JNEWS – Hari Parkinson Sedunia diperingati setiap tanggal 11 April. Momen ini jadi pengingat bahwa ada jutaan orang di dunia yang hidup berdampingan dengan penyakit Parkinson. Sebuah kondisi yang mungkin masih asing buat sebagian orang, tapi sebenarnya bisa menyerang siapa saja, terutama saat usia makin bertambah.
Meski bukan penyakit baru, Parkinson sering terlambat dikenali. Banyak orang tidak sadar saat gejalanya mulai muncul perlahan. Padahal, makin cepat dikenali, makin besar juga peluang penderitanya untuk tetap aktif dan mandiri dalam menjalani hidup.
Apa Itu Penyakit Parkinson?
Penyakit Parkinson adalah gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak. Kondisi ini berkembang secara perlahan dan sering kali gejalanya baru terasa jelas setelah beberapa tahun.
Parkinson terjadi ketika sel-sel saraf di otak, khususnya di bagian yang bernama substantia nigra, mulai rusak atau mati. Bagian ini bertugas memproduksi dopamin, yaitu zat kimia yang berperan penting dalam mengatur gerakan tubuh. Ketika dopamin berkurang, tubuh mulai kesulitan mengontrol gerakan.
Nama “Parkinson” diambil dari nama seorang dokter asal Inggris, yaitu Dr. James Parkinson. Dialah orang pertama yang berhasil mendeskripsikan penyakit ini secara detail. Tepatnya pada tahun 1817.
Waktu itu, James Parkinson menulis sebuah karya medis berjudul “An Essay on the Shaking Palsy”. Dalam tulisan itu, dia menjelaskan tentang sekelompok orang yang mengalami gejala aneh. Badannya gemetaran, gerakannya melambat, dan jalannya tidak stabil. Kondisi itu dulu belum punya nama khusus. Baru setelah tulisan itu dipublikasikan, para ahli mulai mengenali pola gejalanya.
Beberapa dekade kemudian, seorang ahli saraf bernama Jean-Martin Charcot — salah satu tokoh penting dalam dunia neurologi — mengusulkan agar penyakit tersebut dinamakan Parkinson’s Disease. Sejak saat itu pula, penyakit Parkinson terus diteliti sampai sekarang, karena sifat penyakitnya yang kompleks dan belum bisa disembuhkan total.
Baca juga: Waspada Penyakit Alzheimer Dini, Ini Kebiasaan Sehat yang Harus Dibangun
Penyebab Penyakit Parkinson
Sampai sekarang, para ahli masih belum bisa memastikan apa sebenarnya penyebab utama dari penyakit Parkinson. Tapi, ada beberapa faktor yang diduga ikut berperan. Faktor-faktor ini mungkin tidak langsung jadi penyebab utama, tapi bisa meningkatkan risiko seseorang terkena Parkinson. Apa saja?
1. Faktor Usia
Risiko Parkinson memang cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Terutama saat seseorang sudah masuk usia 60 tahun ke atas. Ini berkaitan dengan proses alami dalam tubuh. Semakin tua, fungsi sel-sel di dalam otak juga ikut menurun. Salah satunya sel penghasil dopamin, zat penting yang membantu mengatur gerakan tubuh. Kalau sel ini mulai rusak atau jumlahnya makin sedikit, muncullah gejala Parkinson.
2. Faktor Genetik
Sebagian kecil kasus Parkinson juga berhubungan dengan faktor keturunan. Artinya, kalau ada anggota keluarga dekat yang pernah mengalami Parkinson, risiko untuk mengalami kondisi serupa bisa sedikit lebih tinggi.
3. Faktor Lingkungan
Paparan zat beracun dari lingkungan sekitar juga diduga ikut berperan. Misalnya dari pestisida, herbisida, logam berat, atau polusi tertentu. Kalau terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus, zat-zat ini bisa memicu kerusakan pada sel otak. Khususnya di bagian otak yang berperan mengontrol gerakan.
4. Gangguan Fungsi Mitokondria
Mitokondria bisa dibilang sebagai “mesin penghasil energi” di dalam setiap sel tubuh manusia. Kalau mesin ini rusak atau tidak berfungsi maksimal, sel-sel dalam tubuh juga bisa ikut bermasalah. Termasuk sel-sel otak.
Nah, pada kasus penyakit Parkinson, diduga ada gangguan di bagian mitokondria ini. Akibatnya, sel otak jadi lebih cepat rusak dan mati, terutama yang berhubungan dengan produksi dopamin.
Gejala Penyakit Parkinson
Adalah penting untuk mengenali gejala penyakit Parkinson sejak dini. Karena semakin cepat terdeteksi, semakin besar juga peluang penderitanya untuk tetap bisa hidup mandiri dan aktif.
Nah, gejala Parkinson sebenarnya cukup khas. Tapi sayangnya, banyak orang baru sadar setelah kondisinya sudah lumayan parah. Padahal, gejalanya sering muncul pelan-pelan dan bisa dikenali dari awal kalau lebih peka.
Berikut beberapa gejala utama yang paling sering terlihat pada penderita Parkinson.
1. Tremor atau Gemetar
Gemetar ini biasanya muncul saat tubuh sedang diam atau beristirahat. Misalnya, tangan bergetar saat lagi duduk santai atau jari-jari seperti bergerak sendiri tanpa disadari. Ini jadi salah satu tanda paling khas dari Parkinson.
2. Gerakan Tubuh Melambat
Dalam istilah medis disebut bradikinesia. Tubuh terasa berat atau kaku saat mau bergerak. Hal-hal sederhana seperti berjalan, mengancing baju, atau menulis bisa terasa jauh lebih lambat dari biasanya.
3. Otot Terasa Kaku
Otot-otot tubuh, terutama di tangan, kaki, atau leher, bisa terasa kaku seperti tertarik. Kondisi ini bikin gerakan jadi tidak fleksibel dan terasa kaku saat mau digerakkan.
4. Masalah Keseimbangan dan Koordinasi
Penderita Parkinson juga rentan kehilangan keseimbangan. Jalan bisa jadi lebih pendek-pendek, tubuh condong ke depan, atau gampang jatuh meski jalannya pelan.
5. Perubahan Cara Bicara dan Wajah
Orang dengan Parkinson bisa mengalami perubahan suara. Suaranya bisa jadi lebih pelan, monoton, atau tidak sejelas biasanya. Selain itu, ekspresi wajahnya juga bisa terlihat datar seperti tanpa emosi, meskipun sebenarnya mereka merasakan sesuatu.
6. Tulisan Tangan Mengecil
Menulis bisa jadi tantangan sendiri. Biasanya, tulisan tangan penderita Parkinson cenderung makin kecil, rapat, dan susah terbaca.
7. Gangguan Lainnya
Selain gejala fisik, Parkinson juga bisa memunculkan keluhan lain seperti sulit tidur, mudah cemas, depresi, sembelit, atau bahkan gangguan daya ingat.
Perlu diingat, tidak semua gejala ini langsung muncul bersamaan. Perkembangannya bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang gejalanya ringan bertahun-tahun, ada juga yang memburuk lebih cepat.
Langkah Pencegahan terhadap Parkinson
Sayangnya, sampai sekarang belum ada cara pasti untuk mencegah penyakit Parkinson. Karena penyebab utamanya belum benar-benar diketahui, pencegahannya juga masih belum spesifik.
Tapi, ada beberapa kebiasaan hidup sehat yang dipercaya bisa membantu menurunkan risiko terkena Parkinson, misalnya beberapa hal berikut ini.
1. Rutin olahraga
Aktivitas fisik, terutama yang melibatkan keseimbangan dan koordinasi bisa bantu jaga kesehatan otak dan saraf. Misalnya seperti jalan cepat, bersepeda, yoga, atau senam.
2. Pola makan sehat
Beberapa studi menunjukkan diet kaya antioksidan bisa bantu melindungi sel otak dari kerusakan. Contohnya seperti buah, sayur, kacang-kacangan, dan ikan.
3. Menghindari paparan racun
Paparan pestisida, herbisida, atau logam berat dalam jangka panjang diduga berhubungan dengan risiko Parkinson. Jadi, sebisa mungkin kurangi kontak langsung dengan zat-zat tersebut.
4. Menjaga kesehatan otak
Aktivitas seperti membaca, belajar hal baru, atau bermain puzzle dipercaya bisa menjaga fungsi otak tetap aktif.
5. Istirahat cukup dan kelola stres
Tidur berkualitas dan manajemen stres juga penting untuk kesehatan otak secara keseluruhan.
Jadi intinya: tidak ada cara mutlak untuk mencegah Parkinson, tapi gaya hidup sehat bisa jadi “perlindungan” alami untuk memperkecil risikonya.
Baca juga: Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret: Fakta dan Mitos tentang TB yang Perlu Diketahui
Hari Parkinson Sedunia bukan sekadar peringatan tahunan. Lebih dari itu, ini jadi pengingat penting buat semua orang untuk lebih peduli dan peka terhadap gejala penyakit Parkinson. Karena mengenali lebih awal selalu lebih baik daripada terlambat menyadari saat kondisi sudah memburuk.