Di zaman modern ini, membangun rumah dengan desain yang mengikuti nilai filosofi khusus memang sudah jarang ditemukan. Namun, di Lombok, tradisi mendesain dan membangun rumah adat suku Sasak masih terjaga dengan baik.
Contohnya bisa dilihat di Desa Sade, sebuah desa wisata dengan sekitar 150 rumah adat suku Sasak yang masih asli. Rumah adat tersebut disebut rumah bale. Menurut keterangan di situs Kemenparekraf, di desa ini ada rumah bale yang tertua, yang telah dihuni lebih dari 15 generasi. Keunikan ini menjadikan desa ini titik penting untuk memahami dan menghargai warisan budaya lokal.
Ada tiga jenis rumah adat bale yang khas di Lombok. Yang pertama adalah bale bonter, yang biasanya dimiliki oleh pejabat desa. Selanjutnya adalah bale kodong, yang disediakan untuk pasangan baru menikah atau orang tua yang ingin menikmati hari tua mereka.
Terakhir, bale tani adalah jenis rumah yang diperuntukkan bagi keluarga yang sudah memiliki keturunan. Setiap jenis rumah ini mencerminkan struktur sosial dan nilai-nilai suku Sasak yang kaya.
Arsitektur Rumah Bale, Rumah Adat Suku Sasak
Rumah adat bale di Lombok dikenal memiliki arsitektur yang unik dan masih dipertahankan hingga hari ini. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap adat dan tradisi yang kaya.
Warga di Lombok, terutama dari suku Sasak, memandang rumah ini sebagai simbol falsafah hidup yang tinggi. Setiap desain dan konstruksi pada rumah ini mencerminkan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Salah satu contohnya pada desain pintu rumah depan. Pintu rumah adat bale memiliki ukuran yang rendah dan kecil, sehingga tamu yang datang harus menunduk saat memasuki rumah. Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan nilai hormat kepada pemilik rumah. Ini adalah contoh dari bagaimana nilai filosofis diintegrasikan dalam aspek arsitektur rumah adat tersebut.
Rumah adat suku Sasak memang diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan lingkungan dan budaya lokal. Berikut adalah ciri khasnya yang unik.
Baca juga: Arsitektur Bali Kuno: Mengenal Ciri dan Filosofi Bangunan Tradisional
1. Bentuk Rumah Panggung
Salah satu ciri khas rumah adat Sasak adalah struktur panggung. Bangunan yang ditinggikan ini bukan hanya memastikan sirkulasi udara yang optimal di bawah rumah tetapi juga melindungi hunian dari potensi banjir. Hal ini menunjukkan kearifan lokal dalam merespons kondisi geografis yang spesifik.
2. Beratap Alang-Alang
Atap dari rumah adat ini dilapisi dengan alang-alang kering, yang diikat menggunakan tali rami atau bambu. Alang-alang terpilih karena dapat melindungi penghuni dari panas matahari dan curah hujan yang lebat, menunjukkan pemilihan material yang cerdas dan berkelanjutan.
3. Dominasi Material Kayu
Dalam pembangunan rumah adat ini, kayu menjadi material dominan. Kayu jati, nangka, dan cendana sering digunakan karena ketahanan dan kualitasnya yang tinggi. Penggunaan kayu ini tidak hanya mencerminkan estetika lokal tetapi juga durabilitas yang dibutuhkan untuk kondisi lingkungan setempat.
4. Dinding Bambu
Dinding dari rumah adat bale dibuat dari anyaman bambu. Teknik anyaman ini tidak hanya menambah kekuatan struktural tetapi juga mengizinkan udara untuk mengalir secara efektif melalui ruangan, memastikan bahwa hunian tetap sejuk dan nyaman.
5. Berlantai Tanah Liat, Dilekatkan dengan Kotoran Kerbau
Lantai dari tanah liat menjadi ciri lain yang penting. Tanah liat yang dipadatkan kemudian dicampur dengan jerami. Material ini membantu menjaga kestabilan suhu dalam rumah. Lantai ini adalah contoh lain dari pemanfaatan sumber daya lokal yang membantu adaptasi dengan iklim tropis.
Salah satu bahan unik yang digunakan untuk membuat lantai adalah kotoran kerbau. Fungsinya untuk melekatkan materi lainnya, sekaligus untuk membuat hangat dan mengusir nyamuk.
Bagian-Bagian Rumah Adat Suku Sasak
Rumah adat Sasak memiliki struktur yang terbagi menjadi beberapa bagian penting, yakni atap, ruangan, dan fondasi, masing-masing dengan fungsi dan desain yang khas.
1. Atap
Pada bagian atap, bentuknya mirip gunungan yang melandai hingga kira-kira 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah. Material utama yang digunakan adalah bambu yang dianyam, memberikan ciri khas visual sekaligus fungsional karena tidak memasang jendela pada atap tersebut.
2. Ruangan Dalam
Untuk ruangan di dalam rumah, terdapat tiga area utama. Ruang induk, yang dikenal sebagai inan bale, adalah pusat kegiatan sehari-hari.
Ruang tidur, atau bale luar, digunakan untuk istirahat. Sedangkan bale dalam, memiliki peran sangat khusus, digunakan untuk menyimpan barang berharga, tempat melahirkan, dan juga sebagai tempat persemayaman jenazah sebelum prosesi pemakaman.
3. Fondasi
Fondasi rumah adat Sasak melibatkan konstruksi yang unik pada tangga dan lantai. Tangga, atau undak-undak, memiliki fungsi khusus untuk menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam, memfasilitasi pergerakan di antara kedua ruang tersebut dengan mudah.
Tangga ini biasanya terdiri dari tiga anak tangga yang mewakili tiga elemen penting dalam kehidupan yaitu Tuhan, ibu, dan bapak. Melalui jumlah anak tangga ini, desain tangga bukan hanya berfungsi sebagai akses masuk, tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai spiritual dan keluarga bagi warga yang memasuki rumah.
Baca juga: 10 Nama Gili di Lombok dan Keindahannya Masing-Masing
Suku Sasak telah berhasil mempertahankan keindahan dan filosofi dalam desain rumah adat bale, yang menjadi warisan kaya dan tak tergantikan. Kelestarian ini tidak hanya mengungkapkan keunikan arsitektur mereka, tetapi juga komitmen mendalam terhadap nilai-nilai budaya yang telah diwariskan turun-temurun.