JNEWS – Air mata Putu Sartika meleleh, tak kuasa membendung tangis sesenggukan ketika JNEWS sodorkan 2 lembar foto lawas yang berusia 34 tahun. Di foto itu Putu tampak masih muda, mengenakan celana jins biru muda, berpose paling tengah dengan diapit rekan kerjanya sesama karyawan JNE di masa awal kantor JNE baru buka.
“Kalau melihat foto kenangan ini saya sangat terharu, mengingatkan perjalanan hidup saya dari orang pedalaman pedesaan di Bali yang merantau ke Jakarta kala itu. Bahkan sempat menjadi kondektur bus agar tetap bisa bertahan hidup di Jakarta, sebelum kerja di JNE. Tidak menyangka akhirnya bisa menjadi pegawai kantoran juga, seperti mimpi di siang bolong yang menjadi kenyataan,” kenang Putu dengan mata berkaca-kaca.
“Kalau melihat foto ini saya masih ingat jelas. Dari kiri itu Pak Sahrudin, sebelahnya ada Pak Hendro, lalu paling tengah itu saya yang memakai celana jins biru muda. Sedangkan yang duduk itu Pak Totok Sugiarto dan Pak Isman,” jelas Putu.
Putu melanjutkan, foto tersebut diambil di ruangan bagian depan kantor JNE yang menyewa ruangan di Gedung Gelael, Slipi, Jakarta Barat pada tahun 1990 saat karyawan masih dalam hitungan jari. “Dari awal kantor JNE dibuka saya sudah bekerja dan menjadi office boy. Kala itu pimpinan JNE yang sehari-hari di kantor itu adalah Pak H. Johari Zein dan Pak Chandra Fireta. Pak H. Soeprapto Soeparno juga sering datang juga namun tidak setiap hari,” kenang Putu.
Baca juga: Hikayat Kantor Pusat JNE di Jalan Tomang 11 (bagian 2)
“Dulu melihat para pimpinan JNE seperti Pak Johari dan Pak Chandra ikut kirim paket atau angkat-angkat barang itu sudah hal biasa. Ibaratnya semua karyawan turun tangan, bergotong royong. Sebagai OB saya sering menginap di kantor, karena malam pun juga masih sering pada kerja. Mengenai berbagi, memang dari dulu Pak H. Soeprapto sejak kantor JNE dibuka sudah menganjurkan agar perusahaan JNE suka berbagi kepada yang membutuhkan, terutama kepada anak yatim, tuna netra dan janda miskin,” tambahnya.
JNEWS pun kembali menyodorkan sebuah foto lagi. Tampak dua karyawati JNE tengah sibuk bekerja, yang satu sedang mengangkat telepon sedangkan rekannya tengah serius di depan komputer jadul yang masih memakai monitor tabung. “Yang berdiri pegang telepon itu Ibu Rini, sudah lama pensiun. Sedangkan yang duduk menghadap komputer namanya Ibu Yati, sudah pensiun juga. Suami Ibu Yati ini juga kerja di JNE sampai sekarang namanya Pak Jonedi, ngantornya di JNE Tomang 9,” ungkap Putu.
Putu pun berharap, di usianya yang sudah memasuki 34 tahun, JNE akan tetap jaya dan terus menjadi perusahaan yang tidak saja memberikan pelayanan terbaik kepada customer namun juga bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat luas dari Sabang sampai Merauke.
“Tahun depan saya sudah memasuki masa pensiun. Terima kasih kepada JNE atas perjalanan luar biasa ini dan saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar JNE, dari awal JNE baru membuka kantor dengan menyewa ruangan sederhana hingga sekarang JNE sudah besar dengan puluhan ribu karyawan dan memiliki banyak gedung megah sebagai kantornya baik di JNE Pusat maupun di kantor cabang yang ada di daerah,” tutup Putu dengan mengelap air matanya yang jatuh menetes di pipinya. *
Baca juga: Sepenggal Cerita Parno dan Jejak Awal JNE di Kota Gudeg