Di era digital seperti saat ini, memanfaatkan saluran online saja tidak cukup untuk mendongkrak pertumbuhan penjualan bagi pelaku usaha. Dibutuhkan strategi yang tepat agar pelaku usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat bertahan dan berkembang. Seperti halnya yang dilakukan oleh Naruna.
Naruna sendiri merupakan UMKM asal Semarang yang bergerak di bidang produksi cangkir serta peralatan makan dan minum yang terbuat dari keramik. Semua produksi peralatan makan dan minum tersebut dibuat handmade, tanpa ada bantuan dari mesin.
Dalam penjualannya, Roy Wibisono, Founder dan CEO Naruna mengatakan bahwa pihaknya mengdepankan cara berjualan melalui online. Meski demikian, dirinya memiliki strategi tersendiri agar barang jualannya laku, yakni melalui story telling.
Baca Juga: Mengangkat Potensi Daerah Jadi Brand Lokal yang Bermakna
Jika tidak menggunakan strategi tersebut, makan akan amat sulit bagi Naruna untuk berjualan. Sebab, sebagai contoh, salah satu cangkir yang dijual di Naruna dibanderol harga Rp 120.000. Sedangkan harga cangkir di pasar atau supermaret ada yang dijual dengan harga Rp 10.000. Agar bisa laku terjual, harus ada cerita atau konten yang bagus di balik produk.
“Pertama kita harus punya konten yang bagus dan cerita yang kuat di setiap narasi produknya. Terus kita sering edukasi ke pasar, bahwa ini produk bagus, kualitasnya oke, produk handmade, kualitas keramik microwave save, bahan bebas racun, dan kuat,” tutur Roy dalam kegiatan webinar JNE Ngajak Online 2021 di Kota Semarang beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, lanjut Roy, maka kelebihan produk yang akan berbicara. Pelanggan yang beli dalam tanda kutip menurutnya malah yang akan menjadi juru bicara. “Nah dari situ lah dari produk yang bagus maka produk akan bercerita sendiri,” tambahnya.
Di samping mengedepankan cerita dari sisi kualitas produk handmade tadi, Roy juga mengedepankan sisi humanis dari produknya. Bahwa produk yang diciptakan dibuat oleh pelaku UMKM yang artinya dengan membeli produknya makan secara langsung mendukung keberlangsungan UMKM dan mencintai brand lokal.
Dibanding berjualan dengan cara menitipkan di supermarket atau gerai, dirinya mengakui bahwa berjualan online dirasa lebih pas. Hal ini karena ketika berjualan online, maka barang tersebut akan disebar oleh penjual lainnya.
Baca Juga: Kisah UMK Sarung Tangan, Sukses Bantu Perekonomian
Alhasil, selama pandemi kemarin Roy mengklaim bahwa omzet jualannya 12 kali lipat dibanding sebelumnya. Penjualan yang meningkat ini hingga menarik perhatian Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM). Bahkan Menkop UKM Teten Masduki sendiri sempat berkunjung ke Naruna dan berdiskusi seputar perkembangan UMKM.
Hingga kini Naruna telah memiliki ratusan karyawan yang terbagi menjadi dua, yakni karyawan langsung dan tidak langsung. Karyawan tidak langsung ini adalah pekerja yang bekerja dari rumah yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu.
Sementara itu, soal target market Naruna tidak hanya menyasar pada pemiliki resto dan cafe yang ingin punya peralatan makan dan minum keren, tapi juga para eksekutif muda yang ingin menikmati secangkir kopi dan teh hangat menggunakan cangkir yang premium. Naruna pun memilkiki cita-cita untuk bisa membawa nama Indonesia ke kancah peralatan makan dan minum keramik dunia.
Sebagai UMKM yang memanfaatan saluran online, Naruna sangat membutuhkan jasa pengiriman ekspedisi. Dari beberapa kali mencoba jasa pengiriman ekspedisi, Naruna jatuh hati pada JNE. Salah satu faktornya adalah kepercayaan terhadap JNE yang memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
“Selama kami mengirim produk dengan JNE, bisa dikatakan hampir zero kasus terjadinya pecah. Ketika orang beli keramik yang ada di pikiran mereka adalah keamanan pecah atau tidak barang yang dibeli. Kepercayaan kami ini menruut saya sangat teruji sekali. Sejauh ini produk kami aman dan nyaman,” pungkas Roy.
Baca Juga: Ija Kroeng, Bawa Budaya Sarung Lokal ke Pasar Dunia