Menurut catatan sejarah, kedatangan masyarakat Tionghoa ke Indonesia dimulai sejak awal abad ke-5 Masehi. Jadi, tidak mengherankan apabila menemukan beragam tempat ibadah Konghucu yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia.
Di Indonesia, tempat ibadah Konghucu disebut dengan nama klenteng. Sebutan ini ternyata hanya dikenal di Pulau Jawa, di beberapa provinsi lainnya memiliki penyebutan yang berbeda. Misalnya di Pulau Sumatra, menyebutnya dengan nama pekong atau bio. Di Pontianak dan Banjarmasin menyebutnya thai pakkung. Namun, seiring waktu, istilah klenteng menjadi umum dan digunakan untuk menyebutkan tempat beribadah umat Konghucu.
Selama berpuluh tahun, sejak rezim Orde Baru, berbagai tradisi Tionghoa dan agama Konghucu dilarang tampil terbuka. Titik baliknya ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut inpres yang melarang kegiatan terbuka dari Tradisi Tionghoa tersebut. Di situlah, untuk kali pertama agama Konghucu diakui resmi di Indonesia dan perayaan tahun baru Imlek diadakan secara nasional.
Tempat Ibadah Konghucu yang Menarik di Indonesia
Kini, umat Konghucu bisa leluasa untuk mengadakan ibadah dan ritual keagamaan seperti Cap Go Meh. Bahkan beberapa tempat ibadah Konghucu tersebut menjadi kawasan wisata. Ingin mengenal klenteng menarik yang ada di Indonesia beserta sejarahnya? Berikut ulasannya.
1. Klenteng Petak Sembilan, Jakarta
Klenteng Petak Sembilan memiliki sejarah yang cukup panjang. Awal mula klenteng ini dibangun pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen. Letak dari tempat ibadah Konghucu ini ada di kawasan Pecinan Lama, Glodok, Jakarta Barat.
Klenteng Kim Tek Le memiliki luas 3000 meter persegi. Seiring perjalanan waktu, klenteng yang masih berdiri megah ini bernama Wihara Dharma Bakti, tetapi orang lokal kerap menyebutkan Petak Sembilan.
Gedung utama dari klenteng Petak Sembilan didominasi dengan warna merah dan memiliki pintu utama yang berada di sebelah selatan, penanda utamanya adalah gapura naga merah. Di bagian atap bangunan melengkung ke atas dan dihiasi sepasang naga. Selain itu, di sebelah kiri terbagi ada tiga bangunan klenteng yang berjejeran.
Di bagian halaman kedua, ada klenteng utama yang menghadap ke selatan kemudian ada dua singa (Bao Gu Shi), konon patung tersebut berasal dari Provinsi Kwangtung, Tiongkok Selatan. Menariknya lagi, di pojok kanan halaman belakang ada lonceng buatan tahun 1825 dan merupakan lonceng tertua dari semua klenteng di Jakarta.
Baca juga: Mengenal Seluk Beluk Wihara sebagai Tempat Ibadah Budha
2. Klenteng Sam Poo Kong, Semarang
Ada catatan sejarah panjang di balik megahnya Klenteng Sam Poo Kong, Semarang. Di abad ke-15 Masehi, Laksamana Cheng Ho mendapatkan perintah untuk melakukan pelayaran dan misi diplomatik dengan tujuannya ke Malaka, Sumatra, dan Jawa. Ada banyak kota yang sudah disinggahi Cheng Ho, termasuk Semarang.
Menurut para ahli sejarah, tidak ada tanggal pasti kapan tepatnya Cheng Ho tiba di Kota Semarang, tetapi diyakini mereka tiba di abad ke-15. Selama persinggahan, Cheng Ho dan armadanya beristirahat di Gua Batu. Mereka beristirahat untuk mengobati juru mudi, Wang Jing Hong, yang kala itu sakit. Selama persinggahan, mereka mengajari pribumi untuk bercocok tanam. Setelahnya, Cheng Ho pun berlayar lagi tetapi juru mudinya memilih untuk tetap tinggal di Simongan.
Untuk mengenang perjalanan Cheng Ho di Semarang, juru mudi tersebut mendirikan sebuah patung di dalam gua peristirahatannya. Sang juru mudi kemudian memilih tinggal di kawasan Gedong Batu dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Agar jejak Cheng Ho tidak hilang, gua tersebut dibangun ulang bersamaan dengan klenteng yang diberi nama Sam Poo Kong. Pemilihan nama ini sebagai bentuk penghormatan dan mengenang pimpinan armada yakni Laksamana Cheng Ho yang memiliki nama asli Ma San Bao. Sam Poo Kong dalam dialek Hokkian berarti Gua San Bao.
3. Klenteng Hong Tiek Hian, Surabaya
Klenteng Hong Tiek Hian merupakan klenteng tertua di Kota Surabaya. Konon, klenteng ini dibangun oleh pasukan Tar-Tar di zaman Kubilai Khan di awal Kerajaan Majapahit berdiri, sekitar abad ke-13 di tahun 1293. Pada masa itu, tidak ada tempat untuk pasukan Tar-Tar beribadah selama di Surabaya. Akhirnya pasukan Tar-Tar mendirikan klenteng.
Lokasi dari Klenteng Hong Tiek Hian ada di Jalan Dukuh, Surabaya Barat, tidak jauh ke arah timur dari Jembatan Merah. Karena letaknya di Jalan Dukuh, oleh warga lokal sering disebut sebagai Klenteng Dukuh.
Klenteng legendaris ini terdiri dari dua gedung yang dihubungkan oleh jembatan dengan hiasan dua ekor naga. Di dalam klenteng, ada altar pemujaan untuk beribadah di lantai dua dan dibedakan berdasarkan dewa-dewa. Saat berlangsungnya perayaan hari besar umat Konghucu, ada pertunjukan wayang Pho Tee Hi yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung.
4. Klenteng Chandra Nadi, Palembang
Klenteng Dewi Pengasih atau biasa disebut Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat Kiang) sudah ada sejak tahun 1839. Klenteng ini merupakan klenteng tertua di Palembang dan sudah berdiri sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Pendirian klenteng ini diketahui dari tulisan Tiongkok yang ada di papan di atas pintu masuk klenteng tersebut. Klenteng Dewi Pengasih sekarang ini adalah bangunan pengganti dari klenteng sebelumnya yang hancur karena kebakaran.
Lokasi Klenteng Dewi Pengasih berada di selatan Sungai Musi dan berjarak kurang lebih 100 meter dari sungai tersebut. Di sebelah barat, terdapat pemukiman rumah-rumah Tiongkok kuno. Untuk arsitekturnya, klenteng ini masih mempertahankan bentuk arsitektur Tiongkok yang kuat, ini terlihat dari bentuk atap yang melengkung, warna dinding dominan merah, serta ornamen dalam mitologi masyarakat Tionghoa di bagian depan.
Klenteng Dewi Pengasih merupakan klenteng penghormatan bagi Dewi Kwan Im (Dewi Utama). Selain pemujaan terhadap Dewi Kwan Im, di klenteng ini juga ada pemujaan terhadap dewa lainnya seperti Sakya Muni Buddha, Me Lea Cuse, Kwan Sen Ti Cen (Dewa Perang), Kwan Im Fukcu Avalokitesvara, Yen LoThien Che (Dewa Neraka), Ik Wang Ti.
5. Klenteng Xian Ma, Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan, ada Klenteng Xian Ma yang telah didirikan sejak tahun 1864. Klenteng itu juga disebut Istana Naga Sakti. Klenteng ini dibangun untuk memuja Dewi Xian Madi.
Di tahun 2005, klenteng ini mengalami renovasi besar-besaran. Dalam renovasinya, dibangun lima lantai di klenteng ini. Dalam rentang tiga tahun, tepatnya tahun 2008, klenteng tertinggi di kota Makassar ini resmi bisa digunakan oleh warga etnis Tionghoa. Klenteng Xian Ma memiliki kelebihan tersendiri karena dianggap sebagai klenteng dengan dewa-dewi yang lengkap.
Dari arsitektur bangunan, memasuki klenteng ini akan menemukan patung Namo Maitreya. Lalu, ada sembilan tiang penyanggah gedung berwarna merah dan dihias ornamen-ornamen pemujaan Dewa yang tampak begitu megah.
6. Klenteng Ban Hi Kiong, Manado
Tempat ibadah Konghucu berikutnya yang menarik dikunjungi adalah klenteng Ban Hi Kiong di Manado. Klenteng ini sudah berdiri sejak tahun 1819, tapi menurut beberapa tokoh Tri Dharma manado, klenteng ini dipercaya sudah ada sejak masa pemerintahan Dinasti Qing di Tiongkok, sekitar tahun 1680-an. Sayangnya bukti yang menguatkan hilang karena kejadian pembakaran di tahun 1970.
Selama perjalanan waktu mengalami beberapa kali pemugaran yakni pada rentang waktu tahun 1854-1859 dan 1895-1902. Awal mula bentuk klenteng ini hanyalah gubuk kecil. Seiring dengan pertambahan warga etnis Tionghoa di Manado, klenteng tersebut dibangun lebih besar dalam bentuk permanen hingga saat ini.
Menurut catatan sejarah, bangunan klenteng sempat hancur dua kali, yakni yang pertama akibat Perang Dunia II tahun 1944 dan kedua pembakaran tahun 1970. Klenteng ini memiliki arsitektur khas Tiongkok klasik dengan dinding dihiasi ornamen yang megah.
Bagian klenteng yang menarik perhatian adalah lokasi penyimpanan dua buah meriam kuno pemberian VOC yang terletak di lantai tiga. Hingga saat ini, klenteng Ban Hi Kiong menjadi tempat ibadah Konghucu, Buddha dan Tao.
Baca juga: Arsitektur Unik Tempat Ibadah Hindu: Menggali Estetika dan Simbolisme dalam Desain Bangunan
Tempat ibadah Konghucu kental dengan aroma hio yang menguar pekat di seluruh ruangan. Apalagi ditambah keindahan arsitektur dan sejarah di baliknya, deretan klenteng di atas bisa dijadikan wisata religi maupun sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Namun, pastikan untuk mematuhi peraturan dan tidak berisik saat berada di dalam klenteng.