JNEWS – Salah satu jenis wisata religi yang paling banyak dilakukan oleh umat muslim Indonesia saat Ramadan adalah mengunjungi makam Wali Songo. Rute tujuan wisata saat bulan puasa ini membentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.
Tujuan wisata saat bulan puasa yang utama adalah untuk memperdalam agama. Bulan puasa memang menjadi momen yang pas untuk mengenal secara langsung pengetahuan agama yang selama ini hanya dibaca atau didengar. Rekreasi merupakan sedikit bonus untuk membeli oleh-oleh bagi keluarga atau teman-teman.
Bagi yang ingin berkunjung ke sembilan lokasi makam ini, tidak perlu mendatangi semua jika waktu terbatas, melainkan cukup mengunjungi salah satu makam yang paling dekat dengan tempat tinggal.
9 Makam Wali Songo yang Bisa Dikunjungi selama Bulan Puasa
Beberapa makam Walisongo dekat dengan masjid-masjid terkenal sehingga makin banyak pelajaran atau kenang-kenangan yang bisa diperoleh. Berikut adalah 9 lokasi makam Wali Songo, dimulai dari barat ke timur menyusuri pantai utara Jawa, yang sebagian informasinya dikutip dari UICI.
1. Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat
Makam Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah berada di pusat kompleks Kraton Kasepuhan. Ada 9 pintu di dalam kompleks ini, tetapi pengunjung hanya bisa masuk hingga pintu ke 4. Hanya keluarga kraton dan juru kunci yang boleh masuk ke pintu berikutnya hingga ke makam.
Namun jangan kecewa karena masih banyak yang bisa dilihat. Misalnya arsitektur campuran antara Jawa, Islam, dan Tiongkok. Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam sampai ke Tiongkok, hingga memiliki istri dari Tiongkok yang bernama Lie Ong Tien. Maka tak heran, di antara pengunjung ada pula warga Tionghoa.
Sunan Gunung Jati belajar Islam langsung di Timur Tengah dan hidup hingga berusia 120 tahun. Setelah beliau wafat, pemimpin Cirebon langsung dipegang oleh sang cicit, Zainul Arifin, karena anak dan cucunya sudah meninggal lebih dahulu.
Baca juga: Wisata Religi Bulan Rajab ke Makam Sunan Gunung Djati
2. Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah
Sebenarnya Sunan Kalijaga atau Raden Said merupakan putra dari Adipati Tuban, tetapi dimakamkan di Demak. Sunan Kalijaga adalah murid Sunan Bonang dan merupakan anggota Wali Songo yang sangat terkenal karena menggunakan pendekatan budaya ketika berdakwah. Metode tersebut mendapat sambutan yang baik sehingga banyak pemimpin daerah yang masuk Islam.
Beberapa peninggalan Sunan Kalijaga terdengar hingga sekarang adalah suluk yang berjudul Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul. Beliau juga yang memunculkan ide baju takwa, sekaten, dan garebeg Maulud.
Jika ziarah ke Demak, sempatkan untuk salat di Masjid Agung Demak yang dibangun oleh Raden Patah atas usul Sunan Kalijaga karena beliau juga seorang arsitek dan dibantu oleh wali lainnya. Masjid ini pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa dan menjadi tempat pertemuan Wali Songo.
3. Sunan Kudus di Kudus, Jawa Tengah
Makam Sunan Kudus berada dalam kompleks Masjid Menara Kudus yang terkenal karena bentuknya yang unik. Menara Kudus yang menggunakan bata merah khas Hindu merupakan salah satu bukti toleransi beliau yang tinggi. Sunan Kudus merupakan putra Blora yang berdakwah di Kudus. Beliau menguasai berbagai ilmu agama Islam, dari tafsir, fikih, tauhid, hadis, dan sebagainya.
Kisah toleransi Sunan Kudus tersebut juga melatarbelakangi penggunaan daging kerbau pada soto kudus asli, bukan sapi yang merupakan hewan suci agama Hindu. Karena itu, jangan lupa sempatkan menikmati soto kudus di daerah asalnya.
4. Sunan Muria di Kudus, Jawa Tengah
Makam Wali Songo yang bisa dituju selanjutnya adalah makam Sunan Muria atau Raden Umar Said yang merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Sarah. Sunan Muria meneruskan tradisi dakwah Sunan Kalijaga melalui pendekatan budaya, terutama melalui rangkaian tembang-tembang macapat, seperti sinom dan kinanthi serta pertunjukan wayang. Beliau tinggal di daerah-daerah terpencil untuk mengajarkan pertanian dan perikanan.
5. Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur
Sunan Bonang, atau Makhdun Ibrahim, merupakan guru dari Sunan Kalijaga. Sunan Bonang merupakan putra Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila. Sedikit banyak, Sunan Bonang memengaruhi cara berdakwah Sunan Kalijaga dan Sunan Muria melalui pendekatan budaya.
Tahu lagu Tamba Ati atau Tombo Ati yang dinyanyikan oleh Opick? Lagi tersebut merupakan ciptaan Sunan Bonang dari tembang wijil yang merupakan salah satu bagian dari macapat. Sunan Bonang telah menciptakan banyak suluk, tamsil hingga kitab tasawwuf Tandhibul Ghofilin yang populer di kalangan para santri.
6. Sunan Drajat di Lamongan, Jawa Timur
Sunan Drajat, atau Raden Hasyim, juga merupakan putra Sunan Ampel. Dalam berdakwah, Sunan Drajat terkenal karena cerdas dan berjiwa sosial tinggi. Beliau gigih dalam pengentasan kemiskinan dengan menyantuni anak yatim, fakir miskin, dan orang-orang yang sakit. Dalam bidang budaya, beliau merupakan pencipta salah satu tembang macapat, yaitu pangkur.
Jika ke Lamongan, sempatkan menikmati soto lamongan di daerah asalnya.
7. Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur
Makan Wali Songo yang bisa dikunjungi selanjutnya adalah makam Sunan Maulana Malik Ibrahim, atau lebih dikenal sebagai Sunan Gresik.
Sunan Gresik merupakan ayah dari Sunan Ampel, yang berarti kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sunan Gresik merupakan keturunan ke-22 Nabi Muhammad SAW dari Siti Fatimah dan Ali bin Abu Thalib. Sunan Gresik dianggap sebagai penyiar agama Islam pertama di Jawa. Hingga sekarang, di makam Sunan Gresik diadakan haul tiap tanggal 12 Rabi’ul Awal.
Sunan Gresik merupakan seorang ahli tata negara sehingga pandai melakukan pendekatan pada warga melalui pergaulan dan perdagangan.
8. Sunan Giri di Gresik, Jawa Timur
Sunan Giri merupakan satu-satunya wali yang mencapai ilmu laduni. Sunan Giri yang bernama asli Raden ‘Ainul Yaqin atau Raden Paku belajar Islam dari ayahnya, Syekh Maulana Ishaq, yang merupakan murid Sunan Ampel. Sunan Giri melakukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang.
Sunan Giri mendirikan Pesantren Giri yang memiliki pengaruh terhadap penyebaran Islam di Jawa dan Indonesia bagian timur. Senada dengan Sunan Bonang, Sunan Giri juga meninggalkan karya seni tembang macapat berupa asmaradana dan pucung. Beliau juga menciptakan tembang dolanan Cublak-Cublak Suweng.
9. Sunan Ampel di Surabaya, Jawa Timur
Sunan Ampel, atau Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat, merupakan seorang wali kelahiran Champa. Kedatangan Sunan Ampel di Jawa adalah untuk mengunjungi bibinya, Dyah Dwarawati dari Champa yang menikah dengan Raja Bhre Kertabhumi dari Majapahit. Sunan Ampel tidak kembali ke Champa karena Kerajaan Champa sudah jatuh ke tangan Vietnam.
Sunan Ampel terkenal dengan falsafah moh limo atau molimo, yaitu moh mabok, moh main, moh madon, moh madat, dan moh maling—yang artinya tidak mau mabuk, tidak mau mempermainkan perempuan, tidak menyentuh narkotika dan sejenisnya, dan tidak mencuri.
Peninggalan Sunan Ampel lainnya tampak pada ornamen Vietnam di Masjid Agung Demak. Sunan Ampel meninggal di Demak tapi dimakamkan di Surabaya.
Baca juga: Deretan Masjid Tertua di Indonesia Cocok Buat Wisata Religi
Demikianlah kesembilan makam Wali Songo yang bisa dikunjungi selama bulan Ramadan, untuk meningkatkan pendalaman agama. Dengan melakukan wisata religi ini, akan banyak menambah pengetahuan tentang penyebaran Islam. Belajar itu banyak pahalanya.