Tantangan Industri Batik Masa Depan Bagi Gen-Z

tantangan batik masa depan

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza. Foto: Istimewa

JNEWS – Sebagai warisan budaya bangsa, industri batik harus tetap lestari dan berkembang mengikuti perkembangan zaman. Selain memiliki nilai seni tinggi, selama ini batik juga menjadi bagian dari penggerak ekonomi kreatif nasional. Tantangan bagi batik masa depan, para perajin butuh inovasi dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan agar batik tetap diminati berbagai kalangan. Sudah saatnya para generasi muda peduli akan kelestarian batik yang memiliki nilai ekonomi tinggi ini.

Dewasa ini batik semakin dekat dengan generasi muda (Gen-Z) yang aktif mengangkat batik melalui fesyen, konten digital, dan kewirausahaan kreatif. Tercatat lebih dari 53,8% penduduk Indonesia merupakan generasi millenial dan generasi Z. Artinya, generasi muda memiliki potensi besar yang berperan penting dalam pelestarian dan inovasi batik agar tetap relevan lintas generasi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza. “Perlu diketahui, para pembatik di zaman dulu adalah anak muda juga, bukan orang tua seperti yang kita saksikan sekarang. Mereka menciptakan motif-motif batik dari pengalaman, warisan yang didapatkan dari orang tua, budaya lingkungan, dan inspirasi,” ujarnya saat memberi kuliah umum “Membatik Pikiran, Mewarnai Karakter, Menjahit Cita-Cita” dalam rangkaian Industrial Festival feat Gelar Batik Nusantara 2025 di Jakarta baru-baru ini.

Dalam forum yang dihadiri lebih dari 300 mahasiswa tersebut, Wamenperin mengajak generasi muda untuk memanfaatkan usia produktif dan kesempatan luas yang dimiliki. Terlebih lagi, dalam waktu yang tidak lama, para mahasiswa akan memasuki tahapan baru yaitu dunia kerja, sebuah fase penuh tantangan yang semakin kompleks dan dinamis.

Oleh karena itu, Wamenperin menekankan pentingnya kemampuan yang perlu dimiliki oleh generasi muda. Di antaranya, keterampilan digital dan kreatif. Saat ini, digitalisasi yang berkaitan dengan kreativitas tidak dapat terhindarkan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Generasi muda dapat meningkatkan skill seperti desain grafis, animasi, juga memanfaatkan media sosial dengan menjadi content creator untuk memperkenalkan batik.

“Ekosistem di Indonesia sebenarnya sangat mendukung untuk digitalisasi. Masalahnya, infrastruktur digital kita belum kuat dan merata. Karena itu, Kementerian Perindustrian terus bekerja keras supaya infrastruktur digital juga dimiliki oleh bangsa kita dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Baca juga: Batik Organik, Modest Fashion Asal Bogor yang Tembus Pasar Global

Hal lainnya, adalah pengalaman kewirausahaan. Jika generasi muda mampu mengkonsolidasikan seluruh potensi yang ada, mau berwirausaha dan mengelolanya dengan baik serta menjalankan secara optimal, maka bisa tumbuh menjadi industri besar. Untuk memulainya, dapat dilakukan dengan membangun brand lokal berbasis batik dengan pendekatan modern seperti streetwear dan fashion. Bisa merintis sebagai pelaku UMKM sebelum berproses menjadi pengusaha besar.

Generasi muda harus juga memiliki sikap bangga dan aktif. Wamenperin menegaskan pentingnya anak muda memiliki ambisi yang berperan sebagai penunjuk arah dalam mencapai cita-cita. Selain itu, penting juga untuk membiasakan diri membuat rencana yang jelas, agar semangat dan keaktifan mereka bisa terukur dan terarah. Ia pun mengajak para generasi muda melestarikan dan mencintai batik agar warisan bangsa ini tetap terjaga sampai kapan pun. *

Exit mobile version