Tren E-commerce di 2021 Diprediksi Tak Seagresif 2020

tren e-commerce di tahun 2021 pandemi COVID-19

Geliat e-commerce di Indonesia meningkat seiring dengan perubahan kebiasaan masyarakat dalam berbelanja selama pandemi COVID-19. Hal ini pun berbanding lurus dengan prediksi perekonomian Indonesia yang akan mulai bangkit dalam enam bulan ke depan.

Pendapat ini disampaikan oleh Pendiri sekaligus CEO Bhinneka.com Hendrik Tio. Seperti mengutip dari Beritasatu.com, Hendrik mengatakan bahwa perekonomian Indonesia akan menguat dan jauh lebih baik dari tahun 2020.

“Kita dapat mengharapkan ekonomi meningkat di semester dua tahun 2021 atau sesudah Lebaran. Saya rasa travelling akan meningkat, kebutuhan di pabrik, manufaktur, dan perkantoran juga akan meningkat dan membaik secara signifikan,” ujarnya.

Baca Juga: Tren e-Commerce Bikin Permintaan Pergudangan Naik

Sementara itu ketika berbicara seputar tren e-commerce di Indonesia pada tahun 2021, Hendrik memprediksi bahwa persaingan di industri e-commerce akan sedikit longgar dan tidak akan seagresif di tahun 2020.

Industri e-commerce menurutnya akan lebih fokus mengaktifkan pembeli dengan cara lain, seperti memperlengkap produk di platformnya, menjangkau daerah, hingga melakukan edukasi. Seperti disampaikan oleh Hendrik, pelaku e-commerce masih tetap akan melakukan strategi bakar uang guna memperluas pasar.

Hanya saja, strategi bakar uang tersebut akan dilakukan secara geografis. “Geografis memang menjadi tantangan terbesar bagi industri ini. Bagaimanapun tetap ada perbedaan infrastruktur antara Jakarta dan luar Jawa. Ini bukan berarti tidak bisa akses internet, melainkan adanya perbedaan kecepatan dan konsistensi yang menjadi kendala,” ujarnya.

Di samping itu, Hendrik menilai pelaku e-commerce masih harus mempercepat proses edukasi terkait penggunaan teknologi, termasuk platform e-commerce. Ia menilai masih ada kendala dalam hal edukasi, karena tidak semua masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan platform tersebut.

Baca Juga: Pasar e-Commerce Indonesia Diproyeksi Tembus Rp955 Triliun di 2022

Bicara mengenai produk, Hendrik mengatakan bahwa ke depannya produk yang dibelanjakan di e-commerce tidak hanya barang fisik, melainkan non-fisik. Penggunaan financial technology (fintech) di e-commerce sebagai metode pembayaran akan makin populer. “Di waktu mendatang, konsumen juga bisa membeli asuransi atau membayar uang sekolah melalui e-commerce,” kata Hendrik.

Bukan cuma berbelanja melalui platform e-commerce, Hendrik juga melihat bahwa saat ini masyarakat sudah mulai terbiasa berbelanja melalui media sosial atau social commerce. Hal ini juga didorng dengan mulai banyaknya fitur shopping yang dirilis oleh sejumlah platform media sosial.

Terakhir, Hendrik berharap industri e-commerce dapat memberikan kontribusi lebih besar pada perekonomian nasional, sehingga dapat dinikmati seluruh Indonesia. “Penjual dari berbagai daerah dapat memperluas pasarnya secara besar-besaran. Dengan demikian, ekonomi tidak hanya terpusat di Jakarta, namun berkembang di daerah-daerah lainnya,” tutupnya.

Bicara soal e-commerce, Indonesia dalam riset yang dilakukan oleh Bank DBS mengungkap bahwa Indonesia menempati urutan pertama di Asia Tenggara sebagai pengguna e-commerce tebesar. Hal ini karena sejak tahun 2019 lalu, sebanyak 90 persen pengguna internet di Indonesia melakukan pembelian melalui e-commerce.

Baca Juga: Industri e-Commerce Indonesia Bisa Bergairah dengan UU Cipta Kerja

Exit mobile version