UMKM Semarang Adaptif Terhadap Transformasi Digital

transformasi digital UMKM Semarang

Transformasi digital para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) digadang bisa menjadi salah kunci untuk bangkit dari pandemi COVID-19. Ketika beberapa pelaku UMKM di Indonesia masih belum banyak untuk beradaptasi dengan transformasi digital, pelaku UMKM di Semarang justru sudah lebih adaptif.

Kondisi pandemi COVID-19 mengubah tatanan dan kebiasaan masyrakat di Indonesia. Pelaku UMKM dituntut untuk beradaptasi dalam menjalankan bisnisnya, dari yang tadinya tradisional menjadi usaha digital.

Dalam sebuah riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) berjudul ‘Peran Ekosistem Digital Gojek di Ekonomi Semarang Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19’, ditemukan bahwa Go-Jek, melalui Go-Food, turut memberikan andil bagi para pelaku usaha mikro dalam bertahan di masa pandemi.

Baca Juga: Jualan Pisang Beku Doang, Pisang Goreng Shamiya Bisa Raih Omzet Ratusan Juta

Para pelaku UMKM di Semarang ini melihat bahwa Go-Food memberikan peluang tersendiri untuk mendongkrak penjualannya. Riset tersebut menunjukkan sekitar 44 persen mitra Go-Food yang disurvei mengatakan bahwa mereka baru saja bergabung ketika pandemi COVID-19 (Maret 2020). Bukan cuma itu, di antara mere 44 persennya baru memulai usaha mereka.

“Riset LD juga menemukan bahwa mayoritas mitra UMKM menganggap mereka mampu beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek. UMKM yang merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra adalah 90 persen mitra UMKM GoFood, 96,7 persen mitra UMKM social seller pengguna GoSend, dan 91,8 persen mitra UMKM GoPay,’’ papar Peneliti LD FEB UI, Dr Alfindra Primaldhi dalam keterangan resmi.

Lebih lanjut Dr. Alfindra mengatakan jika pelaku UMKM ini menganggap solusi teknologi dan non-teknologi milik Go-Jek mampu memberika solusi terhadap usaha mereka. Sebanyaak 69 persen dari mitra UMKM Go-Food merasakan manfaat dari fitur teknologi pengaturan promosional mandiri. Selebihnya manfaat yang mereka terima seperti metode pembayaran digital dan lain-lain.

Selain itu, dalam Riset LD juga disebutkan bahwa sebanyak 94 persen mitra driver di Semarang mendapatkan bantuan dari Gojek selama masa pandemi Covid 19, 86 persen mitra mengapresiasi bantuan tersebut. Semangat gotong royong sangat tercermin di ekosistem Gojek dalam bentuk upaya saling membantu di tengah pandemi.

Baca Juga: Sirclo Chat Fasilitasi UKM Jualan Lewat WhatsApp

Bahayanya Jika UMKM Tidak Transformasi Digital

UMKM di Indonesia memang lebih harus beradaptasi dalam bertransformasi digital, terutama di masa pandemi. Sebab, jika tidak bertransformasi, UMKM akan menghadapi sejumlah ancaman. Ada sejumlah bahaya yang pernah dipaparkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki jika pelaku UMKM gagal melakukan transformasi digital.

Salah satu bahaya yang ditimbulkan adalah angka pengangguran yang akan semakin tajam. Bukan cuma itu, Teten juga memperkirakan akan terjadi pelonjakkan angka kemiskinan. Karenanya, Teten berharap jika sektor UMKM di Indonesia ini jangan sampai terganggu.

Bukan tanpa alasan jika Teten ingin sektor UKM dijaga. Sebab, sektor ini menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia. Maka dari itu, jika sektor UKM terganggu, maka angka pengangguran di Tanah Air ini bisa semakin bertambah.

Baca Juga: Pengelolaan Dana Kas Operasional Makin Moncer dengan Aplikasi Ini

Exit mobile version