JNEWS – Daya tarik utama dari kota Palembang adalah kekayaan kulinernya yang menggugah selera seperti pempek. Namun, selain itu rumah adat Palembang pun tidak kalah menarik perhatian wisatawan saat berkunjung ke Bumi Sriwijaya inii.
Rumah limas adalah sebutan untuk rumah tradisional dari Provinsi Sumatera Selatan. Dinamakan rumah limas karena atapnya berbentuk limas dan mempunyai lima tingkat yang memiliki filosofi menyesuaikan dengan kepercayaan serta geografi dari masyarakat setempat.
Adapun kumpulan dari tingkat-tingkatannya disebut dengan bengkalis. Umumnya rumah limas ini dibangun di tepi sungai dengan luas mulai dari 400 sampai 1.000 meter persegi.
Penamaan rumah limas pun disesuaikan dengan arahnya, apabila menghadap timur disebut matoari edot yang berarti matahari terbit atau kehidupan baru. Sedangkan rumah yang menghadap barat disebut matoari mati yang artinya matahari terbenam atau melambangkan akhir dari kehidupan.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang rumah adat Palembang ini, berikut ulasan sejarah singkat, karakteristik arsitektural serta makna simbolis dari desainnya.
Keunikan dan Pesona Rumah Adat Palembang
1. Sejarah Singkat
Munculnya rumah limas tidak lepas dari sejarah panjang Kerajaan Sriwijaya di provinsi ini. Rumah adat Palembang ini mulai dikenal pada masa kesultanan Palembang dan dipercaya telah berusia ratusan tahun.
Ada sumber yang beredar di masyarakat yang mengatakan bahwa rumah limas pada awalnya dibangun dan dimiliki oleh Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Habsyi yang berkebangsaan Arab di tahun 1830 dan selesai pada tahun 1835. Menariknya, rumah limas yang telah berusia ratusan tahun tersebut ternyata masih ada hingga sekarang ini kendati telah berkali-kali dipindahkan.
Rumah limas sudah sangat jarang ditemui sekarang ini. Untuk prototipe rumah adat Palembang ditempatkan di Museum Balaputra Dewa Palembang. Wisatawan bisa mengunjungi museum ini apabila ingin melihat warisan budaya yang menjadi ikon Bumi Sriwijaya.
Baca juga: Menelusuri Jejak Kebesaran Kerajaan Sriwijaya: Kisah, Artefak, dan Situs Bersejarah
2. Karakteristik Arsitektural
Ruang Bertingkat di dalam Rumah
Rumah adat Palembang menjadi unik dan berbeda dari rumah adat panggung lainnya adalah ruang bertingkat yang ada di dalamnya. Ruang tersebut disebut bengkalis atau berjenjang.
Peruntukan ruangan ini digunakan oleh pemilik rumah ketika mengadakan hajatan dan pertemuan keluarga. Ketika hajatan berlangsung, ada tamu yang memiliki strata sosial biasa, tamu tersebut akan ditempatkan di teras atau tingkatan kedua. Intinya, semakin tinggi strata sosial tamu yang datang, maka semakin tinggi pula tingkatan tempat duduk di rumah tersebut.
Selain penempatan tamu berdasarkan kedudukan sosial, sistemnya pun diurutkan berdasarkan umur, kedudukan di keluarga, pemerintahan, dan pekerjaan.
Keunikan Konstruksi dan Desain
Rumah limas dibangun dengan gaya rumah panggung seperti rumah adat di berbagai provinsi lainnya. Untuk ukuran mulai dari 15 x 30 meter hingga 20 x 60 meter. Keunikan dari bangunan ini terletak dari ukiran khas Palembang di kusen, dinding antar ruang kamar dan jendela.
Untuk konstruksi bangunan rumah dibuat dari bahan kayu asli dari Sumatra Selatan. Dalam pemilihannya pun disesuaikan dengan karakter kayu dan kepercayaan dari masyarakat setempat.
Ada tiga kayu yang digunakan dalam pembuatan rumah limas yaitu:
- Kayu unglen, kayu jenis ini digunakan dalam membangun fondasi rumah. Kayu ini terkenal mempunyai struktur kuat dan tahan akan air.
- Kayu seru, dalam kepercayaan masyarakat Palembang jenis kayu ini tidak boleh dilangkahi dan diinjak. Kayu ini termasuk langka dan kerap digunakan untuk membangun bagian kerangka di dalam rumah adat Palembang.
- Kayu tambesu, jenis kayu yang diyakini memiliki kelebihan dalam aspek ekologi dan ekonomi. Umumnya penggunaan kayu ini untuk membuat lantai, pintu, dinding hingga jendela.
Pembangunan rumah Limas tidak menggunakan paku besi untuk menyambungkan tiap bagian. Namun, masyarakat menggunakan pasak yang telah terkenal kuat dan bisa membuat rumah bisa dibongkar serta dipindahkan.
Tiap rumah memiliki tiang penyangga yang tinggi yakni sekitar 1,5 hingga 2 meter di atas permukaan tanah. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, karena beberapa daerah di Sumatera Selatan lokasinya dekat dengan rawa. Jadi, adanya tiang penyangga ini untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah.
Bagaimana dengan ornamen dari rumah limas?
Di atapnya ada hiasan Simbar yang berbentuk tanduk dan bunga melati. Penempatan bunga melati pun sebagai simbol keagungan dan keharmonisan.
Sedangkan untuk simbar bertanduk ada beberapa jenis. Simbar bertanduk dua melambangkan Adam dan Hawa, simbar bertanduk tiga melambangkan matahari-bulan-bintang, simbar bertanduk empat melambangkan empat sahabat Nabi Muhammad saw., dan simbar bertanduk lima melambangkan lima rukun Islam.
Hadirnya simbar ini tak hanya sekadar hiasan dengan filosofi di baliknya, tetapi juga memiliki fungsi sebagai penangkal petir.
3. Filosofi Rumah Limas
Seperti yang telah dijelaskan di atas, rumah limas memiliki bentuk bertingkat. Tiap tingkat di dalam bangunan ini ada aturan yang mesti dipatuhi. Adapun tiap tingkatannya menggunakan filosofi Kekijing. Landasan dari filosofi ini antara lain penghuninya yaitu usia, jenis kelamin, pangkat, bakat dan martabat. Berikut ini lima filosofi setiap tingkatan dari rumah adat Palembang.
Pagar Tenggalung (Tingkat Pertama)
Tingkat pertama disebut Pagar Tenggalung karena ruangan di tingkat ini tidak memiliki dinding, jadi terhampar seperti beranda. Pagar Tenggalung ini adalah bagian teras dari rumah limas. Fungsinya sebagai tempat menerima tamu, juga bisa digunakan untuk hajatan atau upacara adat.
Jogan (Tingkat Kedua)
Tingkat kedua ini khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga dari pemilik rumah dengan jenis kelamin laki-laki.
Kekijing (Tingkat Ketiga)
Ruang di tingkat ketiga mempunyai sekat atau pembatas. Fungsi dari kekijing ini adalah sebagai tempat untuk menerima tamu undangan ketika berlangsungnya acara atau hajatan, terutama untuk tamu yang telah lanjut usia.
Apabila tidak ada hajatan, ruang di tingkat ketiga ini digunakan sebagai tempat tidur dan juga gudang penyimpanan barang. Selain itu, kekijing bisa berfungsi sebagai kamar tidur anak perempuan dari pemilik rumah yang telah beranjak dewasa dan bisa juga digunakan sebagai kamar pengantin.
Tingkat Keempat
Dalam peraturan rumah adat Palembang, semakin tinggi tingkatan di rumah limas, maka yang diperbolehkan masuk hanya orang tertentu saja.
Di tingkat keempat ini contohnya, dikhususkan bagi kerabat dekat dan orang-orang yang dihormati saja seperti tamu undangan yang sepuh serta Datuk dan Dapunto.
Gegajah (Tingkat Lima)
Terakhir tingkat paling tinggi di rumah limas sekaligus lantai yang paling luas dan istimewa. Ruang di gegajah hanya bisa dimasuki oleh anggota keluarga dengan kedudukan tinggi seperti keluarga inti dan orang-orang yang dihormati.
Di ruang gegajah ada amben atau undakan lantai yang berfungsi sebagai tempat bermusyawarah para penghuni dari tingkatan ini. Menariknya, di lantai ini juga ada kamar pengantin yang hanya digunakan pada saat pemilik rumah mengadakan acara pernikahan.
Baca juga: Arsitektur Unik Rumah Adat Bangka Belitung: Menjaga Tradisi Lewat Bangunan
Rumah adat Palembang kaya akan nilai filosofis di tiap bagiannya yang berasal dari budaya, kepercayaan serta kepribadian masyarakat setempat. Semoga warisan budaya ini bisa terus dilestarikan agar generasi berikutnya bisa tahu kekayaan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan.