Ingin Eksis Pasca-Pandemi, UMKM Wajib Lakukan 3 Transformasi Ini

digitalisasi UMKM

Transformasi UMKM – Covid-19 memberikan dampak buruk bagi kelangsungan binis koperasi dan UMKM. Karena itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan, perlu upaya serius dalam meningkatkan kekuatan UMKM pada pasca pandemi nanti.

Lantaran itu, Teten menekan tiga upaya transformasi yang perlu dilakukan koperasi dan UMKM untuk ke depannya. Transformasi tersebut bakal menjadi formulasi tepat bagi koperasi dan UMKM.

Apa saja bentuk transformasi yang dimaksud, berikut penjabarannya ;

Pertama, transformasi UMKM dari informal ke formal. Tetan melihat, saat ini masih banyak koperasi dan UMKM yang belum berbadan hukum.

Dari badan hukum ini, kata Teten, UMKM akan terus berkembang. Pasca-pandemi, banyak muncul usaha mikro baru akibat dampak pemutusan kerja saat Covid-19 memilih untuk menjadi usaha mikro, untuk itu potensi ke depan munculnya usaha mikro makin banyak.

“Strategi kami di kementerian, bagaimana usaha mikro dan kecil ini tumbuh ke atas. Ditambah, masalah izin pendirian koperasi ini di Undang-Undang Cipta Kerja makin dimudahkan, sekaligus mendorong kesempatan UMKM naik kelas,” ujar Teten.

BACA JUGA : Dari Skateboard Bekas, Kacamata Kabau Tembus Pasar Mancanegara

Kedua adalah transformasi digital. Cara ini menurut Teten menjadi upaya paling efektif untuk meningkatkan pemasaran, terutama di masa kenormalan baru nantinya.

“Untuk marketing pemasaran nanti lebih efisien bisnisnya lewat proses digital, termasuk dari sisi payment digital. Ini penting disiapkan UMKM untuk dihubungkan ke ekosistem digital,” ujarnya.

Teten bersyukur, saat ini UMKM juga sudah dibantu oleh program Pasar Digital (PaDi) di mana KemenkopUKM telah bekerja sama dengan 9 BUMN, dalam menciptaan peluang pasar bagi UMKM makin besar.

BACA JUGA : 5 Strategi Mempertahankan Bisnis UMKM di Zaman Pandemi

Ketiga, transformasi teknologi produksi, supaya UMKM memiliki daya siang. Teten pun mengeluhkan banyaknya market dalam negeri yang diserbu produk impor lewat e-commerce.

“Kalau UMKM mau bersaing, maka harus ada standarisasi global. Ini sedang terus kita rancang,” imbuhnya.

Tak hanya transformasi UMKM saja, KemenkopUKM juga mendorong inisiatif dengan membangun rumah produksi bersama. Tujuannya agar UMKM bisa terus produksi secara bersama-sama meski tak memiliki pabrik sendiri dengan penyediaan peralatan yang lebih baik.

“Kita juga ingin transformasi UMKM rantai pasok. Karena kebanyakan usaha UMKM ini kecil-kecil, dibantu supaya bisa tembus ke pasar lebih besar secara nasional,” ucap Teten.

Diakui Teten, UMKM terkena dampak langsung dari dua sisi yaitu sisi supply dan demand, sehingga dibutuhkan strategi UMKM ke rantai pasok nasional maupun global, juga klaster, komoditas maupun digitalisasi.

BACA JUGA : Nih, 4 Bisnis Mengiurkan Jelang Natal dan Tahun Baru

Teten menyebut, jumlah UMKM sebanyak 64 juta sekitar 22,9 persennya mengalami penurunan penjualan, 20 persen distribusi terganggu, 19,3 persen terkendala modal dan sekitar 18 mengalami kesulitan bahan baku.

“Di tengah daya beli turun, maka penting ekonomi nasional digerakkan oleh belanja pemerintah. Kami juga menggerakan beli produk UMKM lewat Gerakan Belanja Buatan Dalam Negeri,” tuturnya.

Exit mobile version