JNEWS – Gunung Kelimutu dan Danau Tiga Warna merupakan destinasi wisata alam yang sering menghiasi berbagai media. Warna air tiga danau yang berbeda-beda dan kadang berubah, membuat fenomena alam ini menarik perhatian wisatawan dan para peneliti.
Gunung dan danau di Taman Nasional Kelimutu ini juga memiliki keterkaitan budaya dan kepercayaan dengan Suku Lio sehingga melahirkan beberapa legenda.
Profil Gunung Kelimutu dan Danau Tiga Warna
Dikutip dari Kelimutu National Park, Gunung Kelimutu dan Danau Tiga Warna dikelola oleh Balai Taman Nasional Kelimutu, Kementerian ESDM. Letaknya di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Danau Tiga Warna terletak di puncak Kelimutu, tepatnya di timur laut Kaldera Sukaria. Untuk masyarakat umum, jam buka Taman Nasional Kelimutu adalah 05.30-17.00. Tiket masuk bagi WNI Rp5.000, sedangkan bagi WNA Rp150.000.
Kelimutu ditunjuk sebagai kawasan taman nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.279/Kpts-II/92 dengan luas sekitar 5.000 hektare. SK tersebut diperkuat dengan SK No.675/Kpts-II/97 yang menyatakan bahwa luas Taman Nasional Kelimutu adalah 5.356,5 hektare dengan garis batas sepanjang 48.423,44 meter. Lahan Taman Nasional Kelimutu dibatasi dengan 241 pal yang bersinggungan dengan 25 desa di 5 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Ende.
Taman Nasional Kelimutu dibagi menjadi 7 zona, yaitu zona inti, rimba, pemanfaatan, tradisional, rehabilitasi, budaya, dan khusus. Danau Tiga Warna masuk dalam zona inti, pemanfaatan, dan budaya. Sedangkan Gunung Kelimutu yang digunakan untuk pendakian masuk dalam zona pemanfaatan.
Baca juga: Gunung Tertinggi di Setiap Pulau Indonesia: Merentasi Nusantara dalam Pendakian Tertinggi
Sejarah Gunung Kelimutu dan Danau Tiga Warna
Danau Tiga Warna merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat letusan eksplosif dari Gunung Kelimutu. Gunung ini memiliki ketinggian 1.384,5 meter di atas permukaan laut. Gunung Kelimutu berbentuk kerucut atau strato, dan telah mengalami erupsi beberapa kali, antara lain tahun 1867 dan 1968.
Kelimutu diambil dari kata keli (gunung) dan mutu (mendidih). Dengan demikian, Kelimutu dapat diartikan gunung yang mendidih dengan air yang berbeda-beda warna. Air di danau tersebut berubah-ubah pada periode tertentu karena pengaruh gas vulkanik, kedalaman danau, dan jenis ganggang di danau tersebut.
Pesona Danau Tiga Warna pertama kali ditemukan oleh Van Such Telen pada tahun 1915. Van Such Telen adalah warga Belanda yang memiliki darah Lio karena ayahnya orang Belanda dan ibunya merupakan orang Lio. Danau ini menjadi terkenal berkat tulisan Y. Bouman pada tahun 1929.
Danau Tiga Warna tak hanya menjadi objek wisata alam yang banyak dikunjungi turis asing tetapi juga objek penelitian bagi para ahli geologi. Bahkan orang sengaja mencapai Titik Inspirasi untuk memandang ketiga danau. Titik Inspirasi adalah lokasi tertinggi yang boleh didaki meski belum benar-benar merupakan puncak Gunung Kelimutu.
Nama-Nama Danau Tiga Warna
Danau Tiga Warna memiliki keterkaitan budaya yang sangat erat dengan suku Lio. Mereka percaya bahwa perubahan warna danau merupakan pertanda akan terjadi bencana. Suku Lio memberi nama pada tiga danau tersebut sebagai berikut.
1. Tiwu Ata Polo
Danau ini yang bersifat sulfat-asam ini paling sering berubah warna dibandingkan dengan dua danau lainnya. Danau ini sering terlihat berwarna merah, tetapi dapat berubah menjadi hijau, bahkan hitam.
Danau Tiwu Ata Polo dipercayai sebagai tempat berkumpulnya arwah orang jahat, yang selama hidupnya melakukan berbagai tindak kejahatan.
2. Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai atau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai
Danau ini paling jarang berubah warna dibandingkan dengan dua danau lainnya. Umumnya warna yang terlihat adalah toska. Namun danau ini juga pernah terlihat berwarna hijau tua, biru, abu-abu hingga putih. Danau ini juga memiliki pH paling rendah, yaitu 0,37.
Danau Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai atau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai dipercayai sebagai tempat berkumpulnya jiwa muda yang sudah meninggal.
3. Tiwu Ata Mbupu
Letak danau yang ini bersifat asam-garam terpisah dengan dua danau lainnya. Warna danau yang sering terlihat adalah hijau tua atau kecokelatan. Tapi danau ini juga pernah terlihat dalam warna biru, abu-abu hingga putih. PH air danau ini paling tinggi, yaitu 3,02.
Danau Tiwu Ata Mbupu dipercayai sebagai tempat berkumpulnya arwah orang tua yang sudah meninggal.
Legenda Gunung Kelimutu dan Danau Tiga Warna
Penamaan Danau Tiga warna di atas tak lepas dari legenda yang ada dalam masyarakat Lio. Pada zaman dahulu, hiduplah dua tokoh masyarakat Bhua Ria yang disegani, yaitu Ato Polo si tukang sihir jahat dan Ata Bupu si penangkal kekuatan sihir. Ata Polo senang berburu manusia di seluruh jagat raya, sedangkan Ata Bupu gemar bertani. Meski berlawanan sifat, keduanya tunduk pada Konde Ratu.
Pada suatu hari, datanglah sepasang Anak Kalo (anak manusia yatim piatu) yang minta perlindungan ada Ata Bupu. Ata Bupu tidak keberatan memberi mereka tempat tinggal. Namun, mereka diminta untuk tidak meninggalkan ladang agar tidak dimangsa Ata Polo.
Tak disangka, Ata Polo datang berkunjung ke pondok Ata Bupu dan mencium bau mangsa. Ketika Ata Polo hendak mencari sumber bau, Ata Bupu membujuknya dengan mengatakan bahwa mangsa tersebut masih anak-anak sehingga kurang sedap disantap. Ata Bupu menyarankan agar Ata Polo datang kembali ketika anak-anak itu sudah dewasa.
Ketika beranjak dewasa, Ko’ofai (anak perempuan) dan Nuwa Muri (anak laki-laki) memutuskan untuk mencari tempat persembunyian di gua-gua, di luar ladang Ata Bupu. Ketika Ata Polo kembali ke pondok Ata Bupu untuk menagih janji, anak-anak itu sudah menghilang. Ata Polo marah lalu menyerang Ata Bupu dengan ilmu magi hitam, sedangkan Ata Bupu bertahan dengan ilmu magi putih.
Pertempuran itu menimbulkan banyak gempa bumi dan kebakaran di Gunung Kelimutu. Ata Bupu, yang sudah tua sehingga tidak kuat lagi menahan serangan Ata Polo, memutuskan untuk menghilang ke dalam bumi. Akhirnya Ata Polo juga raib ke dalam bumi akibat serangan-serangannya sendiri yang kelewat batas. Sayangnya, kedua anak itu ikut terkubur hidup-hidup di dalam gua yang runtuh akibat gempa.
Tak lama kemudian, tempat Ata Bupu raib muncul danau berwarna biru (Tiwu Ata Bupu/Mbupu). Tempat Ata Polo tewas menjadi danau berwarna merah yang terus bergejolak (Tiwu Ata Polo). Sedangkan tempat sepasang anak itu tewas berubah menjadi danau berwarna hijau yang tenang (Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai).
Baca juga: Tips dan Jalur Pendakian Gunung Bromo yang Perlu Diketahui
Gunung Kelimutu dan Danau Tiga Warna menyimpan cerita legenda tentang arwah leluhur dan fenomena geologi yang sangat menarik. Tak heran jika para pencinta alam mengatakan untuk setidaknya datang sekali seumur hidup ke tempat ini.