JNEWS – Suara deru mesin truk tronton wingbox berdengung di area unloading Bulkhub JNE, Tangerang. Di antara kesibukan itu, Karnata—sopir armada truk JNE yang sudah mengabdi sejak 2012—tampak serius bersama mekanik mengecek ban dan rangka truk.
“Tadi ada kendala sedikit, tapi sekarang semua oke. Tinggal menunggu untuk pemberangkatan ke Medan,” ujarnya tenang, sesekali menyesuaikan posisi ban truk yang siap melaju ribuan kilometer ke Sumatera Utara.
Meski telah pengalaman di banyak tempat, Karnata mengaku ada kebanggaan tersendiri menjadi bagian dari JNE sejak awal bergabung. “Saya betah dan ingin terus mengabdi di JNE. Saat Lebaran pun, saya tidak libur karena harus kirim barang. Keluarga memaklumi, saya senang menjalankan tugas,” katanya dengan suara yang tegas, namun bersahaja.
Sejak pertama kali ditugaskan membawa paket ke Sumatera, Karnata sudah menjejak jalur yang penuh tantangan. Jalur perbatasan Lampung–Palembang dulu sering diwarnai kasus bajing loncat dan begal. “Kami konvoi saat melintas jalur rawan, atau kalau malam, saya istirahat dulu untuk menunggu pagi,” kisah pria kelahiran Karawang, Jawa Barat, itu.
Karnata bercerita bahwa ia sudah hafal betul titik–titik rawan kriminal. Namun kini, berkat kehadiran jalan tol Sumatera, perjalanan terasa lebih ringan, baik dari segi waktu maupun keamanan. “Estimasinya jadi lebih pendek, perjalanan jadi lebih cepat dan aman,” ujarnya.

Di Pulau Jawa dan Bali pun, kemudahan serupa telah terasa setelah tol Trans‑Jawa dibuka. Di masa lalu, kemacetan parah dan banjir di jalur Pantura jadi ujian tersendiri. Kini, cerita itu sudah banyak berubah.
Baca juga: Kiriman JTR Banyak Masuk ke Jayapura, JNE Berencana Relokasi Gudang
“Tentu saja lebih menantang jalur Sumatera. Kalau jalur Jawa dan Bali ini dulu tantangannya sebelum ada jalan tol Trans Jawa, lebih ke macet atau jalan Pantura digenangi banjir. Kalau sekarang lebih lancar, semuanya bisa melalui tol,” ujar ayah 4 anak ini
Mengemudikan truk besar bukan sekadar soal membawa barang. Bagi Karnata, keselamatan adalah komando utama. Sebelum berangkat, ia selalu memeriksa kondisi truk: ban, mesin, sistem rem—semuanya dicek teliti. Baru setelah yakin laik jalan, ia menepuk setir dan berdoa.
“Saya niatkan ini sebagai ibadah. Tubuh harus sehat, bugar, supaya bisa selamat sampai tujuan,” katanya, siap kembali ke kursi kemudi untuk perjalanan panjang esok hari.