Pandemi Covid-19 banyak membuat perubahan, tak hanya soal kebiasaan, namun sampai cara pelaku UMKM dalam menjajakan produk-produknya yang kini lebih menganti kiblat dari konvensional menjadi online.
Menurut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga, terdapat 11 juta Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergabung dalam e-commerce sejak Mei 2020 hingga Juni 2022.
Kondisi tersebut menurut Bima membuat UKM memiliki peluang besar untuk memanfaatkan ekonomi digital di wilayahnya masing-masing dan peningkatan peluang di tengah krisis global. Bahkan sampai memperluas jajahan pasar.
BACA JUGA : Putri Tanjung dan KemenKopUKM Cari 10 Finalis Pahlawan Digital UMKM
“Saat pandemi, kami mendukung UKM untuk on boarding bersama platform digital, di mana anggota idEA bersama pemerintah menggencarkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang fokusnya adalah meningkatkan kesadaran hingga ada 11 juta UKM baru di e-commerce,” ujarnya.
Tapi kondisi tersebut selalu berjalan lancar, menurut Bima akses teknologi masih menjadi tantangan bagi UKM dalam memanfaatkan peluang lewat ekonomi digital.
Selain itu, ada juga beragam tantangan lain yang ikut dihadapi, mulai masalah permodalan, investasi, akses pasar, dan keterampilan manajemen serta bisnis.
Bima memaparkan, kondisi perekonomian global saat ini tidak menentu karena kondisi geopolitik. Namun, peran e-commerce terhadap ekonomi digital masih tumbuh dari waktu ke waktu, yang tecermin dari nilai transaksi di 2021, di mana ekonomi digital membukukan transaksi sebesar 53 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 700 triliun.
Keadaanya tersebut secara tak langsung menandakan bila peran e-commerce tak mengalami guncangan berarti, bahkan bisa dibilang tak berpengaruh besar.
BACA JUGA : Ini 5 Langkah Sukses Berbisnis dengan Manfaatkan Platform E-Commerce
Menurut Bima, peran e-commerce tiga tahun ke depan masih akan mendominasi yakni pada 2025 dengan nilai transaksi yang diperkirakan melonjak hingga 104 miliar dolar AS atau hampir Rp 1.400 triliun.
Dengan kondisi tersebut, e-commerce berkontribusi 5 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) dan diharapkan kontribusinya dapat terus tumbuh dan terkerek lebih dari 10 persen pada 2025.