Menggali Keindahan Alam di Taman Nasional Gunung Leuser

JNEWS – Taman Nasional Gunung Leuser berada di ketinggian lebih dari 3000 mdpl dengan kemiringan di atas 40%, terletak di sebelah tenggara Aceh dan tidak dihuni oleh manusia. Area sekitar taman nasional ini dikenal dengan nama Kawasan Ekosistem Leuser dan telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Secara administratif, kawasan ini berada di dua provinsi yakni Provinsi Aceh (Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Tamiang) dan Provinsi Sumatra Utara (Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat).

Total luasnya mencapai 830.268,95 ha, karena berada di dua provinsi, maka pembagian luasnya meliputi 624.913,83 ha di Provinsi Aceh dan 205.355,12 ha di Provinsi Sumatra Utara. Menariknya lagi, taman nasional terbesar di Pulau Sumatra ini menjadi jalur hutan belantara terpanjang yang ada di Asia Tenggara.

Untuk lebih mengenal dekat Taman Nasional Gunung Leuser, berikut ini ulasan lengkap dari profil, sejarah singkat, flora dan fauna hingga panduan singkat untuk berkunjung ke kawasan ini.

Profil dan Sejarah Singkat Taman Nasional Gunung Leuser

Taman Nasional Gunung Leuser

Menurut catatan sejarah, sejak zaman Hindia Belanda, Taman Nasional Gunung Leuser atau TNGL sudah dijadikan sebagai pusat penelitian hayati. Sejarah terbentuknya TNGL dimulai sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1920-an. Seorang ahli geologi Belanda bernama F.C. Van Heurn melakukan serangkaian proses penelitian juga eksplorasi yang bernama Gayo-Alaslanden.

Pada tahun 1927, pemimpin lokal Aceh meminta pada pemerintah Belanda untuk melakukan perlindungan di kawasan Lembah Alas. Setahun kemudian, muncul usulan agar Belanda melindungi kawasan Singkil di bagian selatan sampai sepanjang Bukit Barisan dan Rawa Pantai Meulaboh di utara.

Tanggal 6 Februari 1934, sebagai wujud tekad masyarakat lokal di sekitar kawasan Leuser dan untuk melindungi lingkungan serta mengatur sanksi pidana maka ditandatangani Deklarasi Tapaktuan oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda. Pada bulan Juli, ditetapkan Suaka Margasatwa Gunung Leuser dengan luas 142.800 ha.

Tahun 1936, Belanda menetapkan Suaka Margasatwa Kluet dengan luas 20.000 ha. Kemudian di tahun 1938, ditetapkan Suaka Margasatwa Kappi dengan luas 142.000 ha. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1976 pemerintah Indonesia menetapkan kawasan Suaka Margasatwa Kappi di Aceh dengan luas 142.000 ha.

Tepatnya pada tanggal 6 Maret 1980 oleh Menteri Pertanian mengumumkan empat suaka margasatwa tersebut dan beberapa hutan wisata sebagai kawasan taman nasional. Di tahun 1984, Taman Nasional Gunung Leuser ditetapkan meliputi lima kawasan suaka margasatwa dan dua hutan wisata dengan luas 862.975 ha.

Sekarang ini kawasan TN Gunung Leuser dikelola oleh satu unit manajemen khusus yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia yakni Balai Besar TN Gunung Leuser, unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal KSDAE, Kementerian LHK. Kawasan TNGL memiliki nilai strategis sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Strategi Nasional beserta strategis internasional sebagai kawasan Cagar Biosfer, Tropical Rainforest Heritage of Sumatera dan Asian Heritage Park.

Baca juga: 10 Destinasi Wisata Indonesia yang Diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO

Flora dan Fauna di Taman Nasional Gunung Leuser

Dikutip dari laman resmi TN Gunung Leuser, ada beragam jenis pohon berdiameter besar seperti famili Dipterocarpaceae, Casuarinaceae, Moraceae, Pinaceae, dan masih banyak lagi di kawasan ini. Umumnya tegakan kayu dari pohon tersebut berfungsi sebagai inang dari beragam tumbuhan jenis liana dan epifit seperti anggrek.

Kurang lebih ada 4.000 spesies flora, termasuk di dalamnya parasit Rafflesia, kantong semar (Nepenthes sp.) hingga bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum), hidup di kawasan TNGL.

Vegetasi di kawasan ini bagian dari vegetasi Pulau Sumatra yang memiliki keterkaitan dengan flora di Semenanjung Malaysia, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, bahkan Filipina. Adapun formasi vegetasi di TNGL disebut zona kehidupan berdasarkan penelitian Van Steenis pada tahun 1937 (dalam de Wilde W.J.J.O dan B.E.E.Duyfjes, 1996 serta dikuatkan dalam the mountain flora of java 1972).

Bagaimana dengan faunanya?

Persebaran fauna di TNGL terdiri dari burung, reptil, amfibi, ikan, mamalia hingga invertebrata. Kurang lebih ada 380 jenis burung, dengan jumlah 350 di antaranya adalah spesies yang hidup menetap di hutan tersebut.

65% dari 129 mamalia di Sumatra, baik kecil dan besar, juga ditemukan di kawasan TNGL. Di Taman Nasional Gunung Leuser ada empat satwa prioritas, yakni:

Selain kaya akan keanekaragaman hayati, ternyata TNGL juga menyimpan potensi non hayati seperti energi air, panas bumi, air, wisata alam hingga stok karbon.

Pesona Wisata Taman Nasional Gunung Leuser

Taman nasional ini memiliki wilayah yang luas, jadi ada beberapa bagian yang menjadi tempat wisata dan bisa dikunjungi oleh wisatawan. Beberapa lokasi wisata di TNGL antara lain:

1. Bukit Lawang

Bukit Lawang secara geografis ada di Bahorok, Langkat, Sumatra Utara. Lokasi ini ramai dikunjungi karena aksesnya telah memadai. Menuju bukit ini bisa berangkat dari Kota Medan melalui Binjai, dan masuk ke Kabupaten Langkat.

Di destinasi wisata ini, ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan seperti jungle trekking, tubbing, river trip, caving hingga camping.

2. Sungai Alas

Sungai ini dikenal sebagai sungai terpanjang di Aceh. Tempat ini terkenal sebagai medan arung jeram. Namun, pemula tidak disarankan untuk melakukan aktivitas ini di sini, karena Sungai Alas memiliki gelombang hingga dua meter dan kelok cukup tajam.

3. Kedah

Kedah berlokasi di Desa Penosan Sepakat, Kecamatan Blangjerango, Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Untuk menuju ke Kedah, wisatawan membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam apabila titik berangkatnya Kota Medan. Tempat ini bisa dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Destinasi wisata ini sering dijadikan sebagai basecamp para pendaki Gunung Leuser. Pemandangan alam di Kedah begitu memesona, jadi banyak yang kerap mengunjungi tempat ini.

4. Tangkahan

Tangkahan terletak di Kabupaten Langkat. Di sini wisatawan bisa melihat lebih dekat aktivitas gajah Sumatra seperti memandikan dan patroli. Selain itu, ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan seperti river tubing, mandi air terjun hingga trekking hutan.

5. Lawe Gurah

Kawasan ini memiliki pemandian air panas. Banyak wisatawan berkunjung ke sini karena bisa melakukan berbagai aktivitas seperti camping, trekking, arung jeram, mandi air panas hingga sekadar menikmati alam. Berada di sini, wisatawan juga bisa melihat bunga Rafflesia yang terkenal.

Lokasi Lawe Gurah terletak di Desa Ketambe, Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh. Jika berangkat dari Kota Medan, wisatawan bisa tiba ke Lawe Gurah kurang lebih 6 jam.

Baca juga: Mengenal Satwa Liar Indonesia yang Dilindungi yang Menjadi Keajaiban Keanekaragaman Hayati

Demikian ulasan Taman Nasional Gunung Leuser, kawasan hutan yang memiliki status dua status internasional oleh UNESCO. Mengunjungi kawasan ini sebaiknya di bulan Juli sampai Oktober karena cuacanya bersahabat bagi yang ingin melakukan trekking.

Exit mobile version