Banyak cara untuk mempertahankan dan melastarikan kebudayaan Nusantara, salah satunya melalui jalur UKM. Khususnya yang bergerak di bidang kerajinan layaknya batik.
Hal ini pun yang menjadi latar belakang PT Pertamina ikut serta memberdayakan UKM perajin batik yang kini secara jumlah telah mencapai 271 binaan melalui Program Kemitraan.
Dari jumlah tersebut, sudah banyak puluhan cerita sukses usai didampingin oleh Pertamina, tentunya tetap dengan caranya masing-masing. Nah, salah satu yang sukses adalah UKM Batik Gedog Zaenal milik Zaenal Abidin.
BACA JUGA : Tiga Masalah yang Menghantui Ekspor Produk UMKM
Meski sekarang batinya sudah cukup terkenal, dan di tengah kondisi yang serba modern, namun Zaenal tetap mempertahankan cara pembuatan konvensional alias tradisional dalam mengasilkan karya bati khas Tuban, Jawa Timur.
“Cara tradisional akan membutuhkan banyak pekerja sehingga lapangan kerja pun terbuka luas,” tuturnya.
Yup, itulah salah satu alasan Zaenal kenapa kekeh tetap membuat batik dengan cara tradisional yang tujuannya agar bisa menyerap banyak pekerja, yang secara tak langsung menekan jumlah pengangguran. Paling tidak dalam lingkup lingkungannya.
Tak hanya itu saja, menurut Zaenal, dengan dikerjakan oleh manusia, maka kualitas dari kain batik yang dihasilkan pun bisa terjaga, dan pastinua memiliki nilai lebih.
BACA JUGA : Hasil Kemitraan Koperasi, Pisang Asal Lampung Tembus Pasar Global
Mulai dari segi motif, warna, hingga corak bisa benar-benar diperhatikan dan terjamin dibandingkan menggandalkan tenaga mesin.
Jumlah pekerja yang diberdayakan Zaenal pun jumlahnya mencapai ratusan orang. Mereka terdiri dari para ibu rumah tangga dan warga yang membutuhkan pekerjaan.
“Untuk jumlah karyawan tetap sendiri ada 25 orang. Sedangkan karyawan yang ambil garapan untuk dibawa pulang ada sekitar 100 orang,” jelasnya.
Zaenal mengawali perjalanan merintis bisnis batik dengan memasarkan batik milik temannya ke pulau Bali, dan ia selalu menghabiskan dagangan tersebut. Otomatis bapak dua anak ini mendapatkan banyak pelanggan di pulau dewata.
BACA JUGA : Pengusaha Logistik Bandel, Kemenhub Potong 3 Truk ODOL di Palembang
Hal itu menjadi peluang yang membuat dia ingin memproduksi batik Gedog tulis sendiri. Singkat cerita, hal tersebut terwujud pada 1978, ia membuka usahanya di Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.
Harga dipatok untuk produknya berkisar mulai dari Rp 50 ribu hingga paling mahal Rp 1 juta per lembarnya. Produknya sudah dipasarkan di sekitar wilayah Tuban, Bali hingga Jakarta.
Dibantu promosi lewat media sosial @batikzaenal, pemasarannya pun makin meluas lagi. Hingga ia dapat meraup omzet sekitar Rp 150 juta per bulannya.