Agustus 2023 – Pariwisata di Pulau Dewata sempat terpuruk ketika Pandemi Covid-19 merajalela. Namun suasana suram tersebut berangsur membaik dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata kembali positif dengan catatan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,60 persen di kuartal II tahun 2023.
Trend peningkatan ekonomi di Bali ini diperkuat dengan berbagai pelatihan, edukasi dan strategi pemasaran yang tengah diperhatikan oleh para pelaku UMKM di Denpasar. Sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, perusahaan logistik nasional JNE menggelar acara Talkshow Ngajak Online 2023 dengan menghadirkan pelaku UMKM lokal, khususnya pemilik brand asal kota Denpasar, untuk berbagi pengalaman seputar membangun brand di media sosial, Rabu lalu (30/08/2023) di The Brass Bali, Denpasar.
Salah satu brand asal kota Denpasar yang diundang dalam acara Ngajak Online untuk berbagi pengalaman adalah Pithecanthropus & Ethnologi. Pithecanthropus adalah sebuah brand wastra (batik) asal Bali yang telah berkarya sejak tahun 1990. Brand Manager Pithecanthropus Boby Eko Haryanto bercerita bahwa Pitecanthropus lahir dari keinginan untuk terus merawat budaya dan identitas Bali.
Baca juga: Ide Kreatif untuk Baju Couple: Menciptakan Tampilan Serasi bersama Pasangan
Dalam sesi talkshow, Boby Eko Hariyanto memberikan pengalamannya mengenai strategi mempertahankan brand-nya yang telah berusia 33 tahun. Dengan tageline “Rediscover Indonesia Culture” Pithecanthropus & Ethnologi memiliki misi untuk melestarikan batik yang mulai meluas sejak sebagai bentuk kesenian di akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. “Berdiri selama 33 tahun hingga saat ini kami terus berkembang dengan mengikuti perkembangan zaman. Saat ini kami menyadari pentingnya pelestarian batik terutama untuk kalangan gen Z merupakan target utama yang harus dibidik melalui pemanfaatan media digital,” tuturnya.
Boby Eko melanjutkan bahwa kualitas dan pelayanan harus dikedepankan untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan. Setiap pelanggan pasti menginginkan kualitas produk yang baik sesuai dengan visual yang mereka lihat. “Walaupun motifnya jadul, tetapi kita akan terus tetap mengikuti perkembangan zaman yang disesuaikan dengan trend saat ini sedang berkembang”, jelasnya.
Mengenai maraknya plagiasi karya, Boby Eko mengaku tidak khawatir karena karya Pithecanthropus punya kekhasan tersendiri, pengerjaannya sangat detail dan warnanya juga disesuaikan dengan batik-batik lawas. “Pengerjaan batik yang kami produksi ini lumayan cukup rumit, untuk menghasilkan satu karya motif batik saja kita membutuhkan waktu selama 8 bulan bahkan sampai 1 tahun”, jelas pria yang sehari-hari disapa Eko ini.
Baca juga: Di Kota “Nyiur Melambai”, JNE Bantu Perluas Pasar Produk Kuliner UMKM Lokal