Mengenal Ragam Upacara Adat di DKI Jakarta: Warisan Budaya Ibu Kota

JNEWS – Upacara adat DKI Jakarta masih berusaha dipertahankan di tengah maraknya pembangunan Jakarta sebagai kota metropolitan. Meski  proses perpindahan ibu kota Indonesia ke IKN sudah dimulai, tetapi laju pembangunan di Jakarta belum surut. Semua fasilitas publik diperbaharui agar lebih mengikuti zaman.

Upacara adat DKI Jakarta berusaha disajikan agar tidak menjadi bagian dari Jakarta yang ketinggalan zaman seperti lagu pembuka serial TV Si Doel Anak Sekolahan. Pemerintah DKI memfasilitasi upaya itu dengan membangun Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Masyarakat Betawi juga masih menyelenggarakan upacara adat meski dengan tata cara yang lebih sederhana disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing.

10 Upacara Adat DKI Jakarta

Betawi adalah suku utama yang mendiami wilayah DKI Jakarta. Suku Betawi masih memiliki kekerabatan etnis dengan suku Sunda, Jawa, dan Melayu. Beberapa ahli menyebutkan bahwa Betawi merupakan hasil perkawinan beberapa suku di Nusantara karena posisi Batavia sebagai pusat perdagangan nusantara di masa lalu.

Untuk mengenal lebih dekat tentangnya budaya Betawi, berikut adalah berbagai upacara adat DKI Jakarta yang diurutkan berdasarkan daur hidup manusia.

Mengenal Ragam Upacara Adat di DKI Jakarta: Warisan Budaya Ibu Kota

1. Nuju Bulanan

Nuju bulanan dimaksudkan untuk mensyukuri nikmat Tuhan dan memberikan rasa aman. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 7, 17, dan 27 dari bulan Hijriyah. Upacara dilakukan dalam 3 tahap, yaitu selamatan atau tahlilan di ruang tamu, mandi kembang di kamar mandi, dan ngirog atau gedog di kamar tidur.

Baca juga: Kuliner Khas Petak Sembilan: Eksplorasi Rasa di Jantung Jakarta

2. Akekah

Akekah pada upacara adat DKI Jakarta adalah rangkaian upacara kelahiran yang merujuk pada syariat Islam, yaitu akikah yang memotong satu ekor kambing untuk bayi perempuan dan dua ekor kambing untuk laki-laki. Biasanya akekah dilakukan setelah bayi puput pusar sekaligus sebagai serah terima dari dukun bayi yang selama ini membantu merawat bayi tersebut untuk sepenuhnya dirawat oleh orang tua si bayi.

Dalam masyarakat Betawi, upacara tersebut ditambah dengan menimbang rambut bayi yang dicukur. Misalnya terkumpul rambut 2 gram, maka orang tua bayi akan membeli emas 2 gram untuk disumbangkan kepada anak yatim piatu.

3. Pernikahan

Pernikahan merupakan upacara adat DKI Jakarta yang paling panjang dan kompleks sehingga melibatkan keluarga besar dan masyarakat sekitar. Berikut tahapan upacara adat pernikahan Betawi:

  1. Ngedelengin, yaitu mencari calon menantu perempuan melalui mak comblang.
  2. Ngelamar, yaitu meminta kesediaan pihak perempuan.
  3. Bawa tande putus, yaitu pernyataan kesepakatan.
  4. Ngerudat, yaitu rombongan calon pengantin laki-laki datang ke rumah calon pengantin perempuan dengan membawa seserahan.
  5. Akad nikah, yaitu pengucapan ikrar penikahan.
  6. Kebesaran, yaitu pengantin duduk di pelaminan untuk menerima ucapan selamat.
  7. Negor, yaitu suami merayu istri untuk memulai hidup baru.
  8. Pulang tige ari, yaitu resepsi yang dilakukan di pihak suami.

Upacara ini juga dilengkapi dengan adat adu silat dan palang pintu yang banyak ditunggu-tunggu masyarakat. Tradisi ini diawali dengan arak-arakan calon pengantin laki-laki ke rumah calon pengantin perempuan diiringi rebana ketimpring. Kedua wakil keluarga akan saling menantang dan adu silat. Calon pengantin laki-laki dinyatakan menang jika bisa unjuk kebolehan membaca Al-Qura’n.

4. Upacara Kematian

Umumnya upacara kematian masyarakat mengikuti ajaran Islam. Untuk acara penguburan, dahulu hanya dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan kaum perempuan di rumah untuk mempersiapkan sedekahan untuk acara tahlil di malam pertama hingga ketujuh dan malam keempat puluh kematian.

5. Tamatan Qur’an

Tamatan Qur’an ditentukan oleh guru mengaji, yang syaratnya tidak hanya selesai membaca Al Qur’an tetapi juga mengerti ajarannya dan berakhlak baik. Pada upacara ini, anak-anak yang mengenakan gamis putih diantar orang tua ke masjid. Dari masjid, mereka akan diantar pulang dengan arak-arakan rebana ketimpring sambil bernyanyi bersama-sama.

6. Bikin dan Pindah Rumah

Selain kesiapan materi, orang Betawi juga membuat upacara adat untuk melakukan perhitungan yang berporos pada alam gaib. Rumah bagi orang Betawi adalah tempat tumbuhnya generasi yang lebih baik, jadi harus dengan persiapan yang benar-benar matang.

Mungkin upacara adat DKI Jakarta ini makin jarang dilakukan karena sudah banyak warga asli yang pindah ke perumahan-perumahan modern.

Ada beberapa jenis bahan pembangunan rumah berupa kayu yang dipercaya mendatangkan kebaikan, yaitu:

  1. Kayu nangka yang bagus untuk tiang rumah, dinding rumah dan panel pintu berukir. Kayu nangka yang berwarna kuning ini tidak boleh dilangkahi karena dipercaya bisa menyebabkan sakit kuning. Pencuri yang coba-coba membobol tembok kayu rumah orang Betawi harus berpikir dua kali.
  2. Kayu cempaka banyak digunakan sebagai kusen bagian atas pintu agar selalu dihormati dan disenangi tetangga.
  3. Kayu asem dihindari karena memberi kesan kumal dan tidak berwibawa.

7.  Baritan atau Bebarit

Upacara adat DKI Jakarta ini dahulu sering dilaksanakan, yaitu ketika masih banyak sawah di DKI Jakarta karena merupakan tanda syukur terhadap hasil panen. Berubahnya sebagian lahan di Jakarta digambarkan oleh Babe Sabeni sekeluarga yang ziarah di lapangan Stadion Gelora Bung Karno dalam serial Si Doel Anak Sekolahan.

8. Mangkeng

Upacara ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk memengaruhi alam agar bersedia bekerja sama menyukseskan suatu acara. Misalnya, jangan sampai hujan ketika ada hajatan pernikahan.

9. Kaulan atau Nazar

Orang Betawi tidak main-main dengan janji. Karena itu ada tradisi kaulan yang berisi ikrar atau janji untuk melaksanakan suatu hal.

10. Lebaran

Setidaknya orang Betawi memiliki 3 macam lebaran, yaitu:

  1. Lebaran Idulfitri setelah bulan suci Ramadan.
  2. Lebaran Aji yang dilaksanakan pada bulan haji tanggal 10, 11, dan 12 Dzul Hijjah.
  3. Lebaran anak yatim, yaitu lebaran khusus untuk anak yatim piatu yang diadakan pada tanggal 10 Muharam.

Baca juga: Kuliner Jalanan Jakarta: Menjelajahi Warung Nasi Rames Terbaik

Itulah beberapa upacara adat DKI Jakarta yang perlu dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional. Masyarakat pendatang yang membanjiri Jakarta wajib menghargai, berusaha mengenal, dan menjunjung tinggi adat Betawi, tempat mereka tinggal sekarang.

Exit mobile version