Apa Perbedaan MRT dan LRT yang Digadang Jadi Moda Transportasi Publik Efisien?

Transportasi umum Light Rail Transit atau LRT resmi telah dibuka untuk masyarakat di wilayah Jabodetabek. LRT tak asing disandingkan dengan Mass Rapid Transit atau MRT yang juga memiliki bentuk fisik yang serupa. Lantas, apa perbedaan MRT dan LRT?

Bertambahnya LRT yang mulai beroperasi sejak 28 Agustus 2023 lalu menjadi angkutan massal berbasis rel yang merupakan berkah bagi para pekerja ibu kota. Sebab, LRT dapat menjadi opsi baru bagi masyarakat untuk mobilitas antar kota.

Selama ini, Kereta Rel Listrik atau KRL lebih banyak diandalkan masyarakat Jabodetabek. Namun dengan kehadiran MRT dan LRT menjadi opsi transportasi rel baru yang patut dicoba. Memang, secara kasat mata keduanya tampak serupa, tetapi perbedaan MRT dan LRT cukup signifikan.

Mengenal Peran MRT dan LRT

Apa Perbedaan MRT dan LRT yang Digadang Jadi Moda Transportasi Publik Efisien?

Sebelum melihat perbedaan, kamu perlu mengenal apa itu MRT dan LRT lebih jauh. MRT telah lebih dulu dikenal oleh masyarakat karena telah beroperasi sejak Maret 2019 lalu. Transportasi umum berbasis rel ini menjadi daya tarik bagi warga Jakarta.

Sebab, lokasi MRT di beberapa titik kota Jakarta sangat berdekatan dengan spot wisata terkenal. Meski masih memiliki sedikit stasiun dengan harga tiket yang cukup mahal, warga Jakarta tetap memanfaatkan dengan baik transportasi ini.

MRT biasanya terdiri dari kereta bawah tanah (subway) atau kereta api ringan yang beroperasi di bawah tanah atau di atas tanah dengan jalur khusus. Adapun, saat ini MRT memiliki 13 stasiun yang tersebar di dalam kota Jakarta dari Jakarta Selatan hingga ke Jakarta Pusat.

Sistem MRT sering digunakan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan mobilitas perkotaan yang lambat. MRT dapat mengangkut banyak penumpang sekaligus dan memiliki jadwal yang teratur, sehingga menjadi pilihan transportasi yang populer di banyak kota besar di seluruh dunia.

MRT menjadi solusi penting dalam mengatasi masalah mobilitas perkotaan dan polusi udara di banyak kota besar di seluruh dunia. Beberapa contoh sistem MRT yang terkenal termasuk MRT di Singapura, MRT di New York City, dan MRT di Tokyo.

Di sisi lain, LRT memiliki 18 stasiun yang menyebar di berbagai titik, baik di pusat kota Jakarta maupun di wilayah satelit seperti Cibubur dan Bekasi. LRT merupakan sistem transportasi rel yang dirancang untuk mengangkut penumpang dalam jumlah yang lebih ringan atau sedang dibandingkan dengan MRT atau KRL.

Tak hanya itu, LRT juga sering digunakan untuk mengurangi tekanan pada jalan raya dengan memberikan alternatif transportasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, terutama di daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah atau wilayah yang sulit dijangkau oleh MRT.

Baca juga: KAI Siapkan Sejumlah Fasilitas di Stasiun LRT, Apa Saja?

Perbedaan MRT dan LRT

LRT dan MRT adalah dua jenis sistem transportasi rel yang digunakan di banyak kota di seluruh dunia untuk mengatasi masalah mobilitas perkotaan. Meskipun keduanya memiliki kesamaan dalam menggunakan rel sebagai infrastruktur, ada beberapa perbedaan utama antara LRT dan MRT, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Kapasitas dan Skala

Perbedaan MRT dan LRT pertama dari segi kapasitas dan skala operasional. MRT adalah sistem transportasi massal yang dirancang untuk mengangkut penumpang dalam jumlah besar. Kapasitas kereta MRT memang biasanya besar, dapat mengangkut ribuan penumpang dalam satu perjalanan. MRT juga cenderung lebih panjang dan memiliki lebih banyak gerbong.

LRT memiliki kapasitas yang lebih kecil dibandingkan MRT. Transportasi ini lebih cocok untuk mengangkut penumpang dalam jumlah sedang hingga tingkat kepadatan yang lebih rendah. Kereta LRT biasanya lebih pendek dan memiliki kapasitas penumpang yang lebih terbatas.

2. Rute dan Jangkauan

MRT sering menghubungkan titik-titik penting dalam kota atau area metropolitan yang memiliki tingkat kepadatan tinggi. Kereta cepat dalam kota ini biasanya beroperasi di bawah tanah, dan rutenya lebih panjang, mencakup area perkotaan yang lebih luas.

Sementara itu, LRT memiliki rute lebih meluas dan menyambungkan wilayah antarkota, termasuk pinggiran kota dan pusat kota. LRT umumnya beroperasi di atas permukaan tanah atau rel layang, menggunakan jalur berbeda dari MRT, KRL, ataupun jalan raya.

3. Kecepatan dan Frekuensi

MRT cenderung beroperasi dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada LRT karena jalurnya sering terisolasi sepenuhnya dari lalu lintas jalan raya. MRT juga memiliki frekuensi yang tinggi, dengan jadwal yang teratur.

Di sisi lain, LRT umumnya memiliki kecepatan operasi yang lebih rendah daripada MRT. Frekuensi LRT juga lebih rendah daripada MRT, umumnya tergantung pada sistem dan daerahnya.

4. Kemudahan Akses dan Infrastruktur

MRT sering memiliki stasiun bawah tanah yang lebih besar dengan fasilitas yang lebih canggih seperti eskalator, lift, dan layanan tambahan seperti toko-toko dan area tunggu yang nyaman.

Sedangkan, LRT dapat memiliki stasiun di atas permukaan tanah atau di jalur yang lebih sederhana. Stasiun LRT rata-rata lebih sederhana dan tidak sebesar stasiun MRT.

5. Biaya Infrastruktur

Membangun sistem MRT biasanya lebih mahal dibandingkan LRT karena jalurnya berbeda dari lalu lintas jalan raya dan memerlukan infrastruktur yang lebih canggih. Sementara itu, LRT cenderung lebih ekonomis dalam hal biaya infrastruktur karena sering beroperasi di permukaan tanah atau di jalur yang ada.

Baca juga: Melacak Jejak Sejarah Budaya dengan Liburan di Jakarta

Nah, perbedaan MRT dan LRT ini mencerminkan peran dan fungsionalitas yang berbeda dari keduanya dalam sistem transportasi kota. Pilihannya didasarkan pada kebutuhan spesifik kota atau wilayah tertentu.

Semoga artikel ini bisa memberikan tambahan wawasan yang baik mengenai kedua jenis transportasi massal yang kini menjadi primadona warga ibu kota ini.

Exit mobile version