JNEWS – Upacara Tabuik merupakan khazanah budaya Minangkabau di Sumatra Barat, khususnya di kalangan masyarakat Pariaman atau Piaman. Ritual budaya ini memakan waktu hingga 10 hari, yaitu tanggal 1-10 Muharam.
Tanggal 1 Muharam merupakan tahun baru bagi umat Islam, sedangkan tanggal 10 Muharam merupakan peringatan Hari Asyura. Tabuik merupakan simbol peringatan Hari Asyura.
Sejarah Upacara Tabuik
Tabuik berasal dari kata tabut, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti peti anyaman bambu atau burung-burungan burak dari kayu yang dibawa dalam perarakan pada peringatan wafatnya Hasan dan Husen (10 Muharam). Tabut juga merujuk pada perarakan itu sendiri sebagai bagian dari tradisi peringatan.
Namun pelafalan tabut berubah menjadi tabuik karena mengikuti dialek lokal yang mengganti huruf terakhir “t” dengan “k”. Upacara Tabuik dimaksudkan sebagai peringatan atas gugurnya cucu Nabi Muhammad saw., yaitu Husain bin Ali, dalam Pertempuran Karbala.
Sebenarnya Pertempuran Karbala bukanlah pertempuran besar karena jumlah pasukan yang tidak seimbang. Namun dampaknya luar biasa karena melibatkan banyak anggota keluarga Nabi, terutama cucunya. Peristiwa ini diawali dengan penolakan Imam Husain untuk membaiat Yazid bin Muawiyah dari Kekhalifahan Umayyah karena dianggap sebagai pemimpin yang merusak prinsip-prinsip Islam.
Pasukan Husain hanya terdiri dari puluhan orang, termasuk wanita dan anak-anak. Sedangkan pasukan Yazid terdiri dari ribuan tentara terlatih. Pengorbanan Husain yang sangat mengejutkan umat Islam tersebut dihormati dengan pemberian gelar Sayyid al-Syuhada. Upacara Tabuik dimaksudkan untuk meneladani keberanian Husain bin Ali melawan calon pemimpin yang tidak sesuai dengan prinsip Islam.
Baca juga: Sejarah dan Sensasi Sate Padang: Menelusuri Asal-Usul hingga Lokasi Terbaiknya
Makna Upacara Tabuik
Tabuik melambangkan duka umat Islam di Pariaman atas gugurnya Husain bin Ali. Pelestarian upacara ini juga diharapkan sebagai pengingat bagi atas keberanian Husain bin Ali dalam mempertahankan kebenaran. Pertempuran Karbala merupakan sumber inspirasi yang dapat memperkuat keimanan dari generasi ke generasi. Umat Islam harus berani mengingatkan pemimpin yang melanggar prinsip-prinsip baik yang telah diajarkan dalam agama.
Selain itu, Upacara Tabuik merupakan salah satu cara masyarakat, alim ulama dan pemerintah dalam menghargai budaya setempat serta agama yang mereka anut.
Proses Pelaksanaan Upacara Tabuik
Berikut adalah rangkaian prosesi Upacara Tabuik, yang dikutip dari laman Kebudayaan Kemendikbud.
1. Mambiak Tanah (1 Muharam)
Maambiak tanah yang artinya mengambil tanah dilaksanakan oleh dua kelompok, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Masing-masing kelompok mengambil tanah di anak sungai yang berbeda dan berlawanan arah.
Tabuik Pasa berada di Desa Pauh dan Tabuik Subarang berada di Alai Gelombang yang berjarak sekitar 600 meter dari daraga di Rumah Tabuik sebagai pusat Upacara Tabuik. Daraga adalah pagar berbentuk segi empat sebagai simbol kuburan Imam Husain. Pengambilan tanah dilakukan pria yang mengenakan jubah putih sebagai lambang kejujuran Hosen (Husain). Lalu tanah tersebut diletakkan di daraga.
2. Manabang Batang Pisang (5 Muharam)
Manabang  atau menebang batang pisang dilakukan oleh seorang pria berpakaian pencak silat. Penebangan dilaksanakan dengan sekali tebas. Prosesi ini melambangkan tuntutan balas dendam atas kematian Husain.
3. Peristiwa Maatam (7 Muharam)
Prosesi ini dilakukan setelah salat zuhur oleh penghuni Rumah Tabuik. Mereka mengelilingi daraga dan menyiapkan perlengkapan upacara, seperti serban, pedang dan sebagainya sambil meratapi kematian Husain.
4. Maarak Panja (7 Muharam)
Ini merupakan prosesi memperlihatkan tiruan jari-jari Husain yang tercincang sebagai bukti kekejaman raja yang zalim. Dalam prosesi ini juga ditampilkan hoyak tabuik lenong, yaitu tabuik kecil yang diletakkan di atas kepala seorang pria dan diiringi suara gandang tasa.
5. Maarak Saroban (8 Muharam)
Maarak Saroban dilakukan ketika petang untuk memperlihatkan serban Husain yang terbunuh di Perang Karbala. Prosesi ini juga diiringi dengan hoyak tabuik lenong sambil bersorak sorai.
6. Tabuik Naik Pangkat (10 Muharam)
Prosesi ini dilakukan pada dini hari menjelang fajar, yaitu menyatukan dua bagian tabuik menjadi satu tabuik yang utuh di pondok pembuatan tabuik. Seiring matahari terbit, tabuik ini diusung ke arena atau jalan dan hoyak (digoyangkan) sepanjang hari.
7. Pesta Hoyak Tabuik (10 Muharam)
Mulai pukul 09.00 hingga sore, Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang ditampilkan dalam Pesta Hoyak Tabuik. Seiring dengan akan tenggelamnya matahari, tabuik tersebut diusung ke tepi pantai.
8. Tabuik Dibuang ke Laut (10 Muharam)
Tepat pukul 18.00 tabuik dilemparkan ke laut oleh kedua kelompok pembuatnya. Masyarakat yang berkerumum menyaksikannya diliputi rasa haru. Dengan demikian, tuntas sudah seluruh rangkaian prosesi Upacara Tabuik.
Baca juga: 7 Tradisi Mahar Pernikahan Unik dari Berbagai Adat di Indonesia
Upacara Tabuik merupakan cara masyarakat Pariaman mengekspresikan rasa sedihnya atas riwayat menyakitkan dari kematian Husain bin Ali di Perang Karbala melalui tradisi. Seiring perkembangan zaman, tradisi ini bukan punah, melainkan makin besar dan tertata dengan baik dalam Festival Tabuik.