Jangan sampai hidup cuma diisi kerja dan kerja. Luangkan waktu buat hal-hal kecil yang bikin senang, seperti nonton film, main bareng anak, atau jalan-jalan sore.
Waktu-waktu ini penting buat menjaga kesehatan mental. Ingat, istirahat bukan kemewahan, tapi kebutuhan.
5. Evaluasi Diri Secara Berkala
Sesekali, ambil waktu untuk cek kondisi tubuh dan suasana hati. Apakah sering capek tanpa alasan? Apakah mulai susah tidur atau cepat marah?
Tanda-tanda ini bisa jadi sinyal tubuh dan pikiran sudah kewalahan. Lihat juga hasil kerja—apakah masih maksimal atau mulai keteteran. Kalau mulai terasa berat, mungkin perlu kurangi beban atau atur ulang ritme kerja. Evaluasi rutin bisa mencegah kelelahan yang sudah telanjur parah.
Baca juga: Panduan Lengkap Alat Service HP: Apa Saja yang Dibutuhkan untuk Memulai?
Menjadi pekerja poligami memang terlihat sebagai solusi cepat saat satu pekerjaan tak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan. Tapi di balik tambahan penghasilan, ada risiko yang perlu disadari sejak awal.
Tanpa pengaturan waktu dan perhatian pada kondisi tubuh, gaya hidup ini bisa menggerus kesehatan perlahan-lahan. Bukan berarti tak boleh dijalani, tapi perlu dilandasi keputusan yang matang dan perencanaan yang realistis. Karena pada akhirnya, pekerjaan sebanyak apa pun tak akan berarti jika tubuh dan pikiran tidak lagi sanggup menanggungnya.