Warisan UNESCO di Pulau Penang: Menyelami Keunikan George Town

Destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Pulau Penang, Malaysia, salah satunya adalah George Town UNESCO Historic Site. Kota ini merupakan saksi sejarah peristiwa Perang Dunia II dan kemerdekaan Malaysia. George Town Pulau Penang juga terkenal sebagai surga bagi pecinta budaya dan arsitektur.

Daya tarik paling menonjol dari George Town Pulau Penang adalah keberagaman etnis penduduk. Hal ini bisa terjadi lantaran posisinya yang strategis dekat dengan pelabuhan dan menjadi persinggahan bagi pelancong asal Tiongkok hingga Inggris sejak 1786.

George Town merupakan ibu kota negara bagian Pulau Penang yang kaya akan sejarah, kebudayaan, serta arsitektur kolonial yang indah. Kota ini terletak di Negara Bagian Penang, 32 kilometer sebelah utara Kuala Lumpur. Luas zona inti dari kota ini yaitu 109,38 hektare, dengan 5.013 jumlah bangunan. Termasuk di dalamnya adalah tempat tinggal dan tempat ibadah yang sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Bangunan-bangunan tersebut hingga sekarang masih berfungsi.

Penduduk di George Town terdiri dari beberapa kelompok yaitu Melayu, Tionghoa, dan India. Keragaman etnis terbagi lagi menjadi komunitas yang lebih kecil. Di zona inti dan penyangga George Town terdapat 37 tempat mulai dari masjid, kuil Tiongkok, serta kuil dan gereja India.

Kekayaan budaya, sejarah, dan arsitektur yang memukau di George Town Pulau Penang membuatnya mendapatkan gelar sebagai warisan sejarah oleh UNESCO. Berikut ini penjelasan tentang status George Town sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, termasuk arsitektur kolonialnya, warisan budaya, dan pelestarian situs bersejarah.

Status George Town sebagai Warisan Dunia

George Town diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tanggal 7 Juli 2008 karena memenuhi kriteria warisan dunia dengan nilai universal yang terbilang luar biasa.

Salah satu pertimbangan George Town dinobatkan sebagai warisan dunia adalah perannya sebagai kota perdagangan multibudaya di Asia Timur dan Tenggara yang mempererat perdagangan dan pertukaran budaya Melayu, Tiongkok, dan India. Selain itu, di tempat ini ada pengaruh 3 kekuatan kolonial Eropa selama hampir 500 tahun lewat Pelabuhan Penang.

Pulau Penang mulanya merupakan bagian dari Kerajaan Kedah, yang kemudian diambil alih oleh East India Company sebagai pos perdagangan pada tahun 1786. Dalam mendukung kepentingan Inggris di Asia Tenggara, George Town kemudian diubah menjadi pelabuhan bebas, menarik pedagang asing, terutama dari Tiongkok, India, dan negara-negara Arab.

Kedatangan banyak pedagang asing tersebut membentuk masyarakat yang multikultural—sebuah keberagaman yang masih terlihat dalam arsitektur kota dan warisan budayanya hingga hari ini. Meskipun pelabuhan bebas mengalami kemunduran pada akhir 1960-an, Pulau Penang terus berkembang sebagai pelabuhan regional sejak abad ke-19 hingga sekarang.

Baca juga: 48 Jam di Singapura: Itinerary Singkat untuk Menikmati Kota

Kekayaan Arsitektur Kolonial

Warisan UNESCO di Pulau Penang

George Town menunjukkan warisan multibudaya dan tradisi Asia, serta pengaruh kolonial Eropa yang tercermin dari berbagai bangunan keagamaan, peribadatan, festival keagamaan, seni, musik, makanan, dan kehidupan sehari-hari.

Arsitektur kolonial di kota ini menjadi sorotan bagi penggemar arsitektur. Sebab, desain campuran yang dipengaruhi kekayaan budaya mempercantik lanskap kota sehingga menjadikannya tampil unik mempersatukan budaya Asia Timur dan Selatan.

Jajaran bangunan seperti yang ada di Jalan Armenia, Jalan Muntri, dan Jalan Penang menggunakan gaya arsitektur Sino-Portugis, Sino-Britania, hingga arsitektur Peranakan. Selain bangunan dengan gaya arsitektur menarik, kota ini menghadirkan seni jalanan dan lukisan dinding yang menarik dan menyegarkan.

Para pengrajin membuat gambar-gambar, tulisan, hingga karikatur dengan warna hitam dan latar belakang tembok putih. Selain itu, terdapat mural-mural di sepanjang jalan, salah satu yang terkenal adalah karya seniman Ernest Zacharevic dengan judul ‘Lelaki Hias”.

Warisan Budaya

Sebagai bukti dari kehidupan beragam etnis yang berdampingan, George Town memiliki banyak warisan budaya yang sangat bersejarah. Dari segi spiritual, tempat ibadah salah satunya Masjid Melayu Lebuh Acheh telah menjadi legenda. Masjid ini dibagun oleh seorang pedagang rempah bernama Tunku Sayyid, seorang keturunan Arab. Gaya arsitektur masjid ini diadaptasi dari seni Moorish, Tiongkok, dan klasik.

Bangunan pertokoan masih banyak yang berdiri dan digunakan juga untuk hotel. Bangunan perumahan dan komersial ini menggambarkan gaya Inggris di akhir abad ke-18. Pemilik pertokoan dan bangunan komersial ini tetap menjaga desain luar bangunan, tetapi mengubah desain interiornya agar menjadi lebih bergaya modern.

Sementara itu, dari segi bahasa, Penang umumnya menggunakan bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari, sementara bahasa lain yang sering digunakan yaitu Inggris, Tamil, Hokkien, dan Mandarin. Hal ini menunjukkan kekayaan budaya di George Town yang membuatnya dinobatkan sebagai warisan budaya dunia.

Pelestarian Situs Sejarah

Untuk memastikan situs sejarah dan arsitektur kolonial di George Town Pulau Penang, saat ini beberapa pihak kelembagaan regional, nasional, dan internasional terlibat aktif dalam pengelolaan kota ini.

Salah satunya yaitu George Town World Heritage Incorporated (GTWHI), sebuah lembaga yang menjadi badan pengelola utama untuk Kota Bersejarah George Town. Didirikan oleh Pemerintah Negara Bagian Penang pada tahun 2010, misi dari GTWHI sendiri yaitu memobilisasi pemangku kepentingan lokal, kerja sama aktif dengan pemerintah federal, negara bagian, dan lokal. Selain itu, juga bertanggung jawab mengelola masalah undang-undang dan non-undang-undang terkait Warisan Dunia George Town.

Selain itu, Aga Khan Trust for Culture dan Think City yang merupakan lembaga pembangunan perkotaan yang didukung oleh Pemerintah Malaysia pada tahun 2013. Kedua lembaga ini menyiapkan Rencana Induk Strategis dan melakukan perencanaan area aksi di area publik utama kota.

Di samping itu, George Town Conservation & Development Corporation (GTCDC), sebuah lembaga yang bertugas menjaga situs sejarah, berfokus pada regenerasi dan revitalisasi ruang publik serta bangunan di area bersejarah. Dengan misi utama mengaktifkan dan meningkatkan kualitas ruang publik dan bangunan warisan di Situs Warisan Dunia UNESCO, GTCDC berkomitmen pada restorasi dan intervensi lanskap untuk memelihara keaslian dan nilai historis kawasan tersebut.

Baca juga: 10 Destinasi Wisata Indonesia yang Diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO

Daya tarik George Town Pulau Penang begitu memikat. Tak heran jika menjadi destinasi wisata utama jika berkunjung ke Malaysia. Selain menikmati warisan budaya di sana, sisipkan waktu untuk mecicipi ragam kuliner yang tak kalah menarik dan menggugah selera.

Exit mobile version