Daftar Tradisi dan Upacara Adat di Indonesia yang Masih Bertahan Hingga Kini

Sumber: Wikipedia

JNEWS – Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya. Hampir di setiap daerah, selalu ada upacara adat yang dijalankan turun-temurun dari leluhur hingga sekarang.

Tradisi-tradisi tersebut tak hanya sekadar seremonial. Namun, merupakan cerminan nilai kehidupan, rasa syukur, dan penghormatan terhadap alam serta para pendahulu.

Menariknya, meski zaman sudah berubah, banyak di antaranya yang tetap dijaga dan dilaksanakan secara khidmat. Dari sinilah kita bisa melihat betapa kuatnya ikatan masyarakat dengan budaya lokalnya.

Upacara Adat Indonesia yang Masih Dilestarikan hingga Kini

Setiap upacara adat yang ada di Indonesia punya cerita dan cara pelaksanaan yang berbeda. Ada yang bernuansa sakral, ada juga yang dipenuhi keceriaan. Sebagian dilaksanakan dalam lingkup kecil di desa, sebagian lain bahkan jadi daya tarik wisata yang ditunggu banyak orang.

Kalau mau didaftar semua, bisa jadi jumlahnya akan ratusan. Karena itu, yang dibahas dalam artikel ini dibatasi pada beberapa yang sudah begitu populer. Mari kita bahas satu per satu.

Upacara Ngaben di Bali: Prosesi, Makna, dan Filosofi Tradisinya

1. Ngaben – Bali

Ngaben adalah salah satu upacara adat paling terkenal di Bali. Upacara ini merupakan prosesi pembakaran jenazah bagi umat Hindu Bali. Tujuannya adalah untuk menyucikan roh agar bisa kembali ke asalnya, yaitu menuju moksa.

Dalam prosesi Ngaben, jenazah akan diarak dengan wadah berbentuk lembu atau menara besar yang dihiasi warna-warni. Setelah itu, jenazah dibakar bersama perlengkapan upacara yang sudah disiapkan. Ada gamelan, tarian, dan doa-doa dari keluarga serta masyarakat.

Baca juga: Upacara Ngaben di Bali: Prosesi, Makna, dan Filosofi Tradisinya

2. Sekaten – Yogyakarta dan Surakarta

Sekaten adalah upacara tradisional yang diadakan setiap tahun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Tradisi ini biasanya berlangsung selama sepekan penuh.

Kegiatannya dimulai dengan tabuhan gamelan pusaka milik keraton. Dentuman gamelan ini dipercaya bisa mengundang masyarakat untuk hadir dan ikut merayakan. Puncaknya adalah Grebeg Maulud, yaitu arak-arakan gunungan hasil bumi yang kemudian diperebutkan masyarakat.

3. Kasada – Suku Tengger, Gunung Bromo

Kasada adalah upacara adat yang digelar oleh masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Sang Hyang Widi dan para leluhur.

Dalam prosesinya, masyarakat membawa hasil bumi seperti sayur, buah, ayam, bahkan kambing untuk dipersembahkan ke Kawah Bromo. Tradisi ini dipercaya bisa mendatangkan keselamatan dan rezeki bagi masyarakat Tengger.

Prosesi Kasada dimulai dengan doa dan ritual di Pura Luhur Poten, yang berada di lautan pasir Bromo. Setelah itu, persembahan dibawa naik ke kawah. Pemandangan masyarakat melempar hasil bumi ke kawah Bromo menjadi momen yang sangat khas. Hingga kini, Kasada tetap dilestarikan dan selalu menarik perhatian banyak orang.

4. Tabuik – Pariaman, Sumatra Barat

Tabuik adalah upacara adat masyarakat Pariaman yang dilaksanakan untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad saw., Husain bin Ali. Upacara ini sudah berlangsung sejak abad ke-19, ketika pedagang asal India datang dan memperkenalkan tradisi Asyura.

Dikutip dari unesco.or.id, tabuik diwujudkan dalam bentuk menara besar dengan hiasan warna-warni. Selama prosesi, masyarakat membawa tabuik berkeliling kota diiringi musik tradisional. Pada puncaknya, tabuik dibawa ke pantai dan dihanyutkan ke laut sebagai simbol pelepasan duka.

5. Rambu Solo’ – Toraja, Sulawesi Selatan

Rambu Solo’ adalah upacara pemakaman adat masyarakat Toraja, sekaligus merupakan pesta adat yang besar dan sakral. Prosesi bisa berlangsung beberapa hari, bahkan berminggu-minggu.

Untuk melaksanakannya, umumnya keluarga harus mengumpulkan dana dan hewan kurban, terutama kerbau. Semakin banyak kerbau yang dikorbankan, semakin tinggi pula status sosial keluarga yang bersangkutan.

Upacara ini penuh dengan simbol penghormatan kepada leluhur dan keyakinan bahwa roh orang yang meninggal akan mencapai puya (alam baka). Selama acara, musik, tarian, dan ritual adat dilakukan secara meriah. Hingga kini, Rambu Solo’ tetap menjadi tradisi penting dan tidak bisa dipisahkan dari identitas masyarakat Toraja.

6. Pasola – Sumba, Nusa Tenggara Timur

Pasola adalah tradisi perang-perangan di atas kuda yang berasal dari Pulau Sumba. Dalam tradisi ini, dua kelompok laki-laki saling melempar tombak kayu tumpul dari atas kuda yang berlari kencang. Meski terkesan berbahaya, Pasola punya makna spiritual yang dalam.

Tradisi ini biasanya digelar pada bulan Februari atau Maret untuk menyambut musim tanam. Pertandingan Pasola diyakini bisa membawa kesuburan tanah dan keberkahan hasil panen. Selain itu, darah yang keluar dari para peserta dianggap sebagai persembahan untuk roh leluhur.

Suasana Pasola selalu ramai dipadati masyarakat dan wisatawan. Hingga sekarang, tradisi ini tetap menjadi daya tarik utama Pulau Sumba.

7. Dugderan – Semarang, Jawa Tengah

Dugderan adalah tradisi masyarakat Semarang yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-19.

Kata dug berasal dari suara bedug, sedangkan der dari suara meriam yang ditembakkan saat acara dimulai. Ikon utama Dugderan adalah warak ngendog, hewan mitologi dengan bentuk unik yang diarak keliling kota. Selain itu, ada pasar rakyat besar yang digelar bersamaan dengan acara ini.

Dugderan bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga menjadi hiburan rakyat yang ditunggu-tunggu. Hingga kini, Dugderan tetap dilestarikan sebagai warisan budaya.

8. Mappacci – Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan

Mappacci adalah upacara adat sebelum pernikahan bagi masyarakat Bugis-Makassar. Tradisi ini bertujuan untuk menyucikan calon pengantin agar siap menjalani rumah tangga.

Prosesi dilakukan dengan mengoleskan daun pacar ke telapak tangan pengantin. Daun pacar ini melambangkan doa agar rumah tangga selalu diberkahi. Selain itu, ada juga nyanyian dan doa-doa adat yang mengiringi prosesi. Acara Mappacci biasanya dihadiri oleh keluarga besar, tetangga, dan kerabat dekat

9. Erau – Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

Erau adalah upacara adat yang berasal dari Kerajaan Kutai Kartanegara. Tradisi ini digelar untuk membersihkan keraton, rakyat, dan alam sekitar dari hal-hal buruk.

Upacara Erau berlangsung selama beberapa hari dengan rangkaian acara yang padat. Ada tari-tarian tradisional, musik, hingga ritual sakral di Sungai Mahakam. Salah satu tradisi paling terkenal adalah mengulur naga, yaitu prosesi melepas naga buatan ke sungai sebagai simbol pelepasan kesialan. Hingga sekarang, Erau tetap menjadi kebanggaan masyarakat Kutai Kartanegara.

Sumber: indonesia.go.id

10. Bakar Batu – Papua

Bakar Batu adalah tradisi memasak bersama yang sangat populer di Papua. Prosesnya unik karena memasaknya dengan menggunakan batu yang dipanaskan. Batu panas ini kemudian ditumpuk bersama ubi, daging, dan sayuran, lalu ditutup dengan daun-daunan.

Tradisi ini biasanya dilakukan saat ada acara besar, seperti pernikahan, penyambutan tamu, atau syukuran. Bakar Batu di Papua memang lebih menjadi simbol kebersamaan. Semua orang ikut terlibat, mulai dari mempersiapkan makanan hingga menyantapnya bersama-sama.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Budaya dan Tradisi Masyarakat Adat di Kalimantan Utara

Melihat berbagai upacara adat yang masih bertahan hingga sekarang, kita bisa merasakan betapa kayanya warisan budaya bangsa ini. Menjaga dan melestarikannya berarti ikut merawat nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur.

Exit mobile version