JNEWS – Dengan kondisi infrastruktur yang tidak selengkap, misalnya, kota-kota besar di Pulau Jawa, proses distribusi barang atau paket di Tanah Papua cukup menantang bagi kurir-kurir JNE. Namun demikian, para kurir punya banyak kiat agar paket bisa sampai ke tangan penerima, baik itu yang berdomisili di kawasan pegunungan, pedalaman hingga daerah rawan konflik di Tanah Papua.
Bagi banyak warga Papua yang tinggal seperti di kawasan tersebut, para kurir JNE sudah dianggap sebagai sahabat karena telah membantu mereka mengantarkan paket, atau sebaliknya barang-barang yang mereka produksi bisa dititipkan melalui JNE untuk dikirim dan dijual ke luar daerah.
Selain itu, masyarakat pedalaman dan pegunungan mengetahui bahwa JNE sering mengadakan CSR dan berbagi kepada mereka, seperti saat menjelang perayaan Natal dan lain sebagainya.
Hal tersebut dinyatakan oleh Kepala Cabang JNE Jayapura, Henry Edwin, bahwa proses pengiriman paket ke daerah pegunungan, pedalaman hingga rawan konflik selama ini tidak pernah mengalami gangguan.
“Kalau dari penduduk lokal selama ini JNE tidak pernah mengalami kendala. Mereka menerima dengan baik kehadiran para kurir JNE. Namun tantangan hanya datang dari medan yang berat. Solusinya harus mencari alternatif berbagai moda transportasi yang ada,” ujar Henry Edwin, saat berbincang dengan JNEWS, di sela-sela kegiatan Retret di Semarang beberapa waktu lalu.
Diungkapkan Ksatria asal Bandung, Jawa Barat ini, moda transportasi bisa melalui udara dengan jenis pesawat kecil seperti karavan, bisa juga melalui jalur darat dan laut meski membutuhkan waktu lama. Selain itu koordinasi antarcabang JNE yang ada di tanah Papua juga sangat penting.
Baca juga: Jejak JNE di Pegunungan Puncak Jaya Papua
Sementara terkait kawasan dengan gangguan keamanan atau rawan konflik, solusinya berkoordinasi dengan aparat keamanan dan harus selalu sensitif serta waspada dengan semua informasi terkait gangguan keamanan yang bakal terjadi.
“Contoh kawasan pegunungan yaitu Paniai dan Mulia. Di mana menuju Mulia bisa lewat udara langsung dari Jayapura, akan tetapi bisa juga transit terlebih dahulu di Wamena selanjutnya melalui jalur darat, namun dengan moda darat ini waktu lebih lama,” jelasnya.
Selanjutnya proses pengantaran barang-barang ke Paniai bisa melalui rute udara ke Nabire dan untuk kemudian diteruskan melalui jalur darat. Alternatif lainnya bisa transit terlebih dahulu di Timika dan kemudian diteruskan ke Paniai. “Para kurir JNE kemudian mengantarkan paket ke si penerima termasuk ke kawasan pegunungan, perkampungan dan juga pedalaman,” beber Henry.
Saat proses pengantaran paket, biasanya para kurir juga menerima penjualan atau titipan paket dari warga setempat. Dengan demikian JNE sudah sangat dikenal oleh warga pegunungan maupun pedalaman.
“Seperti misalnya, warga lokal menitipkan paket dokumen. Ada yang mengirimkan Kartu Keluarga (KK) dan akte kelahiran untuk keluarga dan anak-anaknya yang kuliah di kota-kota di Pulau Jawa dan juga yang lainnya. Begitu juga paket lainnya seperti makanan dan sebagainya,” ungkapnya.
“Bangga dan bersyukur, JNE bisa hadir sampai ke pegunungan dan pedalaman di Papua, bahkan di daerah rawan konflik hanya JNE yang hadir. Oleh warga lokal JNE juga diterima dengan baik, karena JNE telah mengantarkan kebahagiaan kepada mereka,” tandas Henry. *
Baca juga: Potret Kusen Soga, Kurir JNE Pengantar Paket di Tapal Batas Papua Nugini