JNEWS – Suksesnya film Gladiator yang dibintangi oleh Russel Crowe di tahun 2000, dan sekuelnya di tahun 2024, ikut mengangkat kembali kejayaan Colosseum Roma. Dalam film tersebut, Colosseum digambarkan sebagai arena tempat Maximus bertarung sebagai gladiator.
Colosseum Roma memang merupakan salah satu monumen paling ikonik di dunia. Bangunan megah ini menjadi simbol kejayaan Kekaisaran Romawi dan daya tarik utama bagi wisatawan dari berbagai negara. Terletak di pusat Kota Roma, Colosseum menawarkan jejak sejarah dan kisah-kisah epik dari masa lalu.
Sejarah Colosseum Roma
Dikutip dari Britannica, Colosseum, atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Amphitheatrum Flavium, adalah amfiteater besar yang dibangun di Roma pada masa Kekaisaran Romawi. Pembangunannya dimulai pada tahun 72 M di bawah pemerintahan Kaisar Vespasian dari Dinasti Flavia. Setelah 8 tahun, bangunan ini selesai dibangun pada tahun 80 M, saat Roma diperintah oleh Kaisar Titus.
Nama Colosseum diyakini berasal dari patung Colossus Neronis, yaitu patung perunggu setinggi sekitar 30 meter yang menggambarkan Kaisar Nero sebagai dewa matahari. Patung ini awalnya ditempatkan di dekat lokasi amfiteater dan menjadi inspirasi bagi penamaan tersebut.
Colosseum Roma pada dasarnya dibangun untuk digunakan sebagai tempat pertunjukan publik, termasuk pertandingan gladiator, perburuan hewan liar, eksekusi, dan drama mitologis. Pertunjukan ini sering diadakan untuk merayakan kemenangan militer atau acara penting lainnya, selain untuk menghibur masyarakat Romawi.
Dalam perjalanannya yang panjang, Colosseum mengalami beberapa gempa bumi yang menyebabkan kerusakan cukup parah. Salah satunya adalah gempa besar pada tahun 1349 yang mengakibatkan runtuhnya sisi selatan bangunan.
Selain itu, Colosseum juga menjadi sasaran penjarahan. Misalnya saat setelah terjadi gempa, batu-batu yang runtuh kemudian digunakan untuk membangun berbagai struktur di Roma, seperti istana, gereja, dan rumah sakit. Bahkan, besi pengikat yang menyatukan batu-batu Colosseum dicongkel, meninggalkan lubang-lubang yang masih terlihat hingga kini.
Baca juga: Keajaiban di Dunia yang Baru: Dari Tembok Besar Tiongkok hingga Taj Mahal
Arsitektur Colosseum Roma yang Mengagumkan
Colosseum Roma berdenah dasar elips. Struktur ini memiliki panjang 189 meter, lebar 156 meter, dan tinggi sekitar 50 meter, dibangun dari berbagai bahan seperti travertine, tufa, dan beton berlapis bata. Bisa dikatakan, Colosseum memiliki kombinasi teknik konstruksi yang canggih pada masanya.
Fasad luar Colosseum terdiri dari tiga tingkat arcade dengan setengah kolom bergaya Doric di tingkat pertama, Ionic di tingkat kedua, dan Corinthian di tingkat ketiga. Tingkat keempat, atau attic, dihiasi dengan pilaster Corinthian dan memiliki jendela kecil. Setiap lengkungan pada arcade kedua dan ketiga awalnya menampung patung-patung yang diduga merupakan dewa-dewa atau tokoh mitologi.
Bagian dalam Colosseum dirancang untuk menampung antara 50.000 hingga 80.000 penonton. Tempat duduk dibagi berdasarkan kelas sosial. Area terdekat arena disediakan untuk senat dan bangsawan, sementara kelas sosial lainnya duduk di tingkat atas. Sistem lorong dan tangga yang efisien memungkinkan penonton masuk dan keluar dengan cepat, mirip dengan stadion modern.
Arena utama berukuran 83 meter kali 48 meter dan awalnya dilapisi dengan pasir untuk menyerap darah selama pertunjukan. Di bawah arena terdapat hypogeum, jaringan terowongan dan ruang bawah tanah yang digunakan untuk menampung gladiator, hewan, dan peralatan pertunjukan. Hypogeum dilengkapi dengan lift dan mekanisme lainnya untuk mengangkat hewan dan dekorasi langsung ke arena.
Atap Colosseum dilengkapi dengan velarium, sistem kanopi yang dapat ditarik untuk melindungi penonton dari matahari dan hujan. Velarium ini dioperasikan oleh pelaut terlatih dari armada Romawi dan terdiri dari kanvas besar yang ditopang oleh tiang dan tali.
Intinya, desain arsitektur Colosseum mencerminkan keahlian teknik dan estetika Romawi. Hal ini sungguh menakjubkan, mengingat bangunan ini sudah ada sejak zaman kuno ketika teknologi belum maju. Pantaslah Colosseum Roma ini menjadi salah satu The New Wonders of The World paling ikonik.
Colosseum Roma Kini dan Nanti
Setelah menjadi ajang pertarungan gladiator, Colosseum Roma juga pernah digunakan untuk berbagai tujuan. Pada Abad Pertengahan, struktur ini berfungsi sebagai benteng, dan pada satu titik, hampir diubah menjadi pabrik wol.
Colosseum juga menjadi situs penting bagi Gereja Katolik. Setiap Jumat Agung, Paus memimpin prosesi Jalan Salib di Kota Roma, dan berakhir di Colosseum.
Colosseum Roma terus mengalami perkembangan dan pemeliharaan hingga saat ini. Pada tahun 2011, Diego Della Valle, pemilik perusahaan sepatu Tod’s, menandatangani kesepakatan untuk mendanai restorasi Colosseum senilai €25 juta.
Pekerjaan restorasi dimulai pada tahun 2013 dan tahap pertama selesai pada Juli 2016. Cakupannya meliputi pembersihan dan perbaikan fasad, serta penggantian penghalang logam di lengkungan tingkat dasar. Tahap selanjutnya mencakup pemulihan galeri dan ruang bawah tanah di dalam Colosseum.
Pada Juni 2021, area bawah tanah Colosseum, yang dikenal sebagai hypogeum, dibuka untuk umum untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pembukaan ini disambut antusias, karena dianggap dapat memberikan pengunjung wawasan lebih dalam tentang seluk beluk amfiteater bersejarah ini selama masa kejayaannya.
Selain itu, pemerintah Italia mengumumkan rencana untuk membangun kembali lantai arena Colosseum. Proyek ini bertujuan untuk mengembalikan tampilan asli lantai arena dan memungkinkan penyelenggaraan acara budaya, seperti konser atau teater, ke depannya.
Baca juga: Mengungkap Sejarah Taj Mahal: Keajaiban Cinta dari Dinasti Mughal
Dengan berbagai upaya restorasi dan pemeliharaan, diharapkan Colosseum bisa tetap menjadi simbol kejayaan masa lalu yang tak lekang oleh waktu. Dengan sejarahnya yang berperan besar dalam peradaban manusia, arsitektur yang mengagumkan, dan daya tarik yang mendunia, monumen ini terus menginspirasi generasi modern.