8 Tradisi dan Upacara Adat Bali: Warisan Budaya yang Terjaga

JNEWS – Upacara adat Bali menambah pesona pada pulau yang sudah mengagumkan ini.

Di seluruh pulau, pengunjung dapat menikmati keindahan alam mulai dari gunung, pantai, hingga danau. Tak hanya itu, keunikan lain yang membuat Bali istimewa adalah pelestarian budayanya yang terasa kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Upacara-upacara ini umumnya terbuka untuk wisatawan, baik untuk disaksikan langsung atau didokumentasikan. Menghadirinya akan membuat kunjungan menjadi lebih berkesan.

Berikut adalah delapan upacara adat di Pulau Bali yang memiliki keunikan tersendiri, sebagian dikutip dari laman Kementerian Keuangan.

Upacara Adat Bali yang Masih Dilestarikan hingga Kini

Tradisi dan Upacara Adat Bali

1. Upacara Ngaben

Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah secara adat di Bali yang dianggap oleh masyarakat Hindu sebagai cara untuk mengembalikan roh mereka yang sudah meninggal kepada Sang Pencipta.

Ada tiga jenis Upacara Ngaben yang biasa dilakukan, yaitu Ngaben Sawa Wedana, Ngaben Asti Wedana, dan Swasta. Ngaben Sawa Wedana dilaksanakan setelah jenazah diawetkan sebelum proses pembakaran. Ngaben Asti Wedana dijalankan setelah jenazah dikuburkan. Sementara itu, upacara Swasta khusus untuk mereka yang meninggal di luar daerah atau jasadnya tidak ditemukan.

Upacara adat Bali satu ini umumnya membutuhkan biaya yang besar. Karena itu, ada keluarga di Bali yang secara finansial tidak mampu melaksanakan upacara ini. Untuk membantu keluarga yang kurang mampu ini, pemerintah desa adat dan Pemerintah Provinsi Bali sering mengadakan ngaben massal. Dengan demikian, keluarga yang tidak mampu bisa ikut melaksanakan ritual penting ini sesuai dengan ajaran agama Hindu tanpa harus menanggung beban biaya yang besar.

Masyarakat Hindu menganggap ritual ini merupakan bentuk kebahagiaan, karena dengan adanya upacara ini, roh dari orang-orang yang terkasih telah masuk ke alam nirwana yang indah. Di saat ini, tidak ada seorang pun yang menangis.

Jadwal Upacara Ngaben tidak tetap, sehingga tidak selalu ada dan waktu pelaksanaannya juga tidak dapat diprediksi.

2. Upacara Melasti

Upacara Melasti adalah ritual pensucian yang punya makna penting dalam kepercayaan Hindu, baik untuk diri sendiri maupun untuk benda-benda sakral dari Pura. Masyarakat percaya bahwa sumber-sumber air seperti danau, laut, dan mata air adalah sumber kehidupan yang disebut tirta amerta.

Selama upacara ini, banyak orang berpakaian putih berjalan menuju laut atau sumber air lainnya. Mereka membawa perlengkapan persembahyangan dan sering kali mengusung pratima, patung atau benda yang dianggap sakral, untuk dibersihkan baik secara fisik maupun spiritual.

Tujuan upacara adat Bali ini adalah untuk meningkatkan pengabdian kepada para dewa, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan. Jika ingin menyaksikan upacara ini, bisa datang tiga atau empat hari sebelum Nyepi. Agar memudahkan, bisa menginap di hotel dekat dengan kuil Hindu besar, seperti di Kuta atau Uluwatu.

Baca juga: Arsitektur Bali Kuno: Mengenal Ciri dan Filosofi Bangunan Tradisional

3. Ngerupuk

Upacara Ngerupuk juga diadakan sebelum Nyepi, tepatnya sehari sebelumnya. Upacara adat Bali ini merupakan bagian penting dari perayaan tersebut.

Dalam upacara ini, masyarakat Bali melakukan persembahan kepada Bhuta Kala dengan tujuan untuk mengusir roh-roh jahat sehingga tidak mengganggu selama masa brata penyepian di Nyepi. Dalam ritual ini akan dilakukan pengasapan rumah dan pekarangan dengan mesiu. Masyarakat juga akan membuat kebisingan dengan memukul benda-benda untuk menciptakan suara gaduh.

Setelah ritual ini, biasanya diadakan pawai ogoh-ogoh, ketika patung-patung besar dibawa berkeliling desa dengan diiringi obor.

4. Hari Raya Saraswati

Pada Hari Raya Saraswati, masyarakat Hindu mengadakan upacara adat Bali untuk menghormati Dewi Saraswati, yang dianggap sebagai pembawa ilmu pengetahuan di bumi.

Dalam kesempatan ini, akan dilakukan pemberkatan semua hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seperti buku dan kitab. Selain upacara pemberkatan, acara ini juga diisi dengan pertunjukan tari dan sesi pembacaan cerita yang berlangsung sepanjang malam.

5. Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan merupakan hari perayaan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Kata Galungan sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya menang. Upacara ini juga merupakan acara untuk memperingati penciptaan alam semesta dan segala isinya.

Upacara ini diadakan setiap 210 hari menurut kalender Bali, dan persiapannya sudah dimulai sekitar 25 hari sebelumnya.

6. Upacara Mepandes

Upacara Mepandes, yang juga dikenal dengan nama Metatah atau Mesuguh, adalah ritual penting di Bali yang dilakukan saat seorang anak memasuki masa remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam upacara ini, gigi taring bagian atas anak akan dikikis. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sifat-sifat negatif seperti keserakahan, kecemburuan, dan kemarahan.

7. Upacara Tumpek Landep

Upacara Tumpek Landep adalah upacara adat Bali yang bertujuan untuk menyucikan senjata dan peralatan—umumnya peralatan pertanian—untuk diberkati dengan sesaji dan doa. Pemimpin adat yang memimpin upacara ini akan melakukan ritus di pura yang dianggap sakral. Harapan dari upacara ini adalah agar senjata dan peralatan yang telah disucikan membawa keberkahan bagi pemiliknya.

8. Upacara Mekare-kare

Upacara Mekare-kare juga dikenal sebagai ritual perang daun pandan. Upacara ini adalah ritual adat dari Desa Tenganan. Upacara ini khusus diikuti oleh pria desa yang bertarung menggunakan daun pandan yang berduri tajam untuk menunjukkan keberanian dan kemampuan bertarung mereka.

Upacara adat Bali satu ini diadakan untuk menghormati Dewa Indra, dewa perang dalam kepercayaan Hindu. Setelah pertarungan, para peserta akan dirawat dan diberkati oleh pemuka adat agar mereka cepat pulih dan tidak merasakan sakit dari luka-luka yang didapat.

Baca juga: Mengenal Tari Kecak: Tradisi dan Makna dari Bali yang Menawan

Sebenarnya masih banyak sekali ritual adat dan tradisi Bali yang masih terus dilakukan hingga kini. Contohnya seperti upacara makepung, atau balap kerbau, mekotek, hingga gebug ende yang merupakan ritual pemanggilan hujan saat musim kering.

Upacara adat Bali mengungkapkan kekayaan dan kedalaman budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui beragam ritus ini, kearifan lokal terpelihara dan terus memperkaya kehidupan masyarakat serta wisatawan yang mengunjunginya.

Exit mobile version