Tolong menolong tidak hanya sekadar membantu orang lain. Ada manfaat yang lebih besar di balik kecenderungan suka menolong, yaitu mempererat silaturahmi dan persaudaraan.
Sore itu saya sedang menikmati seporsi pempek kapal selam bersama temanku, Tika. Seruput kuah cuko pempek yang pedas sangat bikin nagih dan menambah selera makan.
Masa pandemi ini baru sebagian warung makan pempek yang berani buka. Kebanyakan mereka menjual dengan cara kirim online lewat jasa pengiriman.
“Situasi sekarang kayak kita harus saling bantu buat bertahan hidup ya,” seru saya.
“Lha, iya. Bisa sehat saja sudah perlu bersyukur. Dan, ingat buat berbuat baik saat kita mampu.” jawab Tika.
Sebetulnya orang-orang baik di dunia ini masih banyak. Walau dunia memang juga dihuni oleh orang kejam. Tapi nyatanya masih ada orang baik kok. Kalau tidak menemukan orang baik tersebut, jadilah orang baik tersebut.
Baca Juga : Peduli Ditengah Pandemi Melalui Program #RantangHatiJNE
Saat ini Indonesia dan dunia sedang menghadapi situasi sulit akibat pandemi virus COVID-19 yang sedang terjadi. Jujur saja, pandemi COVID-19 yang terjadi banyak menimbulkan perubahan di berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah sisi sosial pada masyarakat.
Migrasi virus covid-19 yang sangat mudah berpindah dari satu orang ke orang lain. Makanya antisipasi penyebaran virus ini adalah dengan gerakan #DiRumahAja.
Dengan tetap berada di rumah, kita dan keluarga setidaknya terlindungi dari virus COVID-19. Satu sisi gerakan ini bisa menekan laju pertumbuhan kasus positif. Namun disisi lain, gerakan ini menimbulkan dampak negatif bagi beberapa kalangan masyarakat. Seperti penjual kaki lima, ojek online dan para penjual yang mengandalkan kehidupannya melalui penghasilan sehari-harinya serta masih banyak lagi.
Kita merasakan tidak semua orang bisa berdiam diri saja di rumah karena desakan ekonomi. Bahkan sejak pandemi pun mereka tetap harus tetap berjuang mencari nafkah untuk keluarganya meski penghasilan mereka semakin berkurang.
Baca Juga : RantangHatiJNE, Bantu Mereka Yang Terdampak Wabah
Belakang ini saya mengamati semacam tren untuk berbuat baik. Salah satunya dengan saling tolong-menolong. Misalnya ada teman yang berjualan makanan. Barangkali kita belum perlu namun tidak ada salahnya untuk membeli sebagai bentuk support. Atau ada orang yang mengumpulkan sejumlah dana untuk dibelikan sembako dan bagikan ke warga sekitar.
Tren berbuat baik ini tentang perbuatan seseorang yang berbuat baik dengan memberikan sesuatu kepada orang lain di tengah pandemi COVID-19 ini. Contoh ini seperti yang dilakukan oleh Wahyoo bekerjasama dengan JNE melalui program #RantangHatiJNE: Makan Gratis untuk Semua, membagikan 25.400 nasi bungkus kepada masyarakat yang tersebar di 493 RT di Jakarta dengan memberdayakan 100 mitra Wahyoo sejak 1 Juli 2020 hingga 10 Juli 2020.
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir 6 bulan ini memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor industri. Mulai dari pengurangan karyawan, menurunnya perekonomian masyarakat, sampai penutupan usaha kecil menengah termasuk usaha warung makan.
Sigap terhadap kondisi tersebut, Wahyoo bekerjasama dengan JNE untuk membantu masyarakat yang terkena dampak Covid-19. Program untuk membantu ini dijalankan dengan memberdayakan warung makan mitra Wahyoo supaya unit usaha warung makan pun tetap dapat berlanjut.
Mengingat daya beli masyarakat yang menurun saat pandemi, menjadikan para pengusaha warung makan tersendat roda ekonomi usahanya.
Warung makan merupakan salah satu alasan untuk tetap melanjutkan roda ekonomi. Apalagi bagi mereka yang memiliki warung di sekitar perkantoran, sehingga saat orang kerja dari rumah (WFH), kantor pada tutup dan tidak ada yang membeli makanan di warung makan mereka.
Program kerjasama yang dijalankan lewat #RantangHatiJNE dengan cara membagikan nasi bungkus kepada masyarakat yang terkena dampak Covid-19 di Jakarta. Para pedagang warung makan mendapatkan sejumlah uang untuk kemudian memasak masakan untuk dibagikan.
Baca Juga : DARI RANTANG TURUN KE HATI