JNEWS ONLINE
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini
No Result
View All Result
JNEWS Online
No Result
View All Result
Home Traveling

Mengenal Suku Bugis: Sejarah, Asal-usul, dan Tradisi

by Penulis Konten
26 August 2024
Mengenal Suku Bugis: Sejarah, Asal-usul, dan Tradisi
Share on FacebookShare on Twitter

JNEWS – Suku Bugis dahulu dikenal sebagai pelaut ulung. Karena itu, tak heran jika ada komunitas-komunitas orang Bugis atau keturunannya di daerah-daerah yang pernah menjadi jalur utama pelayaran internasional, terutama di sepanjang Laut Jawa dan Selat Malaka. Bahkan secara khusus, Singapura memiliki wilayah yang bernama Bugis.

Akibat dari jiwa petualangannya yang luar biasa, banyak orang yang keliru menyebutkan asal–usul Bugis. Bahkan ada yang menyamakan Bugis dengan suku-suku yang hidup di laut sehingga tidak memiliki keterikatan dengan daratan.

Asal-usul Suku Bugis

Mengenal Suku Bugis: Sejarah, Asal-usul, dan Tradisi

Dikutip dari laman Kabupaten Wajo, pada sekitar 500 SM, Nusantara didatangi oleh suku-suku Deutero Melayu dari Asia, khususnya Yunan. Dalam gelombang pertamanya, terdapat nenek moyang suku Bugis. Nama Bugis berasal dari kata To Ugi, yang artinya orang Bugis.

Nama Ugi merujuk pada raja pertama Kerajaan Cina yang ada di Pammana, Wajo, yaitu La Sattumpugi. Rakyat di kerajaan tersebut menamakan diri mereka To Ugi, yang juga berarti pengikut La Sattumpugi.

La Sattumpugi memiliki saudara bernama Batara Lattu. La Sattumpugi juga memiliki anak bernama We Cudai, sedangkan Batara Lattu memiliki anak bernama Sawerigading. Kedua anak mereka lalu menikah dan melahirkan beberapa anak. Salah satu anak mereka bernama La Galigo yang menciptakan karya sastra terbesar di dunia sebanyak 9000 halaman.

Karya sastra La Galigo berisi asal usul penciptaan manusia menurut tradisi Bugis di Sulawesi. Karya tersebut juga memuat kisah tentang Sawerigading Opunna Ware. Seiring zaman, keturunan mereka menyebar, mengembangkan kebudayaan, dan membuat kerajaan-kerajaan.

Baca juga: Keajaiban Arsitektur Masjid 99 Kubah Makassar: Simbol Keagamaan dan Estetika

Sejarah Suku Bugis

Sejarah Bugis diwarnai dengan perubahan-perubahan yang signifikan sehubungan dengan pertikaian antar kerajaan, masuknya bangsa Eropa serta penyebaran Islam.

Berikut adalah momen-momen penting dalam sejarah suku Bugis.

1. Pembentukan Kerajaan-Kerajaan Suku Bugis

Keturunan Bugis yang telah menyebar mendirikan Kerajaan Luwu, Bone Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng, dan Rappang. Dari kerajaan-kerajaan tersebut, Luwu merupakan kerajaan tertua. Mereka juga berhubungan dengan suku Makassar dan Mandar melalui pernikahan. Namun, kerajaan-kerajaan yang jumlahnya cukup banyak itu memicu beberapa perselisihan. Berikut di antaranya:

  1. Kerajaan Bone, diawali dengan pertikaian selama 7 generasi hingga kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Matajang. Tokoh ini diangkat sebagai raja dengan nama Arumpone oleh 7 raja kecil yang kemudian membentuk semacam dewan legislatif bernama Ade Pitue.
  2. Kerajaan Soppeng, diawali dengan kemunculan raja kembar, yaitu Menurungnge ri Goarie (perempuan) di Soppeng ri Aja dan La Temmamala Menurungnge ri Sekkanyili (laki-laki) di Soppeng ri Lau. Namun akhirnya mereka bersatu dalam Kerajaan Soppeng.
  3. Kerajaan Wajo, diawali dengan komune-komune yang berkumpul di Danau Lampulungeng dipimpin Puangnge ri Lampulung. Setelah pemimpinnya meninggal, mereka pindah ke Boli. Kemudian datanglah Lapaukke, pangeran dari Cina (Pammana) dan mendirikan Kerajaan Cinnotobi. Setelah 5 generasi, Cinnotobi bubar dan terbentuklan Kerajaan Wajo.

Munculnya berbagai kerajaan menimbulkan konflik perbatasan. Salah satunya adalah perang antara Bone dan Luwu, yang dimenangkan Bone. Kemudian Luwu beraliansi dengan Wajo. Tiba-tiba Gowa menyerang daerah-daerah tersebut. Untuk menghadapi Gowa, maka Bone, Wajo dan Soppeng membentuk aliansi tellumpoccoe.

2. Hegemoni Gowa

Ketika VOC masuk, Gowa merupakan kerajaan besar yang menjadi pesaing VOC, bahkan terlibat beberapa kali peperangan. Namun banyak kerajaan-kerajaan kecil yang tidak mau bergabung di bawah Gowa. Akhirnya pemimpin Bone, yaitu Arumpone, ditahan di Gowa. Ini mengakibatkan perlawanan dari Arung Palakka dan Turatea.

Perlawanan tersebut melemahkan kekuatan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Dalam suatu pertempuran, Benteng Somba Opu luluh lantak sehingga Gowa terpaksa menerima Perjanjian Bongaya dengan VOC.

3. Masa Hindia-Belanda

Jatuhnya Kerajaan Makassar pada tahun 1667 membuat banyak orang Bugis menghindar dan bermigrasi ke Selat Malaka. Pada tahun 1710 berdirilah Kerajaan Bugis di Selangor, Malaysia. Komunitas Bugis juga menyebar hingga ke Riau. Kedua daerah ini lalu bekerja sama menyerang Melaka dipimpin Raja Haji dari bangsa Bugis. Namun Raja Haji terbunuh.

Di kemudian hari, atas campur tangan Inggris, diangkatlah Sultan Melayu. Raja Ali dari Bugis berusaha merebut kembali dan mengusir Sultan Melayu. Hal ini mengakibatkan konflik berkepanjangan antara Bugis dan kerajaan-kerajaan Melayu sehingga melemahkan kekuatan Bugis.

Pada tahun 1905-1906, masyarakat Bugis-Makassar ditaklukkan Belanda sehingga Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu perjanjian pendek pengangkatan raja-raja yang disetujui Belanda.

Ketika Indonesia merdeka, kerajaan-kerajaan di Nusantara sepakat membubarkan diri dan melebur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun pemberontakan-pemberotakan masih terjadi antara 1950-1960 hingga keadaan terkendali.

4. Masa Penyebaran Islam

Penyebaran Islam di antara masyarakat Bugis terjadi pada abad ke-17 dengan datangnya 3 utusan Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang bertugas di Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) di Luwu dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) di Bulukumba. Saat ini 99% suku Bugis beragama Islam.

Tradisi Suku Bugis

Mengenal Suku Bugis: Sejarah, Asal-usul, dan Tradisi

Di Sulawesi Selatan, orang-orang Bugis tersebar di Kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, dan Barru. Bulukumba menjadi daerah peralihan antara Bugis dan Makassar. Sedangkan Polmas dan Luwu menjadi daerah peralihan Bugis dan Mandar. Masyarakat Bugis di wilayah itu dan wilayah-wilayah lain di luar Sulawesi Selatan masih menjunjung tinggi tradisi Bugis.

Beberapa tradisi suku Bugis yang masih dilaksanakan hingga sekarang antara lain sebagai berikut.

1. Mappalette atau Makkara Bola

Di daerah lain, pindah rumah artinya orang dan barang-barang yang dipindahkan ke rumah yang baru. Hal yang berbeda terjadi di kalangan masyarakat Bugis. Bagi mereka, pindah rumah itu artinya memindahkan barang berikut rumahnya.

Rumah yang dipindahkan berupa rumah panggung. Warga yang laki-laki bersama-sama mengangkat rumah tersebut atau menggunakan alat bantu. Sementara yang wanita menyiapkan makanan.

2. Mappacci atau Korontigi

Mappacci adalah pemberian pacci atau pacar untuk hiasan kuku bagi calon pengantin wanita. Pacci merupakan lambang kesucian. Tidak semua orang boleh memberikan pacci, melainkan dipilih dari status sosial tertentu atau hubungan kekerabatan.

3. Mappere, Massepe dan Mappadendang

Mappere artinya ayunan, sedangkan massepe saling tendang. Acara ini dilaksanakan setelah panen sebagai wujud rasa syukur. Tradisi ini diawali dengan penyembelihan kerbau. Mappere dilakukan dengan berayun setinggi 15 meter. Sedangkan massepe dilakukan oleh anak-anak muda. Agar suasana meriah, sejumlah ibu menumbuk lesung dengan berirama yang disebut mappadendang.

Baca juga: Mengenal Benteng Rotterdam: Simbol Sejarah di Pinggir Pantai Makassar

Keberanian dan kegigihan suku ini sejak sebelum abad Masehi hingga sekarang menunjukkan bahwa Bugis adalah suku bangsa yang tangguh dan memiliki daya tahan yang luar biasa. Meski pernah mengalami masa-masa penuh pertikaian, suku Bugis mampu menjaga kelangsungan tradisi bersama. Tradisi telah menyatukan suku Bugis kembali dan akan terus dipertahankan.

Tags: asal usul suku BugisbugisKerajaan Bugissejarah suku BugisTradisi Bugis
Share307Tweet192
Next Post
konversi 1000 motor listrik gratis di jabodetabek

Ada Program Konversi 1.000 Motor Listrik di Jabodetabek, Gratis!

TERKINI

trik mengatasi jerawat agar kulit glowing

Trik Mengatasi Jerawat agar Kulit Glowing Lagi

19 May 2025
pemerintah siapkan kuota 1 juta sertifikasi halal bagi pelaku UMKM

Pemerintah Siapkan Kuota 1 Juta Sertifikasi Halal Gratis bagi Pelaku UMKM

19 May 2025
Cara Memulai Investasi Saham yang Benar

Cara Memulai Investasi Saham yang Benar agar Hasilnya Maksimal untuk Pemula

19 May 2025
Museum Paling Terkenal di Dunia

Hari Museum Internasional: 10 Museum Paling Terkenal di Dunia

18 May 2025
Hari Buku Nasional: Tip supaya Suka Baca Buku Lagi

Hari Buku Nasional: 8 Tip untuk Anak Muda supaya Suka Baca Buku Lagi

17 May 2025
Rekomendasi Tempat Wisata di New Zealand

7 Rekomendasi Tempat Wisata di New Zealand untuk Liburan Tak Terlupakan

16 May 2025

POPULER

Tempat Wisata di Subang yang Bisa Dikunjungi

Liburan ke Subang? Ini Daftar Tempat Wisata Menarik yang Bisa Dikunjungi

by Penulis Konten
25 April 2025

Film Katolik untuk Menambah Wawasan Sejarah

5 Film Katolik yang Menarik untuk Menambah Wawasan Sejarah

by Penulis Konten
6 May 2025

Festival Film Cannes: Sejarah dan Film Indonesia

Festival Film Cannes: Sejarah Singkat dan Jejak Film Indonesia di Ajang Ini

by Penulis Konten
10 May 2025

Brain Rot: Hiburan Berlebihan Merusak Pola Pikir

Mengenal Brain Rot: Ketika Hiburan Berlebihan Merusak Pola Pikir

by Penulis Konten
8 May 2025

Raminten Jogja: Dari Warung Makan Unik

Raminten Jogja: Dari Warung Makan Unik ke Kerajaan Bisnis Budaya Jawa

by Penulis Konten
29 April 2025

JNEWS Online

©2020 - Your Trusted Logistic Portal

Navigate Site

  • About
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Logistik & Kurir
  • Infografik
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • 34 Tahun JNE
    • JNE Content Competition
      • Content Competition 2024
      • Content Competition 2025
      • Pemenang Content Competition 2023
      • Pemenang Content Competition 2024
    • Cosmo JNE FC
    • Gelitik
    • JNE x Slank
    • Pekan Kartini

©2020 - Your Trusted Logistic Portal