JNEWS – Warna merah selalu mendominasi suasana perayaan Imlek. Dari lampion yang menggantung di jalan, amplop merah berisi angpau, hingga pakaian yang dikenakan, semuanya dihiasi warna ini.
Bukan tanpa alasan, merah punya makna simbolik yang sudah melekat selama ribuan tahun dalam tradisi Tionghoa. Warna ini bukan hanya simbol keberuntungan, tapi juga membawa cerita dan nilai budaya yang menarik untuk ditelusuri.
Tradisi penggunaan warna merah dalam perayaan Imlek berakar dari sejarah dan filosofi yang kuat. Warna ini dipercaya mampu membawa banyak energi positif dan mencegah energi negatif. Kisah di balik warna ini adalah perpaduan antara legenda, kepercayaan, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.
Sejarah Warna Merah Menjadi Warna Identik Perayaan Imlek
Warna merah dalam perayaan Imlek memiliki sejarah panjang yang kaya makna. Penggunaannya tidak hanya dekoratif, tetapi juga sarat nilai simbolis yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berikut kisah selengkapnya dari sejarah warna yang kerap diidentikkan juga dengan keberanian ini.
1. Legenda Nian: Awal Mula Tradisi
Cerita warna merah dimulai dari legenda Nian, seekor makhluk buas yang muncul setiap akhir tahun untuk menyerang manusia dan hewan. Penduduk desa hidup dalam ketakutan, hingga suatu hari mereka menyadari bahwa Nian takut pada suara keras, cahaya terang, dan warna merah.
Untuk melindungi diri, penduduk menyalakan petasan, menghias rumah dengan kain dan kertas merah, serta mengenakan pakaian merah. Tradisi ini menjadi cara mengusir roh jahat dan membawa ketenangan. Sejak itu, warna merah selalu digunakan saat menyambut tahun baru.
Baca juga: Ide Kado Imlek untuk Setiap Anggota Keluarga dari Anak-Anak hingga Orang Tua
2. Evolusi Tradisi di Era Kekaisaran
Pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), warna merah mulai mendapatkan tempat khusus dalam budaya Tionghoa. Merah dianggap sebagai warna keberuntungan dan digunakan dalam upacara penting.
Tradisi ini semakin berkembang pada era Dinasti Tang dan Song, ketika warna merah menjadi bagian dari perayaan kerajaan. Dekorasi merah, lampion, dan kertas potong merah mulai menghiasi rumah dan tempat umum saat perayaan besar, termasuk perayaan Imlek.
Di masa ini, amplop merah atau hongbao juga mulai diperkenalkan sebagai simbol pemberian keberuntungan. Warna merah dianggap mampu menarik energi positif dan kemakmuran, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
3. Warna Merah di Era Modern
Dalam perayaan Imlek masa kini, warna merah tetap mendominasi. Lampion merah menggantung di sepanjang jalan, rumah-rumah dihias dengan berbagai ornamen merah, dan pakaian merah dikenakan sebagai bentuk penghormatan pada tradisi leluhur.
Tradisi ini tidak hanya melestarikan nilai sejarah, tetapi juga menciptakan suasana penuh optimisme dan kebahagiaan. Selain itu, ada berbagai makna simbolik lainnya yang bisa didapati di balik warna merah yang memeriahkan perayaan Tahun Baru Tiongkok ini.
Makna Filosofis Warna Merah dalam Perayaan Imlek
Warna merah memiliki makna simbolis yang mendalam bagi masyarakat Tionghoa. Berikut beberapa makna utama di balik penggunaan warna merah saat Imlek.
1. Keberuntungan dan Kebahagiaan
Keberuntungan dan kebahagiaan selalu menjadi harapan utama dalam setiap perayaan Imlek, dan warna merah dipercaya mampu mewujudkannya. Dalam budaya Tionghoa, merah dianggap sebagai simbol keberuntungan yang kuat, menarik energi positif, dan menjauhkan kesialan.
Tidak heran, warna ini mendominasi dekorasi, mulai dari lampion, kain hias, hingga pakaian yang dikenakan selama perayaan. Kehadirannya di setiap sudut menciptakan suasana meriah sekaligus rasa optimistis menyambut tahun yang baru.
2. Perlindungan dari Energi Negatif
Perlindungan dari energi negatif menjadi salah satu makna utama warna merah dalam perayaan Imlek. Sejak zaman dahulu, warna merah digunakan untuk menangkal ancaman, seperti yang tercermin dalam kisah Nian. Ketakutan makhluk buas ini terhadap warna merah mendorong masyarakat menghiasi rumah dengan kain merah, menyalakan petasan, dan mengenakan pakaian merah.
Tradisi ini terus berlanjut sebagai cara simbolis untuk mengusir hal-hal buruk, termasuk energi negatif dan pengaruh jahat. Warna merah kini melambangkan perlindungan, menciptakan rasa aman, dan menjaga harmoni saat memasuki tahun baru. Dengan filosofi ini, warna merah tidak hanya menjadi ornamen, tetapi juga pelindung spiritual yang dipercaya membawa kedamaian dan keberuntungan.
3. Kemakmuran dan Kesuksesan
Merah sering diasosiasikan dengan kemakmuran dan kesuksesan dalam budaya Tionghoa, terutama saat perayaan Imlek. Warna ini dipercaya mampu menarik energi positif yang membawa rezeki melimpah dan keberhasilan.
Selain untuk menghiasi lingkungan, penggunaan merah dalam pakaian juga memiliki makna tersendiri. Pilihan warna ini mencerminkan harapan untuk keberuntungan finansial dan pencapaian besar di tahun yang baru. Dengan melibatkan warna merah dalam setiap aspek perayaan, masyarakat menyampaikan doa dan keyakinan akan tahun yang lebih makmur dan penuh kesuksesan.
Baca juga: 7 Seniman Grafis Indonesia dan Dunia yang Terkenal dan Ciri Khasnya
Warna merah bukan sekadar hiasan dalam perayaan Imlek, tapi juga bagian dari identitas dan makna budaya yang usianya sudah berabad-abad. Dari sejarahnya yang berakar pada legenda hingga filosofinya yang melambangkan keberuntungan, perlindungan, dan kemakmuran, merah selalu punya tempat istimewa di hati masyarakat Tionghoa.
Tradisi ini bukan hanya soal menjaga kebiasaan lama, tapi juga menyampaikan harapan untuk tahun baru yang lebih baik. Dengan segala cerita dan simbolismenya, warna merah terus menjadi lambang semangat yang menyatukan perayaan Imlek di seluruh dunia.