JNEWS – Tradisi Idul Adha di Indonesia mulai dipersiapkan ketika memasuki bulan Zulhijah dalam kalender Islam. Selain acara utama berupa kurban, tradisi setempat juga memeriahkan hari raya ini.
Tradisi-tradisi itu ada sejak Islam masuk ke daerah tersebut sebagai hasil akulturasi. Tradisi unik Iduladha di berbagai daerah tetap dipertahankan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
10 Tradisi Idul Adha di Indonesia
Dikutip dari laman MUI, hikmah kurban dalam Iduladha yang utama adalah wujud cinta umat kepada Allah Swt. Selain itu, hikmah kurban yang penting dalam hidup bermasyarakat adalah sebagai wujud solidaritas sosial. Karena itu, kebanyakan tradisi Idul Adha berisi masak bersama, makan bersama, atau berbagi hasil bumi.
Untuk mengetahui keunikan budaya Indonesia, berikut ini adalah tradisi Idul Adha yang masih dilaksanakan oleh beberapa daerah.
1. Meugang di Aceh
Kegiatan makmeugang atau meugang adalah menyembelih hewan, lalu membagi-bagikannya kepada masyarakat. Bedanya dengan kurban, meugang dilaksanakan menjelang Iduladha. Jenis hewannya tidak harus sama dengan kurban, sehingga pada zaman duhulu penyelenggara juga menyembelih ayam dan itik.
Meugang merupakan tradisi yang diwariskan oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dari Kerajaan Aceh. Pelaksanaan meugang diatur oleh suatu qanun (hukum). Pada masa itu, orang miskin menjadi tanggung jawab sultan. Selain daging, Sultan Iskandar Muda juga membagikan sembako dan kain kepada fakir miskin.
Baca juga: Tradisi Iduladha di Berbagai Negara: Perayaan Unik di Seluruh Dunia
2. Garebeg di Yogyakarta
Garebeg lebih dikenal masyarakat dengan istilah grebeg. Kata tersebut berasal dari gumrebeg, yang artinya gemuruh atau riuh. Tradisi ini berupa prosesi arak-arakan 7 gunungan berisi hasil bumi dari Keraton Yogyakarta menuju ke Masjid Gedhe untuk dibagikan ke masyarakat.
Kemungkinan grebeg berasal dari tradisi Jawa Kuno yang bernama Rajawedha, yaitu saat raja memberikan sedekah kepada masyarakat. Sedekah ini terinspirasi dari tradisi Kerajaan Demak sebagai pendekatan kepada masyarakat pada awal masuknya Islam.
Grebeg pernah diwarnai nuansa politik pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono II, yaitu semua pemimpin dan sekutu wajib hadir sebagai bentuk kesetiaan kepada raja. Sekarang fungsi grebeg kembali sebagai sedekah.
3. Grebeg Besar Solo
Solo memiliki 3 macam grebeg. Untuk Iduladha disebut Grebeg Besar. Grebeg besar berupa prosesi arak-arakan gunungan dari Keraton Solo ke Masjid Agung.
Berbeda dengan Garebeg di Yogyakarta yang membawa 7 gunungan, Grebeg Besar di Solo hanya membawa 2 gunungan, yaitu gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan). Setelah sampai di depan masjid, kedua gunungan didoakan lebih dahulu. Kemudian gunungan estri diperebutkan masyarakat, sedangkan gunungan jaler kembali ke keraton.
4. Grebeg Besar Demak
Grebeg Besar Demak inilah yang menginspirasi tradisi grebeg di keraton-keraton di Jawa. Demak, terutama Masjid Demak, merupakan tempat pertemuan Walisongo. Acara grebeg dilaksanakan secara besar-besaran dan menjadi agenda tahunan pemerintah Kabupaten Demak.
Rangkaian acaranya adalah ziarah ke makam Raja Demak dan Sunan Kalijaga, pasar rakyat, guyangan kereta kencana, tradisi ancakan, prosesi Tumpeng Songo (tumpeng Sembilan), dan parade budaya.
Tumpeng Songo tidak diperebutkan tapi dibagikan agar lebih tertib. Pada tahun 2024, jumlah tumpeng ditambah 90 yang berisi hasil bumi sehingga menjadi 99 tumpeng yang menggambarkan Asmaul Husna.
5. Toron di Madura
Di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Madura, Iduladha dirayakan lebih meriah dibandingkan dengan Idulfitri. Penyebabnya karena bertepatan dengan pelaksanaan haji sehingga disebut tellasan ajji.
Warga Madura yang berada di luar Pulau Madura melakukan tradisi Toron atau mudik. Kesempatan ini digunakan untuk mengadakan atau menghadiri selamatan bagi keluarga atau tetangga yang menunaikan ibadah haji, ter-ater dengan mengirimkan makanan ke tetangga dan saudara, serta membagi-bagikan sedekah atau hadiah.
6. Roah di Lombok
Tradisi ini dimulai dengan para pria membawa makanan dalam nampan besar yang telah dipersiapkan oleh para wanita ke masjid. Acara dibuka dengan zikir dan doa bersama untuk memanjatkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.
Setelah itu hidangan dimakan bersama-sama sebagai lambang solidaritas sosial. Warga yang mampu juga boleh melaksanakannya di rumah-rumah mereka.
7. Abdau di Negeri Tulehu
Negeri Tulehu terletak di Maluku Tengah, yang terkenal lewat film Cahaya dari Timur. Abdau dilaksanakan setelah salat Iduladha.
Tradisi Idul Adha ini hanya diikuti oleh laki-laki yang saling memperebutkan bendera berwarna hijau dan bendera kuning yang dikaitkan pada tongkat bambu. Pada bendera terdapat tulisan kalimat syahadat.
Acara dilanjutkan dengan berbagai atraksi layaknya sebuah festival, antara lain hadrat, debus, tari Pattimura hingga bambu gila. Untuk kurbannya diawali dengan kaul, yaitu tradisi menggendong kambing yang dilakukan oleh 3 tetua ke masjid untuk disembelih.
8. Malleppe di Makassar
Maleppe merupakan tradisi Idul Adha yang dilakukan oleh masyarakat Bugis-Makassar. Arti harfiah Malleppe adalah melepas apa yang dilepas.
Dalam tradisi ini, masyarakat Bugis-Makassar berusaha melepas dosa-dosa yang ada di dalam diri sendiri dan mengikhlaskan dosa-dosa orang lain. Prosesi saling memaafkan dilaksanakan setelah salat Iduladha. Sebagian orang Bugis-Makassar juga melarung pakaian di sungai atau laut untuk melepas sial dan sifat buruk.
9. Kue Lapis di Sambas
Tradisi membuat kue lapis di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, telah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman Kesultanan Sambas. Dahulu tradisi ini hanya dilakukan oleh keluarga kesultanan. Sekarang tradisi ini sudah dilakukan oleh seluruh masyarakat Sambas.
Umumnya, warga membuat minimal 5 macam kue lapis, antara lain kue lapis belacan, kacang nanas, susu, kipas, dan sebagainya. Namun yang banyak dibuat oleh masyarakat Sambas adalah kue lapis susu dan kacang.
10. Lebaran Haji di Jakarta
Masyarakat Betawi di Jakarta menyebut tradisi Idul Adha sebagai Lebaran Haji karena bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Pada tradisi Lebaran Haji, keluarga-keluarga Betawi berkumpul untuk bersilaturahmi dan menikmati hidangan wajib berupa ketupat.
Hidangan ketupat ini sudah bisa dinikmati pada saat buka puasa sunah tarwiyah dan arafah sebelum Iduladha. Selain ketupat, masyarakat Betawi juga manyajikan sayur godog, semur daging, laksa, dan sebagainya.
Baca juga: Rumah Adat Betawi: Sejarah, Arsitektur, dan Ciri Khasnya
Tradisi Idul Adha yang unik di berbagai daerah Indonesia mencerminkan keragaman budaya yang kaya. Nilai-nilai agama yang menjunjung tinggi solidaritas sosial membuat masyarakat saling menghargai keragaman budaya tersebut.