JNEWS – Tepat pada 23 Juni 2024 kemarin, pendiri JNE H. Soeprapto sembilan tahun wafat, meninggal dunia di Amsterdam Belanda. Ia meninggal dalam usia 81 tahun di Rumah Sakit VU Medisch Centrum, Amsterdam, Belanda dan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Di masa pergolakan perjuangan kemerdekaan Indonesia, pada 7 Oktober 1937 Soeprapto Soeparno lahir. Ayahnya seorang tokoh pejuang di Bangka Belitung yang bergerak dalam bidang pendidikan. Saat kecil, sang ayah berpesan agar kelak anaknya tersebut menjadi anak yang berguna dan ikut menyejahterakan rakyat Indonesia.
Dan Soeprapto kecil yang selalu terngiang akan wasiat orang tuanya tersebut, bertekad mewujudkan harapan orang tuanya. Singkat cerita, ia merantau ke Tanah Jawa. Setelah melalui perjuangan panjang akhirnya sukses membangun perusahaan TIKI dan JNE. Selain itu juga, ia membangun Yatuna, sebuah yayasan yang memberikan santunan bagi para anak yatim, tuna netra dan dhuafa lainnya.
Ia telah memberi ribuan orang pekerjaan dan juga nafkah bagi keluarga karyawan tersebut. Begitu juga dengan para mitra agen TIKI dan JNE yang tersebar di seluruh Indonesia. H. Soeprapto sudah mewujudkan wasiat ayahnya, turut menyejahterakan rakyat Indonesia lewat lapangan kerja di perusahaan yang dibangunnya.
Menurut Presiden Direktur JNE, M. Feriadi Soeprapto, sembilan tahun silam keluarga besarnya tengah berlibur ke Eropa dengan tujuan Amsterdam dan Paris. “Sebelum keberangkatan liburan keluarga ke Belanda, kondisi kesehatan Pak Soeprapto memang tengah kurang baik. Namun, demi membahagiakan isteri, anak dan cucu-cucunya yang sudah lama merancang liburan ke Belanda dan Perancis, Pak Soeprapto pun turut serta dalam liburan tersebut. Selain itu, memang tujuan ke Belanda adalah untuk mengunjungi teman-temannya semasa remaja yang bermukim di Negeri Kincir Angin tersebut,” kenang M. Feriadi.
Baca juga: Jejak Karya Sosial H. Soeprapto Soeparno di Yatuna
Karena alasan kesehatan, lanjut M. Feriadi, dirinya kala itu sempat menyarankan untuk membatalkan rencana ke Belanda. “Namun, entah mengapa, Pak Soeprapto tetap bersikukuh ke Belanda. Kami pun akhirnya berangkat ke Belanda pada 25 April 2015,” tambah M. Feriadi yang juga adalah putra H. Soeprapto.
Saat itu, akhir April 2015 di Belanda sedang musim semi. Bunga tulip bermekaran. Udara mulai menghangat setelah musim salju berlalu. Setelah 4 hari di Belanda rombongan keluarga beranjak menuju Kota Paris, Perancis. Namun, baru 3 hari berada di Paris kesehatan H. Soeprapto menurun drastis. Keluarganya pun memutuskan membawa kembali ke Amsterdam dan masuk ke Rumah Sakit VU Medisch Centrum untuk menjalani perawatan.
Takdir sudah digariskan oleh Allah SWT. Setelah sekitar sebulan dirawat, pada Selasa 23 Juni 2015, H. Soeprapto meninggal dunia di rumah sakit tersebut. Selanjutnya jenazah almarhum diterbangkan ke Tanah Air dan langsung dibawa ke Yatuna sebelum dimakamkan di TPU Karet Bivak. Ribuan orang melayat dan mengantar kepergian H. Soeprapto dengan kesedihan mendalam.
Di bawah rindangnya pohon kamboja yang teduh, pusara pendiri JNE ini yang penuh taburan kembang dan linangan air mata kedukaan mendalam kala itu, seakan berkisah tentang perjalanan panjang pengusaha sukses nan dermawan kelahiran Gunung Manumbing, Bangka Belitung, putra Soeparno, seorang patriot pejuang kemerdekaan.
Kini salah satu warisannya, yakni perusahaan JNE telah menjadi perusahaan jasa pengiriman dan logistik terdepan di Indonesia dengan puluhan ribu karyawan dan sebentar lagi genap menginjak usia yang ke 34 tahun.*
Baca juga: Hikayat Pembagian Beras dan Umrah Karyawan, Warisan H. Soeprapto