JNEWS – Nando Hardesta, seorang kurir motor JNE Tanah Datar sudah kembali melakukan pengantaran paket, setelah sebelumnya sempat tidak bisa melakukan pengataran paket karena akses jalan terputus. Yang membuatnya masih gundah, ada kenalan pelanggan tempat ia biasa mengantarkan paketyang menjadi korban karena rumahnya terseret banjir bandang.
Musibah banjir bandang di Sumatera Barat, pada Sabtu (11/5/2024) yang menelan puluhan korban jiwa dan puluhan lainnya masih dinyatakan hilang, menjadi peristiwa duka yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup Nando Hardesta. Betapa tidak saat kejadian ia mendengar dan melihat gemuruhnya air yang bercampur debu vulkanik Gunung Marapi menyapu dan memporakporandakan semua benda-benda yang dilaluinya tidak terkecuali rumah-rumah warga.
“Rumah saya di Kampung Rambatan, kebetulan posisinya agak di atas dan lumayan dekat, jadi saat kejadian gemuruh suara banjir bandang terdengar jelas. Malam itu semua warga langsung ke luar rumah, tiang listrik bergoyang dan kemudian listriknya mati. Rasanya seperti mau kiamat,” ujar Nando, mengawali kisahnya kepada JNEWS, Rabu (15/5/2024).
Diungkapkannya, pada malam itu ia tidak bisa tidur hingga pagi hari. Hatinya diselimuti takut dan was-was karena suara gemuruh banjir terus terdengar. Keesokan harinya saat suasana sudah terang, Nando mendapati beberapa rumah tetangga kampungnya sudah rata tersapu banjir bandang. Begitu juga, ia melihat batu-batu dan pohon kayu besar berserakan seperti di perkampungan Bukik Batubuah.
Baca juga: Imbas Banjir Bandang, JNE Padang Galang Dana dan Gratiskan Kiriman Bantuan ke Posko Pengungsian
“Kebetulan hari itu Minggu jadi saya tidak masuk kerja. Saya mencoba sebisanya bersama warga lain membantu menolong mencari korban. Begitu juga hari Senin, tadinya mau masuk kerja untuk delivery paket, akan tetapi semua akses jalan terputus, akhirnya kembali ke rumah,” beber Ksatria yang mulai bergabung di JNE tahun 2020 ini.
Kawasan dan jalan yang paling parah tersapu banjir bandang menurut Nando, merupakan akses utama yang setiap hari dilaluinya menuju kantor JNE Tanah Datar yang dari rumahnya berjarak sekitar 3 kilometer.
“Pada hari Jumat atau sehari sebelum terjadi bencana banjir bandang, saya seperti biasa melakukan pengantaran paket ke para pelanggan JNE, seperti di kawasan Manggal. Tetapi sekarang rumahnya banyak yang hilang tersapu banjir bandang, dan mungkin di antaranya ada juga yang meninggal dan mayatnya belum ditemukan,” ucapnya dengan nada sedih.
Kawasan dan akses jalan yang setiap hari dilaluinya, sebelum disapu banjir bandang merupakan kawasan dengan pemandangan yang indah dan asri dengan udara sejuk namun kini semuanya tinggal kenangan.
“Satu sisi saya sangat sedih dan berduka mendalam melihat bencana ini. Namun, sisi lain juga bersyukur keluarga dan saudara-saudara saya semuanya selamat, baik itu jiwa maupun harta bendanya. Untuk proses pengantaran paket sendiri sekarang sudah normal kembali meski belum sepenuhnya. Tentu saja ada suasana yang lain dan berbeda saat mengantar paket dari sebelum bencana dengan setelah bencana. Semoga musibah banjir bandang ini cepat bisa ditangani dan kehidupan serta perekonomian warga normal kembali,” pungkas Nando. *
Baca juga: Pustaka Hijau, Sebuah Ruang Harapan untuk Bangkit Bersama JNE