Dalam webinar JNE “Ngajak Online 2021” di kota Tegal, UMKM Sambel Kdiyah, menjadi salah satu narasumber yang berbagi dan menyampaikan kisah suksesnya dalam memasarkan sambal aneka rasa di tengah segala keterbatasan akibat pandemi Covid-19.
Khalimatus Sa’diyah, pemilik UMKM Sambel Kdiyah, menyampaikan ada banyak cara untuk tetap bisa berkembang meski kondisi sedang pandemi. Paling utama adalah tidak menyerah untuk selalu berinovasi agar produk yang ditawarkan tetap digemari konsumen.
“Riset dan mendengar permintaan konsumen, itu penting dilakukan agar kita juga bisa menciptakan varian atau produk lain dan usaha bisa berkembang. Selama ini saya seperti itu, coba-coba trial n error terus dilakukan, kalau soal menciptakn varian, selain dari mendengarkan konsumen saya juga banyak lihat-liat di media sosial terutama Youtube,” kata Diyah.
BACA JUGA :Â Langkah Pertamina Dongkrak Kemajuan UMK di Era Pandemi Covid-19.
Diyah menceritakan, bila awal dia merintis karir UMKM-nya dimulai pada 2015 silam. Waktu itu dia merupakan karyawan kantoran, namun dikarekana Ibu-nya sakit, dan meminta Diyah untuk selalu di rumah, akhirnya dia pun memutuskan untuk hijrah.
Saat itu dia sempat binggung, harus bagaimana. Tapi dengan tekad harus tetap bisa produktif meski tak lagi kerja, akhirnya dia memutuskan untuk usaha sambel yang mana resepnya sendiri dikembangkan dari Ibu-nya. Boleh dibilang resep keluarga.
Namun saat itu Diyah hanya memulai dengan dua jenis sambel saya, yakni Sambal Teri Pedas dan Tongkol Pedah. Tapi setelah banyak dirasa oleh konsumen, dan mengalir permintaan untuk membuat macam varian sambal lainnya, Diyah pun mengiyakan dan berinovasi.
“Total sekarang ada 30 varian sambel dari awalnya hanya dua itu saja. Waktu pertama nama brand juga Sambel Ikan Kdiyah, tapi setelah banyak inovasi dan varian, ikannya saya hilangnya jadi Kdiyah saja sekarang,” ucap Diyah.
BACA JUGA :Â UMKM Kendal Tetap Bertahan Meski Diterpa Pandemi
“Varian juga banyak, pastinya ini juga sebagian besar hasil suara konsumen dan setelah dicoba memang diterima. Saya juga berinovasi memenuhi permintaan konsumen, seperti bikin sambel dalam kemasan yang mudah untuk dibawah traveling. Untuk target, kelas menengah ke atas, utamanya masyarakat perkotaan yang memang tidak punya waktu ngulek sambal atau suka sambel saat makan tapi tidak sempat masak,” katanya.
Untuk masalah pemasaran, Diyah menyampaikan selama ini memang dia lebih banyak mengedepankan digital marketing untuk mempromosikan UMKM-nya. Paling utama membuat konten di ragam media sosial selain dari memasarkan juga di marketplace.
Bagi UMKM lain, Diyah menyampaikan pemasaran digital memiliki efek yang cukup terasa, karena itu, pada era saat ini disarankan untuk melek digital. Mulai melakukan penjualan di sarana digital.
Namun demikian, secara konten juga harus variatif, jangan membuat bosan masyarakat yang tujuan semata-mata hanya untuk berjualan saja, tapi diselingi dengan aktivitas seru lainnya.
“Promosi tidak hanya jualan, jadi kalau bikin konten di facebook atau instagram ngga harus jualan produk saja. Bisa dengan konten edukasi, giveaway untuk interaksi atau quiz, pengetahuan soal produk juga bisa, jangan jualan melulu karena nanti jadi bosen,” ucapnya.
Tak kalah penting untuk selalu meningkatkan branding, menurut Diyah hal ini menjadi salah satu kunci menjawab tantangan yang saat ini banyak dilalui, terutama dalam hal kompetitor.
BACA JUGA :Â Ridwan Kamil Minta Emak-emak se-Jawa Barat Belanja Produk UMKM
Apalagi bila sampai ada rival yang meniru kemasan dengan harga yang mungkin lebih terjangkau. Karena itu, branding cukup memiliki perang untuk memberikan kesan ke konsumen, dengan demikian meski ada kompetitor yang meniru, tapi konsumen yang sudah dari awal menyukai produknya tetap setia.
“Memang penting, istilahnya meski ada harga yang lebih murah tapi secara kualitas pasti beda. Kalau saya dari awal sudah komitmen membuat sambel dengan bahan-bahan yang berkualitas, jadi boleh dicoba sendiri. Ada rupa ada harga lah,” katanya.