Tidak terasa sudah lebih dari tiga bulan saya mendekam begitu saja di rumah. Pun dengan keluarga. Semenjak pandemi nggak ada kegiatan berarti yang kami lakukan. Nggak ada perubahan apa-apa. Hanya saja, kami lebih membatasi diri untuk pergi ke luar rumah. Keadaan ini membuat efek yang cukup baik di keluarga. Kami lebih sering bercengkerama, bertukar beragam pandangan terhadap apapun yang sedang terjadi. Adik pun lebih sering mengutak-atik resep masakan yang alhasil bikin persediaan dari makanan ringan hingga makanan berat aman buat perut yang keroncongan.
Namun tetap, keadaan seperti itu membuat sedikit kekosongan di keluarga kami. Apalagi saat Ramadan dan Idulfitri tiba. Ada kerinduan yang mendadak hilang begitu saja. Apalagi buat Mama. Sebagai kakak tertua, Mama biasa dikunjungi oleh adik-adiknya selama Ramadan. Entah hanya untuk bertegur sapa, berbuka bersama, bahkan menginap. Tante dan Om saya dari berbagai penjuru seperti Pagaralam, Bali, Jakarta, hingga Jambi biasanya berkumpul bersama di rumah lalu menghabiskan waktu satu bulan penuh bersama hingga waktu lebaran tiba. Ritual ini sudah kami lakukan dari tahun ke tahun. Namun, di era pandemi seperti saat ini, kegiatan itu mustahil dilakukan.
Keadaan yang seperti ini membuat Mama terkadang sedih. Biasanya, tiap hari rumah ramai dikunjungi. Makanan untuk berbuka puasa pun pasti ramai tersedia. Celotehan sepupu yang masih kecil ditambah kebersamaan menunggu berbuka puasa tak lagi dirasakan. Belum lagi kebersamaan salat Maghrib dan Tarawih yang terasa sepi begitu saja. Salah satu sarana mengisi kekosongan tersebut hanya lewat layar ponsel. Selebihnya, hingga lebaran tiba, tidak ada tanda-tanda kami jua bersua.
BERAWAL DARI IDE SEDERHANA
“Biasanya kita pasti berebutan pempek abis salat idulfitri, kan?” Mama berkata saat kami sedang berbuka. Kala itu tujuh hari menjelang lebaran memang biasanya kami membuat pelbagai makanan untuk disantap bersama ketika lebaran tiba. Dan yang pasti nggak ketinggalan tentu pempek. Makanan khas Palembang ini menjadi hal wajib yang ada di meja makan ketika lebaran. Dan seperti kata Mama, ketika pempek sudah digoreng di pagi setelah salat idulfitri, kami biasanya langsung berburu mengambil satu per satu hingga habis tanpa sisa.
“Ya mau bagaimana lagi, Ma? Kan udah PSBB. Kinik aja yang deket di Jambi nggak bisa balik,” jawab saya.
Mama menerawang. Dari matanya saya bisa melihat ada kehangatan yang amat Mama rindukan.
“Bagaimana kalau kita kirim aja pempeknya?” kata adik yang paling kecil memberikan solusi. “Setidaknya, pas lebaran mereka juga bisa menyantap pempek. Hitung-hitung obat kangen buat mereka dengan keluarga yang di Palembang.”
Senyum mulai mengembang dari ujung bibir Mama. Namun, sesaat kemudian, wajah muram mulai muncul. “Bagaimana cara mengirimnya?” tanya Mama lagi.
Sebenarnya itu bukan pertanyaan tanpa alasan. Pertama dengan kasus Covid-19 yang makin sering di Palembang, pastinya ketakutan akan virus tersebut bikin was-was. Belum lagi di masa pandemi seperti saat ini, di berita-berita sudah mulai terdengar bahwa penerbangan ditiadakan. Belum lagi pertanyaan apakah perusahaan pengiriman mau menerima paket yang berisi makanan?
Saya pun bergegas mengambil ponsel lalu mencari informasi lewat lini masa. Dan akhirnya, saya menyaut sebuah nama, “JNE masih buka, Ma. Bisa kali kirim ke Mbak Hexa di Jakarta.”
Mama mengangguk. Setelah mendapat persetujuan dari beberapa orang lagi di rumah, ide sederhana tersebut mulai kami eksekusi. Mama mulai mencari-cari kontak di ponselnya dan menelepon beberapa saudara yang memang memiliki usaha kuliner pempek. Bukannya kami nggak mau bikin sendiri, namun kami berkejaran dengan waktu.
Baca Juga : Siasat ‘Pempek Lenggok’ INUSA di Tengah Pandemi
Nggak butuh waktu lama, kami mendapat bantuan dari Yuk Pipit, sepupuku yang memiliki UMKM pempek. Satu hari kemudian, akhirnya kurang lebih seratus pempek siap dikirim. Pempek-pempek tersebut divakum kemudian di-packing di kotak kardus yang lumayan besar untuk dikirim. Kami harap, ide sederhana ini bisa jadi kejutan yang istimewa bagi keluarga besar yang ada di luar Palembang!
KIRIM CEPAT DENGAN JNE EXPRESS
Setelah kami rasa sudah mengemas pempek dengan aman, inilah waktu mengirim. Sebagai kakak paling tua, sayalah yang ditugaskan untuk kirim-kirim barang. Saya pun menaruh paket pempek dengan rapi di motor lalu memacu kendaraan saya ke JNE Express yang terletak di Jalan Mayor Ruslan No.4 20 Ilir Palembang, Sumatera Selatan. JNE ini saya pilih karena merupakan cabang utama yang ada di Palembang. Harapannya sih biar cepat diproses dan dikirim.
Saya sendiri tidak asing dengan jasa pengiriman barang JNE Express ini. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1990 ini sukses menjadi pilihan para pelanggannya dalam urusan pengiriman barang dan logistik. Banyak fitur yang ditawarkan oleh JNE mulai dari yang paling terjangkau yaitu OKE, pengiriman REG, dan pengiriman cepat Yakin Esok Sampai (YES), dan banyak lagi. Hingga saat ini, sudah lebih dari 7.000 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, loh.
Saya sendiri semasa berjualan tas dulu pasti mengirim lewat JNE. Selain konter pengiriman yang ada di depan lorong rumah, para pembeli tas dari saya bilang bahwa tenggang waktu pengiriman JNE juga paling akurat. Terlepas dari layanan apa yang kita pilih. Sebagai konsumen pula saya selalu mengandalkan JNE untuk membeli barang dari e-commerce. Ya, apalagi alasannya kalau pelayanannya yang prima?
Balik ke pengiriman pempek, ada yang sedikit berbeda kemarin. Sesampainya di sana, protokol kesehatan dijalankan. Yap, di era pandemi seperti saat ini, kebiasaan baru mulai bermunculan. Tentunya kebiasaan baik mulai dari semua diwajibkan memakai masker, cuci tangan, hingga diukur suhu tubuhnya. Saya pun melihat petugas JNE melakukannya dengan baik.
Tak butuh waktu lama, saya pun langsung menyerahkan paket saya ke konter yang tersedia. Saya pun memilih layanan JNE YES (Yakin Esok Sampai). Sebagai seorang konsumen loyal JNE, saya paling suka layanan ini. Dengan jaminan barang sampai lebih cepat namun dengan harga tetap terjangkau, JNE YES selalu jadi pilihan bagi saya dalam berbelanja atau mengirim barang. Apalagi jika barang-barang tersebut berhubungan dengan makanan atau barang elektronik.
Era pandemi seperti saat ini juga berpengaruh ke pelayanan JNE. Dari awal saya sih maklum walaupun ada sedikit rasa khawatir. Meski saya memilih JNE YES, petugas JNE yang menerima paket saya bilang bahwa karena kondisi seperti saat ini kepastian tiba barang agak berjarak sedikit. Namun, saya tidak perlu khawatir sebab mereka memastikan bahwa barang akan tiba secepatnya. Puih, saya pun lega. Setelah melakukan proses penginputan data, resi pun saya terima. Paket pempek dari Palembang siap meluncur ke Jakarta!
KEJUTAN MANIS UNTUK IDUL FITRI
Dering telepon genggam Mama menyalak sedari tadi. Mama yang lagi nonton televisi langsung menyuruhku mengambil ponsel. Nama Hexa tertera di ponsel. Bergegas, saya menyerahkan ponsel tersebut ke Mama. Panggilan video call diterima!
“MBAK NAAAAAA!” Suara itu menggema ke seluruh isi ruangan. Dari nada suaranya, ada rasa tangis, senang, dan sedih yang tertahan ingin keluar. Seketika saya merinding.
“Yo, Hex,” Mama menyaut.
“Mbak Na ini paket pempeknya sudah kami terima. Makasih banyak ya, Mbak Na. Tahu nian kami kangen pempek!” Orang yang ada di seberang telepon langsung menyerbu.
Saya melihat wajah Mama. Kejutan kecilnya ternyata berhasil membuat rasa gembira nggak hanya untuk adiknya yang paling kecil, namun bagi dirinya sendiri.
“Ma, coba tanya bagaimana kondisi paketnya!” sahutku.
Mama mengangguk. “Hex, paketnya aman?”
“Aman, Mbak Na. Ini isinya udah dikeluarin sama sekali nggak rusak. Memang kapan Mbak Na kirim?”
“Kemarin pagi, Hex. Dikirim Bimo Pakai JNE. Udah was-was PSBB takut paket sampai seminggu nanti.”
“Loh cepet sampai berarti ya. Tadi udah ada di ruang paket apartemen!”
Saya tersenyum lalu mulai beranjak. Ternyata paket JNE YES kemarin sampai dengan sempurna ke alamat penerima. Itu artinya pengiriman JNE masih optimal meski di era pandemi dan musim sibuk Ramadan dan Idulfitri. Dalam hati saya bersyukur.
Percakapan itu terus berlanjut lama dengan mengajak beberapa penerima pempek lain. Terkadang terdengar suara tawa yang menggema. Saya dan adik-adik saya pun tidak berani mengganggu mereka. Biarlah, lewat kejutan kecil yang kami kirimkan pakai JNE, silaturahmi kembali terjalin. Kehangatan Ramadan dan Idulfitri kembali terasa di rumah.
Cheers!
Baca Juga : 5 Tempat Wisata Instagramable di Palembang