JNEWS – Rumah Adat Banten merupakan warisan budaya yang unik karena tidak hanya soal bangunan atau arsitektur, melainkan juga merupakan pusat kegiatan masyarakat.
Banten merupakan wilayah yang penting bagi Nusantara sejak dulu. Banten pernah menjadi pusat perdagangan antar bangsa dan pusat penyebaran agama Islam. Namun Banten berhasi; mempertahankan ciri khas rumah adatnya yang dekat dengan alam dan penuh filosofi tanpa pengaruh arsitektur asing.
Sejarah Rumah Adat Banten
Dikutip dari Wikipedia, salah satu jenis rumah adat Banten merupakan rumah adat bagi masyarakat Baduy. Rumah adat ini diberi nama sulah nyanda, yang artinya bersandar. Nama tersebut menggambarkan atap rumah yang terbuat dari daun nipah yang diletakkan dalam posisi miring seperti bersandar. Sulah nyanda disebut juga imah.
Rumah adat Baduy masih dapat ditemui di Kampung Baduy dan Kampung Kasepuhan, Desa Kenekes, Lebak, Provinsi Banten. Rumah adat ini merupakan warisan leluhur yang berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Alam dianggap sebagai sumber kehidupan. Jika alam rusak maka kehidupan mereka juga akan hancur. Konstruksi, bahan bangunan dan pola pemukimannya masih mengikuti warisan leluhur tersebut.
Baca juga: Mengenal Suku Baduy yang Meminta Internet di Wilayahnya Dihapus
Filosofi Rumah Adat Banten
Rumah Banten mencerminkan kehidupan komunal yang damai. Rumah adat dibangun bersama-sama dan digunakan untuk aktivitas bersama, seperti upacara adat, selamatan, hingga musyawarah. Karena semangat kebersamaan yang begitu kental, rumah adat dipercaya memiliki energi positif yang mampu melindungi masyarakat dari energi jahat.
Rumah adat Banten juga cerminan filosofi masyarakat yang selalu berusaha menjaga kelestarian alam. Masyarakat memercayai filosofi baik dan buruk sehingga tidak ada area abu-abu. Peraturan dan larangan dipatuhi dengan kesadaran penuh demi kebaikan bersama.
Boleh dikatakan rumah adat ini ramah lingkungan. Bangunannya menggunakan bahan-bahan dari alam yang dipilih berdasarkan sifatnya yang awet serta mampu beradaptasi dengan cuaca. Dalam proses pembangunannya tidak ada kegiatan pengerukan tanah, misalnya untuk membuat fondasi. Selain itu, rumah Banten juga memperhitungkan aliran udara dan sinar matahari.
Filosofi masyarakat Baduy yang dekat dengan alam juga tercermin pada ornamen ukiran yang umumnya bertema flora dan fauna. Ukiran masyarakat Baduy terkenal halus.
Keunikan Rumah Banten
Berikut adalah keunikan rumah adat Banten yang dapat menjadi inspirasi untuk membangun rumah yang ramah lingkungan.
1. Konstruksi Bangunan
Rumah adat Banten berupa rumah panggung yang mengikuti kontur tanah dan dibangun secara naluriah. Masyarakat Baduy menjunjung tinggi kelestarian alam, sehingga menggunakan bahan-bahan dari hutan. Bahkan melubangi atau mengeruk tanah saja tidak dilakukan. Kaki-kaki rumah dari kayu yang tidak sejajar disangga dengan bebatuan, tidak ditanam di tanah.
Dinding rumah adat Banten terbuat dari anyaman bambu yang disebut sarigsig, sedangkan atapnya terbuat dari daun kelapa atau ijuk dan nipah. Penggabungan bagian-bagian rumahnya tidak menggunakan paku. Atap nipah membantu meredam panas di siang hari. Sementara drainase terbuat dari bebatuan yang disusun mengelilingi rumah. Bebatuan tersebut sekaligus berfungsi sebagai penahan gerusan tanah akibat hujan.
Keunikan lainnya adalah konstruksi tidak diukur menggunakan standar umum, melainkan berpatokan pada tinggi tubuh pemilik rumah. Dapat dikatakan bahwa pembangunan rumah tersebut customized.
2. Desain Bangunan
Rumah adat ini memiliki satu pintu tapi tidak memiliki jendela. Sebagai gantinya, dibuatlah lubang di bagian bawah untuk sirkulasi udara. Rumah Banten hanya boleh menghadap ke selatan dan utara sehingga sinar matahari dapat masuk ke rumah dari arah timur dan barat.
3. Ruangan-ruangan
Umumnya rumah adat Banten terdiri dari tiga bagian dan satu ruangan tambahan, yaitu:
- Sosoro (depan), yang menjadi teras di bagian selatan rumah untuk menerima tamu, bermain anak-anak atau duduk santai.
- Tepas (tengah), yang berada di samping rumah dengan bentuk memanjang ke belakang untuk ruang keluarga yang sifatnya privat dan kamar tidur. Tepas bersambung dengan Sosoro sehingga membentuk huruf L.
- Ipah (belakang), yang berada di bagian belakang rumah dan digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan makanan, serta digunakan sebagai tempat memasak.
- Leuit, yang merupakan kearifan lokal masyarakat Baduy dalam hal ketahanan pangan. Fungsi leuit menyerupai lumbung yang digunakan untuk menyimpan hasil panen atau hasil bumi. Leuit terpisah dari rumah agar cadangan makanan tetap aman jika terjadi sesuatu terhadap rumah.
Baca juga: Keunikan Rumah Adat Bugis: Arsitektur dan Filosofi di Baliknya
4. Pola Pemukiman
Pola pemukiman dalam masyarakat Baduy menganut konsep klaster tertutup seperti perumahan modern. Klaster ini dikelilingi dengan pagar alam sebagai batas antara pemukiman dengan hutan. Patokan pemukiman ini adalah Rumah Puun (rumah ketua adat) yang berada di sisi paling selatan. Dengan demikian tidak ada rumah yang membelakangi Rumah Puun atau berada di sampingnya.
Rumah Puun berhadapan dengan Balai Adat yang menjadi pusat kegiatan penting masyarakat, seperti pernikahan, musyawarah, dan berbagai prosesi adat.
Rumah adat Banten mencerminkan budaya dan kearifan lokal masyarakat Banten yang berkomitmen menjaga kelestarian alam dan ketahanan pangan. Dengan kearifan lokal yang demikian, masyarakat adat Baduy membuktikan bahwa mereka mampu bertahan menembus zaman dengan mengandalkan sumber daya alam di sekitar pemukiman.