JNEWS – Papua yang terletak di wilayah Indonesia timur, memiliki pesona alam yang menakjubkan berupa deretan pegunungan, taman laut hingga pantai yang menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Namun, selain itu provinsi ini juga mempunyai tari Papua yang memiliki ciri khas tersendiri.
Tidak sekadar berfungsi sebagai hiburan, tarian tradisional Papua merupakan jati diri masyarakat adat dan menyiratkan makna filosofis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Uniknya, dalam mengiringi tarian Papua, mereka menggunakan tifa yang merupakan alat musik tradisional dan sudah menjadi identitas masyarakat Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku serta Papua. Selain itu, para penari juga menggunakan beberapa properti seperti pedang, tameng hingga bambu. Beberapa tarian pun dilakukan secara berkelompok oleh penari perempuan dan laki-laki.
Untuk mengenal lebih dekat dengan tari Papua, berikut ulasan sejumlah tarian tradisional yang menjadi warisan budaya hidup bagi bangsa Indonesia.
5 Tari Papua yang Populer dan Memiliki Makna Filosofis
1. Tari Sajojo
Tari Sajojo merupakan tari Papua yang populer di seluruh nusantara. Dalam tarian ini akan diiringi oleh lagu sajojo. Biasanya tarian ini ditampilkan di berbagai event budaya karena gerakannya yang mudah diikuti dan lagu pengiringnya bikin semangat.
Sama seperti lagu pengiringnya yakni Sajojo, tarian ini menceritakan kisah seorang gadis muda yang menjadi bunga desa sehingga banyak yang menyukainya. Itulah mengapa gerakan dari tarian ini begitu dinamis, energik dan penuh keceriaan oleh para penarinya.
Tari tradisional ini banyak menggunakan bagian kaki dan tangan di dalam tiap gerakannya. Penari akan bergerak sesuai ritme lagu yang mengentak.
Baca juga: Keragaman Tarian Adat Kalimantan: Dari Ritual hingga Perayaan
2. Tari Soanggi
Tari Soanggi adalah tarian adat yang berasal dari daerah pantai Teluk Cendrawasih, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua Barat. Tidak ditemukan catatan sejarah mengenai kapan ditemukannya tarian ini. Namun yang pasti, tari Papua ini merupakan salah satu bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat yang masih kental dengan nuansa magis.
Itulah mengapa Tari Soanggi tidak dipentaskan dalam berbagai event budaya atau tari pentas seni. Karena tari ini khusus ditampilkan saat ada seorang warga yang meninggal dunia.
Tarian ini disebutkan berawal dari kisah seorang suami yang ditinggal mati oleh istri tercinta karena diserang oleh makhluk jadi-jadian yang bernama soanggi (di daerah Indonesia timur lainnya disebut suanggi, di Jawa disebut memedi).
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Papua Barat, soanggi adalah roh jahat yang belum tenang di alam baka. Hal tersebut membuat soanggi akan datang dan merasuki tubuh seorang perempuan. Untuk mencegah soanggi datang, masyarakat melakukan perlawanan. Bentuk perlawanan inilah direalisasikan menjadi Tari Soanggi.
Para penari dalam tarian ini membawa perisai juga parang sebagai wujud perlawanan. Mereka juga menggunakan busana rumbai untuk menutupi bagian bawah tubuh. Menariknya, gerakan tarian tradisional ini hampir mirip dengan aktivitas dukun mengusir roh jahat.
Tari ini dipentaskan dengan diiringi tifa serta terompet karang. Lalu, para penari akan menyanyi dan melantunkan syair sendiri.
3. Tari Afaitaneng
Tarian tradisional Papua ini sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Tari Afaitaneng berasal dari Kepulauan Ambai, Kabupaten Yapen, Papua Barat. Gerakan dan keseluruhan tarian ini menyimbolkan sikap kepahlawanan oleh masyarakat Papua.
Adapun nama afaitaneng berasal dari dua kata dalam bahasa lokal, yaitu afai artinya panah dan taneng artinya milik. Apabila digabungkan memiliki arti anak panah milik kami. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat Papua juga turut serta dalam perjuangan bangsa demi kemerdekaan.
Tari ini menceritakan kehebatan dan kesuksesan para pahlawan yang berhasil memukul balik musuh dengan busur serta anak panah. Tak hanya itu saja, tarian ini menunjukkan suka cita dan terima kasih pada para pahlawan. Itu sebabnya tarian ini dilakukan sangat energik dan menggebu-gebu.
Umumnya tari ini ditampilkan secara berkelompok baik perempuan dan laki-laki. Untuk formasinya dibuat melingkar atau bersaf. Tari ini biasanya dipentaskan selama satu malam penuh atau saat perang telah usai.
Para penari akan mengenakan pakaian tradisional Papua yaitu cawat atau kuwai. Lalu, dilengkapi dengan aksesoris manik-manik serta perhiasan di pergelangan tangan. Karena tarian ini menceritakan peperangan, maka ada atribut tambahan seperti panah dan parang.
Dalam mengiringi tarian ini ada alat musik tradisional Papua yang digunakan seperti tifa, triton, dan tibura. Sedangkan untuk lagu yang digunakan adalah nimsae.
4. Tari Aluyen
Tari Aluyen berasal dari Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Nama aluyen berasal dari kata alu yang artinya lagi, serta yen artinya dinyanyikan. Ringkasnya, tari ini memiliki arti lagu yang dinyanyikan.
Sama seperti Tari Afaitaneng, tari ini juga telah ada sejak masa penjajahan. Biasanya Tari Aluyen akan dipentaskan sebagai bagian dari upacara adat ketika seorang warga membangun rumah baru atau membuka kebun baru. Untuk waktu pementasan bisa malam atau siang hari. Namun, apabila diadakan di dalam rumah adat, biasanya pertunjukan tarian ini bisa berlangsung selama satu atau dua bulan lamanya.
Tari Aluyen dipentaskan oleh penari laki-laki dan perempuan serta satu penari sebagai pimpinan. Formasi dari tari ini yaitu pimpinan di depan, lalu diikuti penari perempuan dan laki-laki dengan membentuk dua baris memanjang ke arah belakang.
Busana tarian ini dinamakan kamlanan yakni busana dari sejenis kain khas daerah setempat. Aksesoris yang digunakan seperti gelang terbuat dari manik-manik, gelang perak atau saika, gelang terbuat dari jenis tali tertentu atau medik, serta eme yaitu perhiasan dari daun pandan dengan warna kuning-merah.
5. Tari Yospan
Tari Yospan atau Yosim Pancar memiliki gerakan energik dan dinamis. Sama seperti Tari Sajojo, siapa pun yang menontonnnya pasti akan ikut menggerakan tubuh.
Tari Yosim Pancar ini umumnya dipentaskan sebagai simbol pergaulan, persahabatan kaum muda dan persaudaraan. Tarian ini biasanya ditarikan oleh banyak perempuan dan laki-laki.
Dalam gerakannya, tarian ini akan membentuk pola lingkaran. Para penari akan berjalan berkeliling sambil menghentakan kaki. Busana yang dikenakan para penari untuk tarian ini berasal dari akar atau daun. Lalu, dilengkapi dengan lukisan tubuh dan penutup kepala.
Baca juga: Dari Honai hingga Kariwari: Mengenal Ragam Rumah Adat di Papua
Budaya tari Papua ini patut untuk terus dilestarikan agar bisa diwariskan ke anak cucu. Tarian tradisional Papua menunjukkan jati diri yang bisa dilihat dari gerakan, busana, aksesoris hingga alat musik pengiringnya.