Cerita di Balik Taman Tergantung Babylon: Karya Raja Nebukadnezar II

Taman Tergantung Babylon dikenal sebagai salah satu keajaiban kuno dunia. Bahkan gambaran fantastis tentang taman tersebut diberikan di sekolah-sekolah. Uniknya, banyak yang masih mempertanyakan di mana persisnya letak taman tersebut. Tak sedikit pula yang meragukan bahwa taman tersebut pernah ada.

Namun, Taman Tergantung Babylon telah tercatat dalam sejarah sehingga pasti ada dasar yang digunakan oleh para ahli atau peneliti. Berbagai pendapat dari para ahli tentang taman ini menarik untuk diketahui.

Tentang Taman Tergantung Babylon

Cerita di Balik Taman Tergantung Babylon: Karya Raja Nebukadnezar II
Penggambaran Gerbang Ishtar

Ada 2 pendapat tentang keberadaan Taman Tergantung Babylon. Pertama, taman ini digambarkan berada di Niniveh (Niniwe), ibu kota Kekaisaran Assyria, pada masa pemerintahan Raja Sennacherib pada tahun 745-681 SM. Taman tersebut dipersembahkan untuk sang istri yang berasal dari daerah gersang.

Niniveh adalah sebuah kota kuno di Mesopotamia Hulu, tepi Sungai Tigris, dekat dengan Kota Mosul di Irak. Pada abad ke 7 SM, Niniveh merupakan kota terbesar di dunia. Sedangkan taman gantung adalah konsep pertamanan khas Mesopotamia yang dipopulerkan oleh Raja Hammurabi (1792-1750 SM) dari Babylon Lama.

Kedua, taman ini digambarkan sebagai taman-taman yang menghiasi ibu kota Kekaisaran Neo-Babilonia. Taman ini dibangun pada masa pemerintahan rajanya yang paling terkenal, yaitu Raja Nebukadnezar II. Taman ini dilukiskan dengan sangat indah dan eksotis.

Dikutip dari World History, tidak ada teks kuno, peninggalan atau jejak arkeologi yang bisa menjelaskan tentang di manakah letak persisnta dan seperti apakah wujud asli taman ini. Semua keterangan diperoleh dari pada penulis kuno. Mereka mendeskripsikan bahwa taman ini seolah berada di masa Nebukadnezar II dan masih di periode helenistik.

Para penulis membandingkan keindahan Taman Babylon dengan benda-benda peninggalan Yunani terkenal lainnya. Dari situ diperoleh kesimpulan seberapa memesonanya Taman Babylon tersebut.

Baca juga: Candi-Candi di Indonesia yang Belum Banyak Dikenal dan Sejarahnya

Tentang Raja Nebukadnezar II

Babilonia adalah sebuah wilayah kuno yang berada di selatan Baghdad, Irak. Pada masa pemerintahan Nabopolassar pada tahun 625-605 SM, berdirilah Kekaisaran Neo-Babilonia sebagai hasil kemenangan dalam peperangan dengan Kekaisaran Assyiria.

Kekaisaran ini mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan sang anak, Raja Nebukadnezar II, pada tahun 605-562 SM. Nebukadnezar II pernah merebut Yerusalem pada tahun 597 SM.

Di dalam negeri, Babilonia sebagai ibu kota kekaisaran tersebut dibangun secara besar-besaran. Nebukadnezar bercita-cita menjadikan Babilonia sebagai kota termegah di dunia. Salah satu yang dilakukannya adalah membangun Gerbang Ishtar dengan menara-menara yang indah serta penggambaran hewan-hewan yang mendekati nyata di tembok sepanjang 7-20 km yang mengelilingi kota.

Dengan pembangunan yang serba megah dan indah, maka keberadaan Taman Tergantung Babylon dianggap wajar saja terjadi. Pada masa yang dipengaruhi paham helenisme inilah diperkirakan taman tersebut pernah ada.

Sejarah Taman Tergantung Babylon

Masa helenistik adalah periode yang dipengaruhi oleh filosofi Yunani yang menyatakan bahwa tujuan hidup manusia itu adalah kebahagiaan. Taman-taman dibuat tidak untuk menghasilkan bahan pangan melainkan untuk memancarkan keindahan yang membahagiakan.

Pada masa ini, orang-orang kaya membangun taman-taman yang indah, yang tidak hanya berisi tanaman semata, melainkan dilengkapi dengan berbagai ornamen. Air terjun mini, air mancur, kolam ikan, dan patung-patung merupakan ornamen wajib yang menghiasi taman. Penataan taman tersebut juga melibatkan ahli lanskap atau arsitek.

Para penulis kuno berpendapat bahwa maraknya taman-taman tersebut juga terinspirasi dari pembangunan Taman Tergantung Babylon. Taman ini juga disebut Taman Gantung Semiramis, yang diambil dari nama tokoh wanita Assyria dengan wujud setengah dewa. Wanita ini dianggap berjasa membangun kembali Babilonia pada abad 9 SM.

Secara tidak langsung, pada abad ke 5 SM, Herodotus menyebutkan adanya sistem pengairan dan tembok-tembok yang mengagumkan di Babilonia. Namun Herodotus tidak secara khusus menyebutkan adanya taman-taman yang indah.

Penyebutan pertama tentang keberadaan Taman Tergantung Babylon dilakukan oleh Berossus dari Kos. Berossus adalah seorang pendeta dengan nama Bel-Usru yang pindah dari Babilonia ke Yunani. Berossus menulis tentang taman tersebut pada tahun 290 SM.

Deskripsi Taman Tergantung Babylon

Berossus menuliskan bahwa taman ini memiliki teras yang tinggi seperti pegunungan, dilengkapi pohon-pohon besar dan berbagai macam bunga. Teras tersebut memiliki 2 fungsi, yaitu mempermudah pengairan dan untuk keperluan estetika. Berossus juga menyatakan bahwa taman tersebut dibangun untuk dipersembahkan pada istri raja Babilonia, yaitu Amytis, sebagai pengobat rindu pada tanah airnya.

Setelah itu, banyak penulis lain yang mencoba mendeskripsikan taman tersebut. Namun penulis-penulis tersebut hidup berabad-abad setelah masa pemerintahan Nebukadnezar usai. Tentu saja mereka belum pernah melihat taman tersebut dan tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang jenis tanaman dan arsitektur pada masa Nebukadnezar.

Strabo, ahli geografi Yunani pada tahun 24 SM, menggambarkan lokasi taman tersebut berada di tepi Sungai Efrat yang mengalir melalui Babilonia Kuno. Menurutnya, arsitektur taman tersebut ditopang oleh mesin yang terdiri dari sekrup-sekrup. Mesin tersebut mengambil air dari sungai untuk disiramkan ke tanaman. Tiap tingkatan teras juga memiliki tangga.

Diodorus Siculus pada abad 1 SM memperkuat pendapat Berossus tentang keberadaan teras-teras. Menurutnya, tinggi teras mencapai 20 meter dengan kemiringan seperti teater kuno. Teras-teras tersebut ditopang oleh pilar-pilar yang ditutupi tanaman.

Memang, ketika masa pemerintahan Nebukadnezar habis, pesona Babilonia dan taman-tamannya tak langsung pudar. Raja-raja setelahnya tetap memanfaatkan fasilitas yang telah dibangun sehingga ada pendapat bahwa Taman Babylon masih ada hingga abad ke-4 SM. Taman tersebut diperkirakan hancur akibat gempa bumi pada abad 1 SM.

Baca juga: Hagia Sophia: Sejarah Panjang Gereja dan Masjid Terkenal di Istanbul

Perbedaan sudut pandang dan hasil penelitian biasa terjadi dalam ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mencari kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat dapat menikmati perbedaan tersebut untuk memperkaya wawasan. Kebenaran tentang keindahan Taman Tergantung Babylon merupakan salah satu tema sejarah paling menarik di dunia sepanjang masa.

Exit mobile version