JNEWS – Perayaan Tahun Baru Imlek menjadi momen yang paling dinantikan oleh seluruh masyarakat etnis Tionghoa di seluruh dunia termasuk Indonesia. Beragam tradisi dilakukan dengan penuh sukacita dalam menyambut tahun baru ini.
Tahun baru ini dimulai pada hari pertama bulan pertama di kalender tradisional Tiongkok lunisolar dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15 (saat bulan purnama). Di tahun 2025, Imlek jatuh pada tanggal 29 Januari.
Secara tradisional, perayaan ini adalah waktu untuk menghormati dewa serta leluhur dan menjadi momen untuk berkumpul serta mengunjungi keluarga.
Sejarah Perayaan Tahun Baru Imlek di Tiongkok dan Indonesia
Di Negeri Tirai Bambu, sebelum merayakan Imlek, masyarakat wajib membersihkan sampah dan debu di rumah. Selain itu, mereka pun wajib menyiapkan diri agar bersih secara lahir dan batin pada Imlek nanti.
Berdasarkan sejarah, Tahun Baru Imlek merupakan pesta penyambutan datangnya musim semi. Hal ini dilatarbelakangi oleh profesi masyarakat Tiongkok dulunya adalah petani. Setelah melewati masa-masa sulit di musim dingin, memasuki musim semi, para petani kembali bersemangat untuk bekerja dan panen.
Di masa itu pula, para petani akan mempersiapkan tanah, bibit dan lainnya untuk kembali bercocok tanam. Oleh karena itu, perayaan Imlek dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki selama setahun ini dan berharap kemakmuran akan datang pada tahun depan.
Bagaimana dengan perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia?
Secara historis, sulit memastikan kapan perayaan Imlek pertama kali dilakukan di Indonesia. Namun, banyak yang berpendapat bahwa tradisi ini mulai dirayakan bersamaan dengan migrasi orang Tiongkok ke Indonesia sejak permulaan Masehi.
Perjalanan Imlek di Indonesia mengalami pasang surut. Pada masa penjajahan Belanda, etnis Tionghoa menghadapi pembatasan, termasuk dalam merayakan Imlek. Setelah Indonesia merdeka, perayaan Imlek dapat kembali dilakukan, terutama pada masa pemerintahan Soekarno.
Namun, pada masa Orde Baru, perayaan Tionghoa, termasuk Imlek, tidak lagi diperbolehkan di ruang publik. Kebijakan ini berubah setelah reformasi, ketika pemerintahan Gus Dur mencabut larangan tersebut, memungkinkan Imlek kembali dirayakan secara terbuka.
Perayaan Imlek kini bisa dirayakan di setiap kota di Indonesia, khususnya area di sekeliling kelenteng. Seminggu menjelang Imlek, di sekitar area sudah ramai dipasang lampion-lampion berwarna merah dan pertunjukan barongsai.
Perbedaan Tahun Baru Imlek di Indonesia dan Tiongkok
Kini, Tahun Baru Imlek dirayakan dengan semarak baik di Indonesia maupun di Tiongkok. Namun tradisi dan cara perayaannya memiliki perbedaan menarik. Perbedaan ini muncul karena pengaruh budaya lokal dan adaptasi terhadap kebiasaan masyarakat setempat, yang menjadikan perayaan di kedua tempat memiliki ciri khasnya masing-masing.
1. Festival Sebelum Imlek
Di daratan Tiongkok, seminggu sebelum tahun baru, masyarakat di sana akan memberikan persembahan pada Dewa Dapur yang melindungi rumah. Lalu, potret Dewa Dapur di atas kertas pun dibakar saat itu dengan tujuan mengirim roh dewa ke surga untuk melaporkan perilaku moral keluarga tersebut pada Kaisar Giok.
Pelaksanaan festival ini berbeda-beda menyesuaikan wilayah. Jadi, Tiongkok bagian selatan (Shanghai, Yunnan, Fujian, dan sebagainya), dirayakan pada hari ke-24 dalam bulan 12 kalender lunar. Sedangkan bagian utara (meliputi Kota Beijing, Xinjiang, Jilin, Tibet dan lain-lain) melaksanakan pada hari ke-23.
Sementara di Indonesia, ada beberapa kegiatan budaya yang dilakukan sebelum Imlek di berbagai kota. Salah satunya, dikutip dari website Kemenparekraf, adalah Grebeg Sudiro. Tradisi ini digelar di kawasan Pasar Gede Solo sebagai bentuk akulturasi budaya antara Tionghoa dan Jawa. Event ini melibatkan dua kegiatan utama, yakni sedekah bumi dan kirab budaya.
Juga ada Tradisi Ketuk Pintu di Semarang. Tradisi ini dilakukan dengan mengunjungi sembilan kelenteng di Kawasan Pecinan Kota Semarang, dan diiringi musik dan barisan atraksi barongsai.
Baca juga: 8 Kue Khas Imlek: Cerita di Balik Hidangan Tradisional
2. Malam Tahun Baru
Bagi masyarakat Tiongkok, malam tahun baru adalah inti dari Imlek. Di keluarga Tiongkok utara, akan merayakan dengan berkumpul bersama di satu rumah keluarga. Kegiatan lain adalah menonton acara TV yang menayangkan tarian, musik, drama hingga sandiwara komedi.
Hampir serupa dengan Tiongkok Selatan, masyarakat di sana juga berkumpul bersama keluarga sambil berpesta mewah dan mengobrol di meja makan.
Malam Tahun Baru Imlek di Indonesia kurang lebih sama dengan Tiongkok. Hanya saja, di Indonesia saat malam pergantian tahun akan dirayakan dengan pasang petasan besar-besaran di salah satu kelenteng yang dipilih sebagai titik perayaan.
3. Kuliner Imlek
Perbedaan mencolok dari tradisi kuliner Imlek Tiongkok dan Indonesia adalah jumlah makanan yang disajikan. Di Tiongkok, biasanya ada 30 jenis makanan.
Aneka menu yang disajikan memiliki cita rasa cenderung asin dan gurih. Salah satu menu yang wajib ada yaitu tang yuan yang mirip dengan wedang ronde. Di Tiongkok, hidangan ini menjadi simbol kekeluargaan atau kebersamaan. Selain itu ada juga sawi hijau. Menariknya, tradisi di sana, menyantap sawi hijau harus dalam sekali suap. Sayur ini adalah simbol umur panjang.
Di Indonesia, jumlah makanan yang disajikan biasanya hanya berjumlah 13 jenis. Adapun cita rasa yang dominan adalah rasa manis. Perbedaan cita rasa ini karena Indonesia telah mengalami proses akulturasi cukup panjang dengan masyarakat setempat.
Salah satu menu yang berbeda cita rasa adalah Ayam Oh. Di Tiongkok, cita rasanya asin karena menggunakan kecap ikan, tapi di Indonesia menu ini dibuat dengan kecap manis. Selain itu dalam perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia kerap hadir lapis legit yang melambangkan rezeki terus berdatangan dari segala arah.
4. Libur Kerja
Tahun Baru Imlek, para pekerja di Tiongkok mendapat libur kerja satu minggu. Jadi, masyarakat bisa lebih puas merayakan bersama keluarga dan teman. Sedangkan di Indonesia, libur Imlek hanya satu hari saja. Namun, dengan kebijakan pemerintah, di tahun 2025 ini ada cuti bersama.
5. Isi Angpau
Dalam bahasa Mandarin, amplop merah disebut hongbao, bahasa Kanton-nya lai see atau angpau di Indonesia. Umumnya angpau ini diberikan dari anggota keluarga senior kepada yang belum menikah.
Adapun isi dari angpau bisa berbeda-beda. Di Tiongkok utara, misalnya, jumlah uang yang diberikan cenderung lebih besar, minimal 100 yuan atau sekitar Rp200.000-an. Kalau untuk kerabat sangat dekat seperti cucu akan menerima lebih dari 1000 yuan. Namun, biasanya angpau ini diberikan ke orang terdekat saja.
Di Indonesia tradisi angpau ini juga berlaku. Untuk besaran nominal bebas tidak ada batasan, tapi yang pasti, menghindari angka ganjil. Angpau di Indonesia diberikan juga pada orang-orang yang datang berkunjung ke rumah, tidak terbatas keluarga saja.
Baca juga: Makna Angpao dalam Tradisi Imlek dan Aturannya
Perbedaan tradisi perayaan Tahun Baru Imlek baik di Tiongkok dan Indonesia tidak terlalu besar. Kendati ada perbedaan, Imlek adalah lambang keharmonisan dalam kehidupan dunia sekaligus dijadikan momentum ungkapan syukur dan terima kasih atas kebaikan alam pada manusia.